Bound by Love, Separated by Death [Frefio]

Chapter 26: A Sign of Danger

Freya menatap keluar jendela bus yang ia tumpangi sepulang dari kampus, membiarkan pikirannya melayang pada berbagai peristiwa yang baru saja ia alami di rumah neneknya. Sekarang ia mengenakan kalung batu giok pemberian nenek—sebuah jimat yang sudah terbukti melindungi dirinya dari gangguan roh yang sebelumnya sering muncul di sekitarnya. Sepulang dari kampus dan berkumpul bersama teman-temannya, Freya merasa hidupnya kembali tenang, penuh kehangatan yang baru.

Malam itu, ketika Freya kembali ke apartemen, ia mendapati Fiony telah menunggu dengan senyum lembut yang membuatnya selalu merasa diterima. Mereka duduk di sofa, dengan Freya menyandarkan kepalanya di bahu Fiony. Mereka saling bercerita, berbagi tawa, dan menikmati momen-momen intim yang hanya bisa dirasakan dalam kesunyian mereka bersama. Kini, Freya bisa merasakan kedamaian bahkan ketika ia tahu dirinya hidup di antara dua dunia yang terus berpotongan.

Suatu sore, saat Freya sedang membaca buku di ruang tamunya, mendengar ketukan lembut di pintu. Begitu dia membukanya, ia mendapati Angelina berdiri di sana.

"Angelina," sapa Freya dengan senyum ramah. "Masuklah."

Angelina mengangguk dan melangkah masuk ke dalam apartemen Freya. Seperti biasa, kehadirannya selalu membawa nuansa misterius yang sulit dijelaskan. Freya membawanya ke sofa, dan mereka mulai mengobrol ringan, berbicara tentang kemampuan Freya yang semakin stabil berkat kalung giok itu, serta tentang cara-cara lain untuk menjaga energi dan batinnya.

Namun, setelah beberapa saat, percakapan beralih ke topik yang lebih serius. Angelina duduk bersandar di sofa, memperhatikan Freya dengan sorot mata penuh ketelitian.

"Freya," kata Angelina dengan suara rendah, "aku perlu memberitahumu sesuatu yang penting."

Freya menegakkan tubuhnya, menunggu apa yang akan Angelina sampaikan. Fiony yang berada di dekat Freya, ikut memperhatikan dengan saksama, merasakan ada ketegangan dalam suara Angelina.

"Sejak kau dan Fiony membuat kontrak, energi spiritualmu memang meningkat, dan kalung giok itu sangat membantu meredam efeknya. Tapi..." Angelina terdiam sejenak, lalu melanjutkan, menatap Freya dengan sorot mata yang serius, "ini juga menarik perhatian sesuatu yang tidak diinginkan."

Freya menelan ludah, menahan perasaan tak nyaman yang mulai muncul. "Apa maksudmu dengan 'menarik perhatian sesuatu yang tidak diinginkan'?" tanyanya, sedikit cemas.

"Energi spiritualmu yang kuat telah menarik perhatian roh-roh lain di sekitar kota ini," lanjut Angelina, suaranya tegas. "Dan bukan hanya roh biasa. Ada satu roh jahat yang sangat kuat. Dia... tertarik padamu, Freya. Semakin kau menguat, semakin besar keinginan roh itu untuk mengambil energimu. Dia menganggapmu sebagai sebuah... saingan dan sumber kekuatan yang besar."

Freya merasakan getaran dingin di punggungnya. Dia teringat roh-roh jahat yang sudah pernah dia hadapi sebelumnya, tapi kali ini Angelina terlihat jauh lebih khawatir. "Jadi... apakah ini berarti roh itu akan datang mencariku?"

"Lebih dari itu," jawab Angelina dengan tenang. "Roh itu sudah mengincarmu sejak beberapa waktu lalu. Dia sudah cukup dekat untuk mendeteksi perubahan energimu. Sebelumnya dia hanya menunggu, mengumpulkan kekuatannya. Tapi sekarang... dia siap untuk bergerak."

Fiony, yang sejak tadi duduk di sisi Freya dengan tatapan khawatir, segera meraih tangan Freya. "Aku tak akan membiarkan roh jahat itu menyakitimu, Freya," bisiknya, tatapan mata mereka bertaut dalam janji penuh cinta dan kesungguhan.

Angelina menatap mereka berdua dengan serius. "Yang bisa kalian lakukan adalah tetap waspada. Jangan abaikan pertanda, dan selalu perhatikan hal-hal yang terasa berbeda di sekelilingmu. Jika kau merasa ada energi yang terlalu besar mendekat, segera beritahu aku."