Chapter 25: Back home

54 9 0
                                    

Freya duduk di kereta yang melaju cepat menuju kota kecil tempat ibunya tinggal. Pesan singkat dari ibunya yang mengatakan bahwa neneknya sakit membuat hatinya tak tenang. Ada rasa rindu, sekaligus cemas saat membayangkan wajah nenek yang sudah jarang ia temui. Neneknya adalah sosok yang tangguh, sekaligus tempat Freya bisa berbagi hal-hal yang jarang ia utarakan pada orang lain.

Sepanjang perjalanan, Fiony duduk di samping Freya, senyap tapi tak pernah jauh. Meski sosoknya tak terlihat oleh penumpang lain, kehadiran Fiony selalu membuat Freya merasa lebih tenang dan nyaman. Mereka saling berbagi pandangan hangat, dan di sela-sela suara kereta yang bergemuruh, Freya merasakan Fiony menggengam erat jemarinya.

Freya turun dari kereta dengan sedikit gugup dan semangat yang bercampur aduk. Setelah perjalanan panjang, Freya akhirnya bisa kembali ke rumah masa kecilnya, sebuah tempat yang selalu menyimpan kehangatan sekaligus aura misterius, terutama karena neneknya yang juga mewarisi kemampuan melihat roh.

Saat sampai di rumah, Freya disambut oleh ibunya yang tampak cemas namun tersenyum lega melihat kedatangan putrinya. Setelah menyapa ibunya dan mengobrol sejenak, Freya segera pergi menemui neneknya yang sedang beristirahat di kamar.

Nenek Freya, seorang wanita tua dengan rambut putih panjang dan mata tajam yang lembut, tersenyum hangat begitu melihat cucu kesayangannya masuk. Namun, tak butuh waktu lama bagi neneknya untuk melihat sesuatu yang berbeda pada Freya. Pandangan tajam neneknya seolah menembus dirinya, menyelidiki sesuatu yang tak kasat mata.

"Nenek tahu, sayang," bisik nenek sambil menggenggam tangan Freya. "Kamu sekarang punya pendamping... sesuatu yang berasal dari dunia lain, bukan?"

Freya terdiam sejenak, tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Bukan karena neneknya bisa melihat Fiony—sebab Freya tahu neneknya memiliki kemampuan yang sama—melainkan karena neneknya langsung menyadari sesuatu yang sangat personal itu tanpa dijelaskan.

"Iya, Nek," jawab Freya dengan suara bergetar, duduk di tepi ranjang. "Sebenarnya... aku ingin menceritakan semuanya, tapi aku ragu. Aku takut Nenek khawatir."

Nenek Freya tersenyum lembut. "Nenekmu ini sudah melalui banyak hal, Freya. Dan jika Nenek bisa memahami sesuatu, Nenek yakin itu adalah roh-roh yang berada di sekitarmu. Katakan saja, cucuku. Apa yang sudah terjadi?"

Maka Freya pun memulai ceritanya. Dia bercerita tentang pertemuannya dengan Fiony di apartemen barunya, tentang betapa kuat ikatan mereka yang terbentuk secara perlahan, dan bagaimana akhirnya mereka saling terhubung, bahkan hingga membuat kontrak untuk menjaga Freya dari bahaya dunia roh yang semakin sering mengganggunya. Setiap kata yang keluar dari mulut Freya membawa kembali ingatan-ingatan yang emosional dan kuat, membuat neneknya mendengarkan dengan seksama, sambil sesekali mengangguk.

"Dan sekarang... dia selalu berada di sisiku. Dia... dia bukan hanya seorang roh bagiku, Nek," Freya menutup ceritanya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "tapi juga seseorang yang sangat berarti."

"Aku selalu tahu ada yang berbeda pada dirimu, Freya," kata neneknya pelan. "Namun, keterikatanmu dengan dunia roh tampaknya lebih dalam dari yang pernah kita alami dalam keluarga. Fiony, dia mungkin datang untuk menuntunmu... atau, mungkin, kau yang ditakdirkan untuk menuntunnya."

Freya merasakan desakan tanda tanya dalam hatinya. "Nenek... kalau memang begitu, apa artinya aku harus tetap bersama Fiony? Apakah ini berarti aku akan semakin dalam masuk ke dunia mereka?"

Neneknya menarik napas panjang, lalu mengusap rambut Freya dengan lembut. "Freya, berinteraksi dengan dunia roh memang bisa memberimu kekuatan dan pemahaman. Tapi, itu juga bisa mengaburkan batas antara yang hidup dan yang mati. Jika kau semakin dalam terikat dengan dunia mereka, roh-roh lain akan semakin tertarik padamu. Itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari."

Bound by Love, Separated by Death [Frefio]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang