🐱🐱CarlSha🐱🐱

43 23 2
                                    

"Egoku runtuh. Pada akhirnya, kau berhasil membuatku jatuh padamu."

~Carlisle Haven

"Satu hal yang tidak bisa aku maafkan adalah perselingkuhan."

~Asha Pervas

****************

*FLASHBACK ON*

"CARLISLE!"

Carlisle tersentak, mendongakkan kepalanya, dia mendapati sosok Asha yang tengah berdiri dengan wajah memerah di depannya. Iris kelam wanita itu menatapnya tajam.

"Ke–kenapa kamu di sini?!"

Seperti biasa, Carl menjawab menantang, iris abu miliknya terlihat sedikit bergetar dari kelopak matanya yang terbuka lebar. Menunjukkan dengan jelas bahwa saat ini, pria itu juga tengah gugup.

Jujur saja, Carl memang gugup saat ini. Tidak hanya gugup, dia juga merasa takut. Asha... Wanita yang di matanya selalu berwajar datar kini benar-benar menunjukkan emosinya dengan jelas.

"Kenapa tidak?" Asha balik bertanya, iris kelamnya menyorot sinis wanita yang tengah menyunggingkan smirk padanya. Tangan wanita itu bahkan dengan ringannya ada di atas paha Carlisle. "Bukankah selama ini gue juga sering datang tiba-tiba ke kantor lo?"

Deg!

Carlisle mematung. Iris abunya melebar sempurna, jantungnya berdegup kencang. Asha memanggilnya dengan sebutan lo-gue. Sesuatu yang tidak pernah Asha ucapkan sejak pertemuan pertama mereka.

Carl diam, meneguk salivanya susah payah. Jantungnya berdebar semakin kencang.

Asha melangkahkan kakinya semakin dekat. Carl memejamkan matanya, tubuhnya sedikit bergetar.

"Carlisle..." Asha berbisik, mengelus pipi pria di hadapannya.

Jantung Carlisle semakin berdegup kencang saat suara lirih Asha menyapa gendang telinganya. Sentuhan tangan Asha di pipinya juga membuat jantungnya semakin perpacu cepat. Carlisle tidak berani membuka matanya, yang bisa dia lakukan hanyalah meneguk salivanya susah payah. Mendadak, tenggorokannya terasa kering.

"Apa lo lupa?" Asha kembali berujar lirih. Tanganya terus menepuk pelan pipi Carlisle. Tubuh Carlisle yang tegang terlihat jelas di matanya. "Bukankah gue pernah bilang pada lo dulu?"

Asha melepaskan tangannya dari pipi Carlisle, mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu, berbisik lirih, "lo bebas melakukan apapun. Entah itu kesalahan atau kekacauan, gue nggak perduli. Asal lo tidak melanggar satu hal. Bermain dengan wanita lain selain gue apapun alasannya."

Posesif?

Ya, Asha adalah tipe wanita yang posesif. Asha tidak sudi miliknya di sentuh oleh orang lain selain dirinya. Hanya saja, sikap dan wajah datarnya menutupi sifat posesifnya itu dengan sempurna.

Tubuh Carlisle semakin menegang. Dia ingat, Asha pernah mengatakan hal itu padanya. Asha mengatakan hal itu padanya dua tahun yang lalu. Saat pertama kali Carl mengambil alih salah satu perusahan keluarga Haven. Hari pertama dirinya menjabat sebagai CEO di salah satu perusaan keluarganya.

"Dasar wanita gila!"

Asha sedikit terdorong mundur saat wanita yang sejak tadi duduk sambil meraba paha Carlisle mendorongnya. Wanita itu, dia adalah sekretaris Carlisle. Dia tidak tahan lagi melihat bagaimana Asha mendominasi Carlisle, membuat Bosnya tidak berkutik.

Asha menyunggingkan smirknya, kembali melangkah maju, tangan kanannya mencengkram erat rahang wanita itu sambil mendongakkannya menatap wajahnya. Iris kelam Asha menyorot lekat wajah wanita itu.

"Heh jalang!" Asha mendesis. "Sebaiknya lo buang pikiran kotor lo pada Carlisle. Berhenti bermimpi lo bisa dapetin Carl. Jika tidak—" Asha sengaja menggantungkan ucapanya. Iris kelamnya semakin menggelap, "lo pasti tau apa yang bisa orang gila ini lakukan~" ujarnya sebelum menghempaskan cengkeramannya dari rahang wanita itu.

"Dasar wanita gila!" Sekretaris Carl berseru. Pipinya memerah, terasa nyeri karena Asha mencengkramnya kuat. Wanita itu akhirnya pergi dari kantor Carlisle setelah membanting pintunya dari luar.

Carl menggigit bibir bawahnya kuat. Dia melihat semuanya. Jangankan menolong sekretarisnya, Carlisle bahkan tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang mulai bergetar. Keringat dingin menyembul di area dahinya. Padahal kantor pribadi Carl miliki suhu sejuk dengan AC di dalamnya.

Hari ini, Carl benar-benar melihat sisi lain dari tunangannya itu. Aura yang Asha pancarkan saat menghadapi sekretarisnya benar-benar gelap.

Ya... Gelap...

Sangat gelap...

Sepergian sekretaris Carlisle, Asha menolehkan wajahnya pada pria itu. Menghadapkan tubuhnya, tangannya terulur, mengusap-usap rambut Carlisle.

"Pria nakal~"

Deg!

Jantung Carlisle berdegup kencang. Iris abunya melebar sempurna. Tidak menyangka Asha akan mengelus-elus rambutnya setelah apa yang terjadi sebelumnya. Takut-takut, Carl mendongakkan wajahnya, berkedip saat melihat senyum tipis terukir di bibir Asha. Aura gelap yang beberapa menit yang lalu Carlisle lihat dengan jelas telah hilang sepenuhnya.

"Satu kali..." Carlisle berkedip, sedikit memiringkan wajahnya. Dia tidak mengerti dengan apa yang Asha maksud.

"Satu kali..." Asha kembali membuka bibirnya. "Ini adalah peringatan dariku Carl..." Asha menepuk-nepuk pucuk kepala Carlisle lembut. "Aku benci perselingkuhan ah tidak, aku benci milikku di sentuh orang lain. Jadi, tidak ada yang kedua kalinya. Ingat ini, Carl..."

Carl meneguk salivanya susah payah, jantungnya masih berdegup kencang. Dia mengangguk patah-patah. "Ba–baik. Aku janji tidak akan bermain dengan wanita lain lagi."

Asha mengangguk, kembali mengelus-elus surai lebat Carlisle. "Good boy..."

Carl kapok. Cukup sekali ini saja. Dia tidak ingin melihat aura gelap Asha untuk kedua kalinya.

Sayangnya... Seiring berjalannya waktu, Carl melupakan betapa menakutkannya Asha saat ini dan melanggar janjinya setahun kemudian. Kesalahan terfatal yang membuat Carl menyesal seumur hidupnya hingga memilih mengakhiri hidupnya...

***To Be Continued***

The Secret Of QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang