Are You Serious?

70 8 4
                                        


Demi bintang yang bertaburan dan bulan yang berbentuk bulat sempurna, Jio sangat tidak menyangka jawaban tadi akan keluar dari mulut seorang Juna. Entah ia harus berterima kasih karena setelah itu Jevan hanya diam, atau bahkan harus mengutuknya karena ia tidak tahu harus menjawab bagaimana jika Jevan bertanya lebih lanjut di lain hari.

Pikirannya kosong sekali. Ia tidak bisa berkata apapun setelah Juna menyuruhnya untuk naik di boncengan motornya. Membuat gadis itu menggendong tas gitar Juna di belakang, karena tidak ada pilihan lain. Tangannya tercengkram makin kuat ketika mengingat Jevan lagi. Ia bingung harus bagaimana menyingkirkan lelaki itu dari pikirannya. Bukan perasaan yang bahagia, tapi lebih kepada kecewa dan rumit dengan semuanya. Ia juga sudah lama tidak bertemu dengan Lisa.

"Ini lo ikut gue beneran?" suara berat Juna menyadarkannya dari lamunan.

Ia mengerjap sebentar sebelum akhirnya menyadari motor Juna sudah berhenti di pinggir jalan. Maka dengan cepat, Jio melepaskan pegangannya dari pinggiran hoodie lelaki yang memboncengnya itu.

"Gue nggak pakai helm. Tapi kalau balik lagi takutnya–" Jevan masih disana karena lelaki itu suka merokok terlebih dahulu di basement apartemen. Tapi Jio memilih untuk mengurungkannya karena ia punya ide lebih baik, "Gue turun di minimarket depan aja deh. Biar gue balik sendiri."

Juna sedikit membalikkan badannya agar bisa melihat Jio, "Yakin? Di sekitar sini masih ada preman. Lo nggak takut kenapa-kenapa?"

Bahunya merosot lemah, "Terus gue gimana dong, Jun?"

Tanpa sepengetahuan Jio, ujung bibir Juna terangkat samar. Lelaki itu mengakui jika Jio terlihat cantik dan lucu di waktu yang bersamaan.

"Kalau lo nggak keberatan ikut ke cafe ya nggak masalah sih bagi gue." Maka tidak ada jawaban yang lebih baik bagi Jio selain mengiyakan ajakan Juna tersebut. "Tapi lo harus pegangan, gue mau ngebut biar nggak kelihatan polisi kalau bawa penumpang ga pake helm."


****


Definisi ngebutnya Juna itu yang beneran ngebut. Jio sampai merasa kalau dia tadi terbang. Ia jadi heran, kenapa laki-laki itu selalu suka kebut-kebutan di jalan, sih? Padahal nyawanya kan tidak sebanyak kucing.

Tapi daripada memikirkan aksi kebut-kebutan Juna, Jio lebih memilih untuk memandangi cafe yang dimaksud Juna. ia kira, Juna akan membawanya ke Kohi. tapi lelaki itu malah membawanya ke cafe yang lebih mirip pub dengan pencahayaan yang minim dengan nama cafe yang disampingnya terdapat botol minuman yang ia tahu itu minuman keras.

"Lo yakin ini cafe?"

Juna hanya mengedikkan bahunya dan mengambil tas gitar di bahu Jio. Lelaki itu membawanya di bahu sebelah kiri. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk sedikit menarik pergelangan tangan Jio agar mengikutinya segera.

"Lo lama banget anjir!" adalah kalimat pertama yang didengarnya dari lelaki asing dengan mata sayu seperti orang mabuk. Mata sayunya itu menatap Jio dari atas sampai bawah dan kemudian beralih melihat tangannya yang digandeng Juna.

"Sorry Bang, gue habis jemput nih cewek dulu."

"Iya, buruan gih. Udah banyak yang nunggu live music."

Jio bisa mengerti maksud pembicaraan Juna dengan lelaki yang dipanggil 'Bang' itu. Maka setelah kepergian lelaki itu, Juna menarik Jio agar mengikutinya. Lelaki itu membawa Jio ke meja di bagian sudut yang cukup untuk 4 orang. Ia mendudukkan Jio disana, "Tunggu gue disini. Jangan mau kalau dikasih minuman sama orang. Nanti kalo ada cewek yang nyamperin lo dan namanya Mina, itu temen gue."

Love FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang