Chapter 24: A Life of Two Worlds

74 10 0
                                    

Setelah terjalinnya kontrak antara Freya dan Fiony, kehidupan Freya perlahan-lahan berubah dengan cara yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Awalnya, kontrak tersebut terasa seperti keajaiban. Freya merasa energinya lebih stabil, tidak lagi merasakan kelemahan seperti sebelumnya. Kekuatan supranaturalnya semakin berkembang pesat. Dia kini mampu merasakan dan mengendalikan energi yang mengalir dari dunianya ke dunia roh, dan Fiony semakin terhubung erat dengannya. 

Namun, ada sesuatu yang berubah: semakin banyak roh penasaran yang muncul di sekitarnya, tertarik pada energi barunya. Freya sekarang bisa melihat mereka lebih jelas, merasakan kehadiran mereka seperti udara yang menebal, dan bahkan mendengar suara mereka sesekali—bisikan samar yang terus-menerus mencoba mendekat.

Hari-hari awal setelah kontrak itu terjalin, Freya merasa seperti sedang menemukan sisi baru dari dirinya. Dia tidak hanya bisa melihat roh, tetapi mulai memahami mereka, berbicara dengan mereka tanpa harus terlalu takut atau ragu. Ada kekuatan yang tumbuh dalam dirinya, sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia sadari. Saat berada di sekitar Fiony, energinya terasa selaras dengan dunia roh, hingga dia bisa merasakan getaran halus setiap kali Fiony ada di dekatnya—seperti kehadiran yang menyatu sempurna.

Suatu siang, ketika Freya, Jessi, dan Lyn sedang berkumpul di kafe favorit mereka, menikmati obrolan ringan yang sering kali diselingi dengan candaan khas Jessi, tapi di mata Freya, roh-roh lain berdesakan di sekitarnya, mengintip dari balik meja, duduk di bangku dekat mereka, memanggil-manggil namanya dalam bisikan. Freya duduk di samping jendela, mengamati Fiony yang berdiri di luar, mengawasi dirinya dari bayangan pantulan jendela kaca.

"Freya," panggil Lyn sambil menggeser duduknya, "kamu sering kelihatan melamun akhir-akhir ini. Fiony gimana kabarnya?"

Freya tersentak sedikit, tersenyum dan menjawab, "Dia baik-baik saja kok. Akhir-akhir ini kita... sedikit sibuk? banyak yang terjadi di apartemen."

Lyn mengangguk, sementara Jessi melanjutkan percakapan mereka dengan semangat. Freya tahu bahwa dia tidak bisa menceritakan semua yang terjadi dengan Fiony, termasuk kontrak mereka, apalagi gangguan-gangguan roh yang terus datang. 

Ketika mereka akhirnya selesai dan berjalan keluar kafe, Freya merasakan sentuhan dingin di bahunya. Fiony ada di sana, tersenyum lembut, dan mereka berjalan berdampingan, meskipun yang lain tidak menyadarinya.

"Freya," kata Fiony pelan, "kamu yakin tidak apa-apa? Aku tahu roh-roh itu semakin banyak yang datang. Kalau terlalu lelah, kamu bisa panggil aku."

"Aku tidak apa-apa," jawab Freya sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya ia tahu ada bagian kecil dari dirinya yang merasa sedikit takut dan lelah.

///

Di malam hari, ketika Freya pulang dan masuk ke kamarnya, ia merasa ada energi asing yang menunggunya di sudut ruangan. Roh ini tampak lebih kuat dan lebih jelas dibanding roh-roh lain yang pernah dia temui. Bayangan itu berdiri tanpa ekspresi, hanya menatapnya, dan untuk pertama kalinya, Freya merasa jantungnya berdegup kencang.

Seketika itu juga, Fiony muncul di samping Freya, wajahnya serius. "Freya, tenang. Fokus pada energimu."

Freya mengambil napas dalam-dalam, memejamkan matanya, dan membayangkan cahaya hangat yang mengelilinginya. Energi yang berasal dari kontrak mereka muncul seperti kabut tipis berkilauan, dan roh di sudut ruangan mulai mundur, perlahan-lahan menghilang ke dalam bayangan.

Setelah roh itu lenyap, Freya terduduk lemas, tetapi Fiony tetap di sisinya, menenangkannya. "Kamu sudah lebih kuat, Freya. Tapi ingat, kamu tidak harus selalu menghadapi mereka sendiri."

Hari-hari berikutnya berjalan dengan dinamis; Freya menjalani rutinitasnya sambil semakin sering menghadapi roh-roh yang mengganggunya. Meski demikian, dia menemukan bahwa kekuatan yang dia peroleh juga memberinya ketenangan dalam menghadapi roh-roh itu, seperti memahami dunia yang tidak pernah dia sadari sebelumnya. Di waktu-waktu santai, dia kembali berkumpul dengan teman-temannya di perpustakaan atau kafe, menikmati canda mereka, meski terkadang perasaannya bercampur antara normal dan dunia roh yang terus menghantui.

Jessi pernah bertanya pada Freya, "Kamu ini kayak punya rahasia besar deh akhir-akhir ini. Jangan-jangan kamu punya pacar hantu?" candanya dengan nada jahil.

Freya tertawa gugup, melirik bayangan Fiony yang tersenyum kecil dari balik bahunya. Ia hanya menggeleng. "Mungkin saja," balasnya setengah bercanda, sambil menahan tawa.

Dalam setiap senyum dan canda mereka, Freya menyimpan rahasia besar yang hanya ia dan Fiony yang tahu, rahasia tentang dunia yang tak pernah terlihat, tempat roh-roh bergentayangan, serta ikatan jiwa yang melampaui batas kehidupan.

///

Freya duduk di sofa apartemennya, menyesap teh sambil menatap sosok Angelina yang berdiri di dekat jendela, melihat ke luar dengan tatapan penuh ketenangan dan misteri. Ini bukan pertama kalinya Angelina berkunjung. Sejak kontrak itu, Angelina datang lebih sering, mengatakan bahwa dia ingin memastikan kondisi Freya tetap stabil, baik secara fisik maupun energi rohnya.

"Freya," panggil Angelina tiba-tiba, memecah keheningan. "Bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Tidak ada masalah lain, bukan?"

Freya tersenyum kecil, mengangguk. "Aku merasa jauh lebih kuat. Tapi... sepertinya roh-roh masih tertarik padaku. Mungkin karena kekuatan ini," ucapnya pelan, sambil sedikit melirik ke arah Fiony yang duduk di sampingnya, tersenyum mendengar ucapan itu.

Angelina hanya mengangguk, masih dengan pandangan serius. "Itu memang efek dari kontrak. Tapi, kamu sudah mengendalikannya dengan baik." Setelah berkata demikian, Angelina duduk di kursi seberang Freya, menatapnya sejenak, seolah sedang membaca sesuatu yang tak kasatmata di balik wajah Freya.

Dalam keheningan malam itu, Freya merasakan dorongan untuk bertanya. Ada banyak hal yang selalu ia ingin tanyakan pada Angelina sejak pertama kali mereka bertemu, terutama soal dirinya sendiri dan dunia roh yang selalu terasa asing namun sekaligus tak terhindarkan.

"Aku..." Freya memulai dengan sedikit ragu, "dulu aku berpikir kemampuan ini... adalah kutukan. Dari kecil, aku sudah melihat banyak hal yang orang lain tidak bisa lihat. Orang-orang di keluargaku juga ada yang punya kemampuan seperti ini, tapi aku tetap merasa aneh." Freya memandang Angelina dengan tatapan yang campur aduk antara penasaran dan resah. "Kenapa kami yang punya kemampuan ini?"

Angelina menatapnya dengan senyum penuh pengertian. "Freya, setiap keluarga dengan kemampuan ini memiliki ikatan khusus dengan dunia roh. Keluarga-keluarga seperti kalian biasanya dipercaya untuk menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh, meski mungkin kalian tidak menyadarinya sepenuhnya."

"Aku menjaga keseimbangan?" Freya tertawa kecil, lebih pada dirinya sendiri. "Kadang aku merasa aku justru menarik masalah dari dunia roh ke dunia ini, bukan menjaga apa pun..."

Angelina tersenyum lebih lebar, kali ini tampak lebih seperti seorang teman daripada mentor misterius. "Kemampuanmu untuk melihat dan berinteraksi dengan roh bukanlah kutukan. Ini adalah kepercayaan yang diberikan padamu. Energi jiwa keluargamu telah lama menarik roh-roh yang butuh bimbingan. Sebagian dari mereka datang untuk mencari bantuan; sebagian lagi, sayangnya, untuk mencari energi dari mereka yang tidak tahu cara menolak."

Freya mengangguk pelan, mulai memahami apa yang disampaikan Angelina. Selama ini, dia menganggap kemampuannya hanya sebagai sumber ketakutan dan masalah, terutama sejak ia kecil. Namun, semakin mendengar penjelasan Angelina, perasaan takut itu sedikit demi sedikit bergeser menjadi rasa penasaran yang kuat.

"Jadi... bukan hanya melihat roh, aku juga bisa menuntun mereka?" tanyanya, mencoba mencerna makna di balik kalimat Angelina.

"Benar," jawab Angelina lembut. "Keluargamu diberi kemampuan ini bukan tanpa tujuan. Setiap orang dengan kemampuan seperti kamu memiliki potensi untuk menjadi jembatan bagi roh-roh yang terjebak, agar mereka menemukan kedamaian. Itulah sebabnya mereka tertarik padamu—karena mereka merasa kau dapat membantu mereka."

Freya terdiam, merenungkan kata-kata Angelina sambil mengingat kembali setiap pengalaman yang pernah ia alami. Selama ini, dia selalu berusaha menghindar dari roh-roh itu, takut dan tak ingin terlibat. Namun, sekarang ia merasa seakan diberi pilihan: untuk melawan atau menerima kemampuan ini.

.
.
to he continued

Bound by Love, Separated by Death [Frefio]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang