❤️❤️Calliope❤️❤️

35 14 0
                                    

----------------

"Apakah takdir se-bercanda itu? Aku tidak tau apakah ini berkah atau malah musibah. Yang jelas, setelah aku pikir hidupku berakhir di neraka, aku malah terbangun di tubuh asing dan tempat yang juga asing."

~ Carlisle Haven

----------------

"PRANGGG!!!"

Sebuah suara nyaring memekakkan telinga. Carlisle mengerjabkan kelopak matanya saat suara keras itu menganggunya.

"Ya— Yang... Yang Mulia Ratu! Anda sudah sadar?"

Yang Mulia Ratu?

Carlisle meringis, kembali mengerjab saat suara seorang wanita kini menyapa gendang telinganya.

Ratu? Apa yang wanita itu maksud?

Tunggu! Wanita? Bukankah dia sudah mati?

Carlisle buru-buru mengucek kelopak matanya. Sejak beberapa detik yang lalu, dia sadar bahwa kelopak matanya sudah terbuka. Tapi masalahnya adalah pandangannya yang buram membuatnya sulit mengetahui di mana dirinya berada saat ini.

"Tu-tunggu, Yang Mulia! Anda tidak boleh mengucek mata anda sekasar itu. Mata anda bisa terluka jika anda terus melakukannya."

Suara wanita itu kembali merasuki gendang telinganya. Carlisle bahkan bisa merasakan tangan lembut yang kini menahan kedua pergelangan tanganya. Sudah jelas bahwa sosok yang ada di sampingan saat ini adalah seorang wanita muda.

Tapi... Siapa wanita muda ini?

Bukankah dia sudah mati sejak jatuh dari atas balkon kamarnya yang berada di lantai tiga?

Apa dia selamat?

Kalau selamat... Bukankah dia seharusnya ada di rumah sakit?

Apa wanita ini seorang perawat?

Tapi... Carlisle yakin telinganya mendengar kata Ratu dari wanita muda itu.

Apa maksudnya?

"Lepaskan! Lepaskan tanganku!" Carlisle meronta. Terlalu banyak pertanyaan di benak Carlisle saat ini. Karena itu, dia ingin bisa melihat dengan jelas secepatnya.

"Tidak Yang Mulia... Jika saya melepaskannya, anda akan melukai mata anda."

"AKU BILANG LEPASKAN?! KAU TULI! MATAKU BURAM SAAT INI. AKU INGIN MEMBUAT MATAKU BISA MELIHAT JELAS!"

Wanita itu tersentak. Sejak pertama kali dia melayani sang tuan, baru kali ini dia melihat tuannya itu meninggikan suaranya. Biasanya, tuannya itu hanya bisa terdiam. Jangankan membentak, tuannya itu bahkan tidak pernah bisa menyuarakan isi hatinya. Kini, melihat tuannya membentaknya, perasaannya campur aduk. Antara senang, lega, dan tentu saja sedih. Sedih karena bentakan itu ditujukan untuknya.

"Anda hanya perlu menunggu beberapa menit sebelum akhirnya mata anda bisa kembali melihat dengan jelas, Yang Mulia..." Wanita itu menatap sang tuan ragu. "Saya akan melepaskan tangan anda jika anda berjanji tidak akan mengucek mata anda dengan kasar lagi."

The Secret Of QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang