❥⁠˙ O'SEVEN

57 15 0
                                    

!!! DISCLAIMER !!!

cerita yang saya buat hanya karangan semata, baik dari segi nama, umur, sifat/karakter, dll. disini saya hanya meminjam wajah mereka sebagai muse, jika memang ada yang tidak menyukai cerita ataupun salah satu muse yang saya gunakan, diharapkan untuk tetap menghargai cerita karangan saya atau jika tidak bisa langsung men-skip bagian yang tidak disukai. terimakasih.
(n.) diharapkan untuk menghargai karya author, dengan cara like & komen!


.


Waktu break telah tiba, sekalipun hanya kosong selama satu jam. Itu masih dianggap cukup oleh mereka, Dristy dan Rosie yang saat ini sudah membuka bekalnya yang berisi makanan yang mereka beli diwarung dekat kampus tadi. Mereka tidak meninggalkan kelas seperti kebanyakan murid lainnya, sehingga saat ini kelas dalam kondisi sepi dan hanya ada beberapa anak saja yang ada didalamnya. 

"Akhirnya anjirr, gua udah laper banget fak" Ucap Dristy sambil makan sesuap makanannya.

"Eumm bener bet, untungnya tadi udah dikasih roti buat ganjel." Sahut Rosie, sambil melakukan hal yang sama seperti Dristy.

Saat sedang menikmati sarapannya, Juan dan Majen yang memang kebetulan baru saja selesai dari kantin menghampiri Dristy dan Rosie. Tidak tidak, maksudnya hanya Majen saja yang menghampiri mereka berdua. Juan? dia memilih kembali ketempat dia duduk sebelumnya. Dristy yang memang tau Juan seperti apa, berperilaku biasa biasa saja saat Juan tidak menghampirinya seperti Majen yang menghampiri Rosie.

"Waduh makan apa inii? keknya enakk tuh" Ucap Majen sambil duduk dibangku kosong yang berada didepan bangku Rosie.

"Cuma nasi uduk, lu mau?"

"Lu makan aja kenyangin, biar cepet gede badannya"

"Dih apaan, biar cepet gede kata lu? badan gua ini badan ideal tau" Protes Rosie kepada Majen.

"Mana ada ideal, krempeng gini" Majen dengan sengaja memegang pergelangan tangan Rosie dan mengukurnya dengan jarinya yang senagaja dia buat melingkar diarea pergelangan tangannya.

"MAJENNN" Dengan kesal Rosie menginjak kaki Majen, namun bagi Majen itu tidak terasa sakit.

"Iya iya maap, makan deh itu. kenyangin"

"Serius lu gamau? nih gua suapin deh" Rosie dengan segera menyupai makanan yang dia punya ke Majen. Majen yang diperlakukan seperti itupun menerima suapan tersebut, ntah mereka sadar atau tidak namun mereka telah menggunakan satu sendok yang sama. 

Dristy yang melihat itu melongo, bahkan dia baru kali ini melihat Rosie mau mau saja berbagi sendok dengan seorang pria. Ingat, pria! Sungguh Dristy merasa sangat terkejut saat ini.

"Gimana? enak kan Jen?" 

"Hmm enak, lu beli dimana dah?"

"Deket kok sama kampus, kapan kapan gua anter deh lu kesono"

"Siap lah, gua tunggu"

"Lu mau lagi, ayo kita berbagi" Rosie dengan segera sedikit memajukan kursi nya agar berdeketan dengan Majen, dia segera menyuapi Majen kemudian setelah itu baru dia menyuapi dirinya sendiri. 

"Ehemmm, gua berasa setan anjir. btw lu berdua sadar ga sih?"

Majen dan Rosie menoleh kepada Dristy yang berbicara kepada mereka namun sambil tetap menikmati makanan mereka.

"Yeuuuu, lu kan emang setan baru sadar lu?" Ucap Majen dengan sedikit ngegas namun tidak dalam artian membentak.

Dristy yang mendengar itupun mendelik kesal kepada Majen, bahkan dia sampai menginjak kaki Majen sama seperti yang dilakukan Rosie barusan. Namun saat merasakan injakan dari Dristy, Majen baru merasakan sakit karena injakannya lebihbkuat daripada injakan Rosie. poor Majen

"Anjir, sakit woiii"

"Bodo ya" Ucap Dristy yang melanjutkan sesi makannya yang tertunda.

"Juan anjir, pacar lu tenaganya gede bet dah. makan beton apa gimana dia?"

"HEH, LU MINTA GUA DORONG DARI LANTAI 5 YE?" Ucap Dristy yang merasa tidak terima akan ucapan Majen.

Sedangkan Juan hanya menghela nafas pelan, dia hanya melihat interaksi mereka saja dari tadi dan tidak ada niatan ikut campur ataupun nimbrung. Rosie pun juga sama, dia hanya sibuk mendengarkan perdebatan mereka sambil menikmati makanannya.

"Btw Dris, lu tadi mau ngomong apa? yang 'lu berdua sadar ga sih'?" Ucap Rosie sambil menatap Dristy.

"Oh ya gua hampir lupa, gara gara satu tuyul ini" Majen yang disebut Tuyul pun hanya tersenyum sabar, sekalipun dia sebenernya kesel.

"Lu berdua makan suap suapan kan?" Tanya Dristy yang diangguki Rosie dan Majen.

"Tuh sendok cuma satu, berarti kalian secara tidak langsung udaa gini dong" Dristy memperagakan tangannya seperti orang yang sedang berciuman, mouth to mouth.

Majen yang langsung mengerti apa yang diucapkan oleh Dristy segera menggaruk kepala belakangnya, sepertinya dia malu bahkan dia juga sampai memalingkan wajahnya menatap jendela kelas. Sedangkan Rosie masih belum mengerti akan ucapan dari Dristy.

"Maksudnya dris?"

"Huhh, Rosieee. Pleasee masaa lu ga paham sih?" 

"Ngl gua beneran ga paham anjirr, emang kenapa kalau kita  pake satu sendok?"

Majen tiba tiba berdiri dari duduknya yang langsung ditatap oleh Dristy dan Rosie.

"Gua mau ketempat gua, and Rosie thanks atas makanan lu tadi." Tanpa mendengar balasan dari Rosie, Majen langsung menuju bangkunya. 

"Ehem, jadi Rosie ..." ucap Dristy yang mengembalikan atensi Rosie.

"Hemm kenapa?"

"Kalau lu sesendok sama dia, itu sama aja kaya kalian udah ciuman secara ga langsung. Lu paham maksud gua disini kan?" Dristy berharap kali ini Rosie paham terhadap apa yang dia jelaskan.

"Gua ciuman secara ga langsung sama Majen?" Tanya Rosie yang segera diangguki oleh Dristy.

"Berarti gua uda ngerasain air liur Majen dong, begitupun juga Majen yang udah ngerasain air liur gua?" Mendadak wajah Rosie jadi merah, ah dia jadi malu rasanya. Kenapa juga dia baru menyadarinya, padahal sebelumnya dia gak pernah kek gini. Menolehkan kepalanya kebelakang, Rosie melihat Majen yang sedang menelungkapkan kepalanya seperti tidak terjadi apa apa. Mendadak dia merasa kecewa dan juga sedih, apakah Majen tidak merasa seperti apa yang dia rasakan?

Melihat Rosie yang tiba tiba murung, membuat Dristy jadi bingung. 

"Lah? kenapa lu jadi kek sedih gini? padahal lu tadi kek orang salting sampai wajah lu merah gitu" 

Rosie hanya menggelengkan kepalanya dan lanjut memakan makanannya yang tersisa tiga suap. Dristy yang melihat itupun hanya diam, sepertinya Rosie memang sedang tidak ingin bercerita, jadilah  dia memmberikan Rosie waktu untuk tenggelam dipikirannya sendiri dan juga melanjutkan makannya sama seperti Rosie.

Rosie tidak tau saja, jika Majen sebenernya sedang salting sama seperti yang Rosie alami. Bukan tanpa alasan dia sedang menulungkupkan wajahnya, dia sedang menutupi wajah meronanya dari teman temannya dan mencecap bibirnya untuk mengingat bagaimana rasa dari air liur Rosie. Terdengar sinting memang, namun memang itulah yang terjadi sebenarnya tapi sepertinya juga percuma. Yang terasa hanya makanan dari apa yang dia makan sebelumnya bersama Rosie.


.


- PART O'SEVEN FINISH!
jangan lupa like dan komen ya.

Bound By Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang