14~pindah kota...

490 59 11
                                    

suara nyaring antara 2 katana membuat ngilu siapapun yg mendengarnya. mereka berdua tak berhenti beradu katana , tak perduli pada diri mereka yg sudah berlumuran darah, dari wajah hingga kaki.

bagaimana dgn trauma caine? sungguh, kalau menyerah adalah kemenangan, ia ingin pingsan sekarang juga. tapi caine bukan tipe org yg gampang menyerah, bukan caine namanya kalau ia tidak nekat walaupun nyawa mengancam.

sedangkan anggota kelompok caine kalah dalam peperangan katana dgn anggota neo, mereka semua terkapar pingsan dgn genangan darah. untung saja caine sudah memberikan mereka semua sinte agar sedikit lebih kuat.

noe dan caine berhenti sejenak untuk menetralkan deru nafas mereka. masing masing menatap dgn tatapan tajam. mengelap darah yg mengalir di pelipis, bibir dan lain lain.

dada caine terasa sangat nyeri untung saja ia suda membeli pil pereda nyeri. ia mengambil kesempatan untuk mengonsumsi langsung 2 pil, tapi pil hanya meredakan nyeri bukan meredakan sesak dan batuk yg ia alami sepanjang pertarungan. batuk yg disertai dgn dahak membuat caine sedikit tidak fokus.

uhuk...
uhuk...

sesekali keluar gumpalan darah dan aliran darah di ujung bibir.

"apa kau sudah ingin menyerah caine?"neo mendekati caine tiba tiba  mengarahkan katana kearah caine, untung saja caine dngn cepat menepisnya.

sring!
sring!
sring!

"tidak akan!" ucap caine masih menepis nepis katana, dan menghindar kesana kemari. hingga mereka mundur menjauh, mengambil ancang ancang. caine dgn cepat meminum pill lagi , kali ini ia meminum 3 pil sekaligus. kau ga takur overdos kah mih?

"kau masih saja keras kepala...lihatlah semua anggotamu sudah terkapar lemah, dan anggotaku?tentu saja menang" neo tertawa jahat menatap caine remeh.

"t-tuan...lebih baik tuan menyerah saja..." arlan duduk tak berdaya posisinya tak jauh dari posisi caine dan neo.

"tidak! aku tidak akan menyerah, biar ku balaskan dendam kalian kepada pria brengsek ini!!!"teriak caine dgn nafas memburu dan tatapan yg penuh dendam.

"caine..cainee...bagaimana mungkin kau bisa-Ughh" neo salah jika berpikir caine sudah menyerah dan akan kalah. tapi dgn tiba tiba, caine berada di hadapan neo dan menusuk perut neo dgn katananya hingga menembus perut neo.

"kau terlalu ceroboh tua, kamu pikir aku lupa jurus yg di ajarkan kakek?"caine menatap neo sambil tersenyum remeh dan menarik kembali katananya yg penuh darah.

"bngs*t!"darah keluar dari mulutnya dan ia terjatuh tak sadarkan diri. caine tertawa senang sebelum gelap menyelimutinya.

bruk!

"t-tuan....!!"

"caine!"pria bersurai ungu terduduk, ia baru saja bangun dari pingsannya dan lngsung memikirkan keadaan sahabatnya.

't-tuhan...katakan ini mimpi..'

rion berlari ke ruang tengah lantai bawah, ternyata anak anaknya sudah terduduk disana dngn wajah sangat khawatir.

" ayo kita susul caine!!"ucap sang kepala keluarga dengan nada yg sedikit tinggi.

"pak duduk dulu sini"sang perempuan bersurai biru menepuk nepuk sofa disampingnya agar papinya itu duduk dan tenang. tapi rion malah semakin meninggikan suaranya.

"tolol! kita mau nyantai saat caine bertarung disana?!!! kenapa ga ada yg nyusul goblog!!" bentak rion marah sampai urat dilehernya menonjol karena melihat anak anaknya yg malah duduk dikursi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𓆩𝑴𝒂𝒍𝒂𝒊𝒌𝒂𝒕 𝑻𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒚𝒂𝒑𓆪   {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang