BAB 9

97 5 2
                                    

Achiel menatap ponselnya dengan raut wajah puas, akhirnya coveran yang terakhir dia unggah kemarin mencapai hasil yang bagus.

"Aduh kan kalo kaya gini gue jadi seneng. Hidup jadi lo tu sebenernya nggak susah loh El, kenapa dia lebih milih ngasih tubuhnya ke orang kaya gue." Gumamnya masih sambil men scroll ponselnya melihat komentar-komentar dati penggemarnya.

Lalu dia memfokuskan pandangannya pada kedua kucingnya. Mereka terlihat begitu senang bermain-main kemarin, ia juga baru membelikan kalung untuk keduanya dengan ukuran nama di atasnya.

"Lucu banget si anak-anak gue." Ucapnya gemas sendiri.

Dia memvideo kelakuan lincah kedua anabulnya dan mengirimkannya ke bian yang saat ini belum pulang.

Ya, beberapa hari lalu mereka sempat bertukar nomor telepon untuk saling menghubungi.

Sedangkan di kantor miliknya Bian merenggangkan ototnya sebentar karena pegal seharian hanya duduk dan melihat dokumen-dokumen yang bertumpukan di mejanya. Entah kapan semua tumpukan itu menipis, pasti saat sudah hampir menipis pasti ada saja yang menambahi.

Ia ingin memulai lagi, tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk. Sepertinya ini dikirim oleh adiknya.

 Sepertinya ini dikirim oleh adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggep aja itu video ya~

Dia tersenyum melihat tingkah laku kucing yang ada dalam video yang dikirim oleh adiknya itu.

Dan keinginannya untuk pulang semakin besar karena ingin melihat Achiel yang sepertinya saat ini sedang gabut.

Dengan cepat dia mencoba menyelesaikan beberapa lagi dan pulang untuk menemui adiknya yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya.

***

Achiel berjalan menuruni tangga sambil memegang botol minum berukuran besar miliknya. Dia berniat untuk mengambil minum karena stok minumnya sudah habis.

Baru saja sampai lantai bawah tiba-tiba ada yang menyenggol tubuh mungil nan ringkih nya, otomatis itu membuat Achiel sedikit terpental mundur.

"Anjir, ati-ati bisa nggak si jalannya, udah tau gue kecil masi aja di senggol. Loh elo ternyata tuan muda, mata lo emang buta apa gimana si sering banget ngajak ribut heran gue." Ucap Achiel pada orang yang menyenggolnya. Dia adalah Farrel.

" Nggak sudi gue liat muka lo. Anak pembawa sial kayak lo nggak pantes ngomong kurang ajar kaya gitu." Sinis Farrel sambil menatap datar ke arah Achiel yang menatap tajam ke arahnya.

"Selain sering ngajak ribut ternyata lo sering ngomong kayak sampah ya tuan muda. Emang dengan adanya gue di sini lo rugi apa? Nggak ada kan--"

AchielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang