Six

31 7 3
                                    

"Tidak, Sakura!" Suara ibunya yang histeris dan panik menggema dalam mimpi Hinata.

DEGH!!

Hinata terbangun dari tidur siangnya, terengah-engah. Mimpi atau ingatan samar dari beberapa tahun lalu terus terulang dalam tidurnya. Meski tidak dapat mengingat kejadian lengkapnya, potongan-potongan ingatan tersebut terasa sangat menyiksa. Selama bertahun-tahun, ia mulai merasa biasa dengan mimpi ini, namun tetap saja, mimpi itu selalu mengganggunya.

Ia menatap langit-langit kamar, berusaha mengumpulkan pikirannya dan mengusir rasa gelisah yang menghantuinya.

buzz!! buzz!! buzz!!

Teleponnya berdering, mengalihkan perhatiannya. Hinata melihat layar dan melihat nama Sasuke. Ia mengangkat telepon dengan harapan untuk meredakan perasaannya.

"Halo, Hinata?"

"Ada apa, Sasuke?" Hinata menjawab dengan nada lelah.

Suara berat Sasuke yang merdu dan nada lembutnya menyenangkan telinga Hinata. Mendengar suaranya membuatnya merasa lebih tenang, apalagi setelah mimpi buruk yang baru saja dialaminya.

"Hei Hinata, suara kamu tampak serak. Kau menangis? Mau bercerita?" Sasuke menanyakan dengan lembut.

"Tidak, aku baru bangun tidur," jawab Hinata sambil berusaha menenangkan suaranya.

"Wah, enak sekali bisa tidur siang. Aku baru saja selesai shooting drama baru," kata Sasuke.

"Wah, begitu? Apakah menyenangkan di sana?" tanya Hinata, berusaha untuk kembali normal.

"Lumayan. Kurasa lebih menyenangkan berjalan bersamamu, mencari makan makanan enak," jawab Sasuke dengan nada manis.

"Kalau begitu, kau sedang sibuk, ya? Hah, andai kau bebas," balas Hinata dengan nada bercanda.

"Siapa bilang aku sibuk? Aku sudah selesai. Mau ku jemput?" Sasuke menawarkan dengan nada antusias.

"Mohon bantuannya, Tuan Aktor," ujar Hinata dengan ejekan lembut.

"Mohon ditunggu, Nona Lavender," jawab Sasuke dengan nada menggoda.

Hinata tersenyum kecil mendengar panggilan itu. Rasa gelisahnya sedikit mereda setelah berbicara dengan Sasuke. Ia merasa tenang hanya dengan mendengar suara Sasuke yang selalu menenangkan.

"Baiklah, aku tunggu di luar. Sampai jumpa!" kata Hinata.

Setelah menutup telepon, Hinata berusaha untuk menenangkan diri sepenuhnya. Ia mengingat kembali mimpi yang baru saja ia alami. Namun, kali ini ia merasa sedikit lebih tenang karena kehadiran Sasuke yang segera datang. Rasa gelisahnya mulai menghilang perlahan, dan ia berusaha untuk menikmati sisa hari itu sambil menunggu kedatangan Sasuke.

Saat Sasuke tiba, Hinata sudah berada di luar rumahnya, menunggu dengan sabar. Ketika mobil Sasuke berhenti di depannya, Hinata menyapa dengan senyum hangat.

"Selamat datang, Tuan Aktor. Terima kasih sudah datang," ucap Hinata dengan nada ceria.

Sasuke keluar dari mobilnya, tersenyum lebar saat melihat Hinata. "Tentu saja, Nona Lavender. Aku selalu siap untukmu," jawab Sasuke sambil membuka pintu mobil untuk Hinata.

Hinata masuk ke mobil dan duduk dengan nyaman. Sasuke langsung menyetel musik lembut di mobilnya, menciptakan suasana yang menyenangkan.

"Kita ke mana hari ini?" tanya Hinata.

"Ke tempat favorit kita. Aku ingin kau merasa nyaman dan senang setelah tidur siang yang tidak nyenyak itu," jawab Sasuke dengan nada penuh perhatian.

Perjalanan mereka penuh dengan obrolan ringan dan tawa, dan Hinata merasakan betapa besar kepedulian Sasuke padanya. Meskipun mimpi buruk itu masih menghantui, kehadiran Sasuke membuatnya merasa lebih baik. Saat mereka melanjutkan perjalanan, Hinata merasa bersyukur atas dukungan dan perhatian yang diberikan Sasuke.

BROKENWhere stories live. Discover now