Calon Pacar?

77 6 3
                                        


Matahari masih bersinar terik, kendaraan juga banyak berlalu lalang. Tapi ia terjebak di tepi jalan dengan kondisi ban belakang mobil yang entah kempes atau bocor. Meskipun sungkan, ia mencoba untuk menghubungi Bambam karena lokasinya tidak jauh dari Kohi. Lelaki itu juga sudah mengiyakan dan menyuruh Jio untuk menunggu. Seharusnya Jio belajar saja dengan kakak lelakinya untuk mengganti ban mobil. Percuma di bagasi ada ban serep dan dongkrak jika ia tidak bisa menggantinya sendiri.

Sebuah motor gede berhenti di dekatnya. Alis Jio mengernyit. Kenapa malah Juna yang menghampirinya?

"Loh, Bambam mana?"

"Di cafe, masih ada urusan. Jadi dia minta tolong sama gue."

"Oh.." Jujur saja, Jio merasa begitu canggung dengan Juna. Lelaki itu terlalu pendiam, dan Jio tidak terbiasa dengan orang yang pendiam. "Ini gue gatau bannya kempes atau bocor."

"Ini bocor. Lo ada dongkrak nggak?"

"Ada di bagasi."

Juna segera membuka Bagasi. Mengeluarkan ban serep dan peralatan lainnya. Lelaki itu seperti tahu apa yang akan dilakukannya. Ia bahkan dengan mudah menggunakan dongkrak.

Merasa kesusahan, Juna membuka jaketnya. Menyisakan kaos abu-abunya.

Dengan sigap, Jio mengulurkan tangan untuk membantu membawa jaket milik Juna, "Thanks."

Jio memperhatikan Juna yang sedang mengendorkan baut ban mobilnya. Lelaki itu terlihat cukup terampil. Ingin bertanya, tapi Jio sungkan. Maka gadis itu memilih untuk bermain ponsel.

Jevan: Dimana?

Netranya malah menjumpai notifikasi dari lelaki yang sangat ingin dihindarinya. Helaan nafasnya yang terdengar oleh Juna membuat lelaki itu menoleh.

"Perasaan gue yang kerja, kenapa kayak lo yang kelihatan capek banget, deh?" Jio mendongak. Ia menatap peluh berjatuhan dari pelipis Juna. Pandangannya kemudian menoleh ke sekeliling. Jalanan tempat ban mobilnya bocor itu cukup sepi, tidak ada minimarket atau toko kelontong di sekitarnya. Hanya ada beberapa rumah yang tertutup pagar lumayan tinggi.

"Bentar gue ambilin minum."

Jio berharap semoga persediaan air minumnya ada di dalam mobil. Namun sayangnya, yang terlihat hanyalah botol tumblr miliknya dengan sisa air setengah botol. Ia jadi merasa bersalah dengan Juna.

"Air di mobil gue udah habis, Juna. Cuma ada botol gue doang. Sepulang dari benerin ban mobil, gue traktir deh."

"Nggak usah, santai aja. Gue ikhlas kok bantuinnya."

Dengan penuh rasa bersalah, Jio ikut jongkok di samping Juna. Sambil melihat pekerjaan lelaki itu yang sepertinya hampir selesai. "Kok lo cepet amat?"

"Udah pernah ganti ban mobil. Jadi lumayan bisa."

"Yang soal traktir tadi, gue beneran."

"Nggak usah, Ji."

Jio tersenyum, baru kali ini lelaki itu memanggil namanya. Di cafe saja, lelaki itu juga jarang memanggil, atau bahkan melihatnya saat berbicara. Jadi mendengar panggilan itu dari Juna, membuatnya merasa aneh.

"Usah, ih. Kalau lo nggak mau, gue yang nggak enak sama lo. Lagian udah buang waktu lo juga nih jadinya."

"Yaudah next time aja kalo gitu. Gue mau ada perlu." Juna selesai mengganti ban mobil Jio. Ia lantas menerima tisu basah yang diulurkan jihyo, membersihkan tangannya dari kotoran, sebelum kemudian pergi menunggangi motor gedenya.

Baru saja Jio hendak memutar untuk masuk mobil, matanya melihat sebuah tas gitar milik Juna.

"Bisa-bisanya ketinggalan?!"

Love FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang