Geunyang

25 4 2
                                    


Jujur saja, Jio itu tidak pandai untuk menyimpan rahasia terlalu lama. Maka sebelum gadis mawar itu mengetahuinya sendiri, ia lebih memilih untuk menceritakan kedekatannya dengan Jevan -kecuali saat mereka berhubungan seksual, Jio hanya menceritakan Jevan hanya menciumnya saja.

Hal itu membuat Rosie marah, tentu saja. Gadis itu bahkan tak menyapanya seharian penuh meskipun ia dan Jio memiliki 3 kelas yang sama dalam satu hari. Tapi keesokan harinya, ia mengatakan jika mengerti dengan tali rumit diantara mereka, dan ingin mengobrol lebih lanjut apa yang telah terjadi.

Maka dari itulah hari ini Jio sudah duduk manis di salah satu kursi milik Kohi. Rosie rasa Kohi merupakan tempat yang tepat untuk mereka berbicara.

"Jio kan?" kepalanya mendongak untuk melihat suara yang menyapanya. Ia tersenyum saat minumannya diantar oleh Yoga. "Sendirian aja, Ji?"

"Ini lagi nungguin Rosie sama temen. Baru datang ya Yog? Tadi nggak lihat elo."

Yoga hanya mengangguk mengiyakan. Lelaki itu memang baru datang karena baru selesai kelas. Jio mengetahui fakta bahwa Yoga memang bekerja lepas, asalkan waktu kerjanya tetap 5 jam per hari. Maka setelah basa-basi yang lainnya, lelaki itu segera kembali memberikan pelayanan kepada pengunjung lain.

Bunyi pintu yang sedikit berderit membuat Jio mengalihkan pandang. Ia bisa melihat kehadiran Rosie dan Jevan disana. Jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kencang. Ia takut membayangkan segala kemungkinan yang akan dilakukan oleh Jevan. Lelaki itu sangat nekat. Dia tidak tahu takut. Sedangkan Jio sudah berkeringat dingin melihat wajah Rosie yang lebih serius daripada biasanya.

"Okay, biar kita nggak perlu lama-lama.. Gue mau mendengar penjelasan dari kalian."

Rosie bahkan tidak menunggu minuman pesanannya datang. Tidak pula basa-basi dengan menanyakan kabar -yang sebenarnya tidak perlu juga, tapi Jio tidak suka dengan sesuatu yang berubah menjadi serius.

"Gue suka sama Jio." ujar Jevan.

Baik Jio maupun Rosie sama-sama kaget, mereka tidak percaya dengan ucapan lugas Jevan.

"Really? Lo pacaran sama sahabat gue -Lisa, tapi naksir sahabat gue yang lain juga?"

"Gue sudah putus sama Lisa, lagian lo yang paling tahu gimana hubungan gue sama Lisa waktu pacaran dulu." Jevan tersenyum miring melihat Rosie yang tak bisa menjawab. Siapapun tahu, ketika Lisa dan Jevan masih menjadi sepasang kekasih, mereka bersama seolah untuk sekadar memiliki, bukan mencintai. Lisa merupakan orang terkenal di jurusannya, dan Jevan terkenal hampir seluruh penjuru kampus karena ketampanannya. Dan ketika keduanya bersama, maka tidak ada yang bisa menandingi pasangan tersebut.

Tatapan Rosie beralih pada Jio yang terlihat bingung, "Lo juga suka sama dia, Ji?"

"Hah?" ditanya seperti itu, Jio menjadi gagu. Gadis itu membenarkan rambutnya salah tingkah, ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. "Gue suka sama Jevan, tentu saja. Karena dia teman kita, kan?" Jevan hampir tersenyum lebar mendengar ucapan Jio, namun ditahannya ketika mendengar kata teman. "kalau rasa suka lebih dari sekedar teman... gue nggak tahu. Semuanya begitu cepat buat gue."

"Serius, Ji? Lo nggak sadar sama perasaan lo sendiri? Selama ini–"

Jevan mengehentikan ucapannya saat minuman pesanannya dan Rosie datang. Yoga yang mengantarkan, hanya melemparkan senyum formalitas sebelum meninggalkan mereka.

"Selama ini kedekatan kita cuma sebatas teman? Teman kayak gimana yang-"

"Aduh bentar deh, gue bingung." Potong Rosie yang terlihat kesal dengan pembicaraan yang berlangsung. Gadis itu jadi greget sendiri melihat situasi itu. "Intinya lo naksir Jevan atau engga?"

Love FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang