UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!
TYPO BERTEBARAN
HAPPY READING
Play mulmed
Abdulkadir Geylani - Mahmud Durgun•••
Terdengar langkah sepatu berwarna putih yang menyentuh lantai marmer dengan ritme teratur, memenuhi area Asrama Geylani. Suara itu membawa aura wibawa yang tak bisa disangkal. Semua tamu yang hadir langsung menoleh, perhatian mereka tertuju pada sosok yang baru saja tiba.
Syaikh Ali Alhadeed, dengan pakaian khasnya yang anggun, berdiri tegap. Sorot matanya penuh ketenangan, sementara senyum tipis menghiasi wajahnya. Di antara para tamu, kekaguman terpancar. Mereka membisikkan pujian, membicarakan kebijaksanaan dan karisma yang terpancar dari pemimpin mereka.
Namun, perhatian mereka segera beralih ke sosok lain yang berjalan di sisi Ali. Seorang perempuan muda dengan langkah anggun, mengenakan gaun panjang sederhana yang begitu menawan. Wajahnya bercahaya, namun tak ada senyuman. Rambutnya tersembunyi di balik kerudung putih bersih yang tersampir sempurna.
Zehra Alhadeed.
Gadis itu adalah istri Syaikh Ali, namun kehadirannya mengundang reaksi yang beragam. Beberapa mata menatapnya dengan penuh kekaguman, memuji kelembutannya yang terpancar.
"Begitu anggun... Dia pantas menjadi pendamping Syaikh Alhadeed," bisik salah satu tamu.
Namun, tak semua pandangan setuju. Beberapa sorot mata menampakkan ketidaksetujuan, bahkan cibiran.
"Bagaimana mungkin perempuan seperti dia mendampingi pemimpin Alhadeed?" terdengar suara lirih yang sarat iri dan meremehkan.
Ali, yang menyadari kehadiran Zehra menimbulkan berbagai reaksi, tetap berjalan tenang. Tidak ada keraguan dalam langkahnya, meskipun ia tahu ada banyak tatapan yang menilai.
Zehra di sisi lain, merasakan beratnya atmosfer itu. Ia menyadari setiap lirikan, setiap bisikan, setiap cibiran yang diarahkan padanya. Namun, ia tetap berjalan dengan kepala tegak, meski jantungnya berdebar keras. Ia tahu, sebagai istri Syaikh, ini adalah ujian pertama yang harus ia lewati.
Keduanya berjalan berdampingan, namun sengaja tidak berpegangan tangan. Bukan karena jarak, melainkan simbol. Sebuah penegasan bahwa Zehra adalah pendamping yang sejajar, bukan sekadar bayangan di balik nama besar Syaikh Alhadeed.
Langkah mereka terus maju, tanpa mempedulikan kebisingan di belakang.
Sementara itu, Ali, tanpa menoleh, berbicara pelan hanya untuk didengar oleh istrinya, “Jangan pedulikan mereka. Kau bersamaku, dan itu sudah cukup.”
Suara lembut itu membuat Zehra menoleh sekilas ke arah suaminya. Ada ketenangan yang mengalir dalam dirinya. Dengan sekuat tenaga, ia menyembunyikan senyum kecil yang hampir terlukis di wajahnya. Mereka terus berjalan, menyambut apa pun yang akan datang.
"Syaikh Ali, berapa lama Kita disini?" bisik Zehra seraya mengikuti langkah Pria itu.
Ali menoleh ke sumber tadi sekilas, "Besok pagi Kita pulang." pandangannya kini kembali fokus ke depan.
Langkah Mereka seketika terhenti kala sampai di tempat tujuan. Ali dan Zehra duduk dikursi yang sudah disediakan, khusus tamu-tamu penting seperti Syaikh-Syaikh dan Syaikhah-Syaikhah yang lain. Mereka duduk berdampingan tetapi masih berjarak.
Tak lama kemudian, waktu berbuka puasa pun tiba. Semua orang langsung membatalkan puasa mereka.
Ali dan Zehra, memulainya dengan memakan kurma dulu sebanyak 3 butir. Lalu setelahnya, mereka meminum air. Dilanjut dengan menu buka puasa lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376927063-288-k326993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siyah Güller
DiversosDi dalam dinding Asrama Istanbul-Turki, ada suka dan duka yang mereka lalui bersama-sama "Pernikahan ini tidak di dasari oleh rasa cinta. Maaf, jika sebelumnya aku mengecewakanmu." Seiring berjalannya waktu, melalui tragedi dan konflik yang menega...