🐣🐣AlCa🐣🐣

14 11 0
                                    

Emas?

Iris abu Carlisle melebar sempurna. Begitu dia menuruni tangga, hal pertama yang menyambutnya adalah iris emas seorang pria yang tengah duduk di sofa ruang utama istana Bulan miliknya.

Bagaimana bisa ada manusia yang memiliki mata seperti itu?

Carlise terkejut. Posisinya saat ini masih berada di tengah tangga, berjalan perlahan menuruninnya.

Bukan, Carlisle bukan berusaha menjadi sosok ratu yang anggun. Jangan salah paham. Carlise berjalan perlahan adalah karena dia tidak biasa dengan sepatu ber hak yang tengah dirinya gunakan saat ini. Sebagai pria sejati, tidak mungkin Carlisle menggunakan sepatu hak tinggi seperti wanita! Yah, meskipun sepatu yang saat ini dirinya gunakan tidak bisa di bilang tinggi, tapi tetap saja, bagi Carlisle ini sepatu dengan hak tinggi. Belum lagi gaun yang sekarang di pakaianya membuatnya sulit bergerak cepat.

Setelah berusaha menuruni tangga dengan hati-hati agar tidak terjatuh, Carlisle akhirnya sampai di depan pria yang kini tengah berdiri di depannya. Carlisle mendecih dalam hati saat dirinya hanya bisa melihat bagian dada pria di depannya.

Cih! Tubuh ini pendek sekali? Padahal sudah memakai sepatu ber hak tinggi!

Mendongakkan wajahnya karena perbedaan tinggi badan yang bisa dibilang sedikit jomplang, iris abu Carlisle kembali melebar sempurna saat sekali lagi iris abu miliknya bertatapan dengan iris emas jernih di depanya.

Wow... Apakah pria di depannya ini benar-benar sang Kaisar? Bukan patung?

Bagaimana bisa ada manusia dengan penampilan yang seolah di pahat dengan sempurna?

Wajahnya memiliki struktur yang tegas dan proporsional, dengan rahang yang jelas membentuk garis maskulin yang kuat. Kulitnya tampak halus dan cerah, menciptakan kontras dengan rambut hitamnya yang rapi namun sedikit bergelombang, memberikan kesan dinamis dan memikat.

Iris matanya yang berwarna emas jernih membuatnya semakin memikat meskipun di saat yang bersamaan juga memancarkan kesan tajam namun tenang, seolah menyiratkan kepercayaan diri dan kewibawaan. Alisnya tebal dan melengkung dengan sempurna, memberikan tambahan ekspresi yang tegas. Hidungnya lurus dan simetris, sementara bibirnya yang tipis menunjukkan sedikit senyuman yang ambigu, memberikan kesan misterius.

"Wow... Sangat tampan...."

Tanpa Carlisle sadari, kata-kata itu meluncur begitu saja keluar dari bibirnya, membuat pria di depannya mengernyitkan keningnya. Buru-buru, Carlisle menutup bibirnya begitu menyadari apa yang telah dirinya lakukan.

"Sial! Dasar bodoh!" Carlisle mengumpat pelan. Wajahnya memerah, merutuki kebodohannya yang dengan sengaja mempermalukan dirinya sendiri di depan sosok di depannya.

Adelardo— sang Kaisar dan juga sosok yang sejak tadi berdiri di depan Carlisle— mengulurkan tangannya, meraih helaian rambut pirang pucat sang Ratu.

"Melihatmu begitu aktif, sepertinya kau benar-benar sudah sembuh ya, Ratu...."

Deg!

Iris Abu Carlisle melebar sempurna saat merasakan jantungnya berdetak cepat. Suara Alardo yang begitu dekat dengan telinganya semakin membuat jantungnya berdegup heboh hingga dia merasa sesak.

Apa-apaan ini?

Kenapa jantungnya bereaksi alay?

"Ja– jangan terlalu dekat!" Carlisle mendorong dada Alardo hingga pria itu sedikit melangkah mundur. Menghirup nafas dalam-dalam berusaha menetralkan jantungnya yang berdebar cepat hingga membuatnya sesak.

"Ssshh...." Carlise meringis, memijit pelipisnya saat mendadak kelapanya berdenyut nyeri. Apa lagi ini?

Bersamaan dengan kepalanya yang berdenyut nyeri, kilasan kilasan ingatan mulai berputar cepat di dalam kepalanya...
.
.
.

The Secret Of QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang