09. Dear

1.3K 110 16
                                    

.






.





.




.

Aroma sedap dari nasi goreng telur itu langsung menguar begitu Faye menghidangkannya di atas meja. Kedua tangan Yoko sudah siap menggenggam sendok dan garpu, mulutnya berair membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan dirasakan lidahnya. Dia bisa melihat setiap bulir nasi terlapisi sempurna oleh bumbu serta mentega. Telur orak-arik di goreng dengan kematangan yang pas, potongan dadu kecil dari wortel, juga sejumput irisan daun bawang di atasnya menampilkan perpaduan warna yang memanjakan mata.

Faye diam-diam tersenyum melihat tingkah gadis di depannya. Entah sejak kapan dirinya ketagihan menyaksikan ritual yang dilakukan Yoko. Sebelum menyantap makanannya, dia selalu menyempatkan waktu untuk mengapresiasi. Menganggap sepiring hidangan layaknya sebuah karya seni. Tidak hanya indra pengecapnya yang bekerja, Yoko juga menggunakan mata dan hidungnya untuk menikmati.

"Eeuumm..." Di suapan pertama, gadis itu pasti akan memejamkan mata sambil mengeluarkan suara imut.

Suapan selanjutnya Faye sudah menuangkan segelas air. Yoko biasanya akan menyendok penuh makanan dan saat itu dia sering tersedak.

"Telan dulu makananmu. Jangan bicara," ucap Faye sembari mengangkat jari telunjuknya. Yoko tersenyum dengan pipi menggembung. Matanya yang sipit terlihat tinggal segaris.

"Pelan-pelan Yoo ..." ucapnya lagi.

Faye menyanggah dagu dengan punggung tangannya. Memperhatikan Yoko yang sedang fokus mengunyah dan menikmati nasi goreng buatannya. Ada rasa bangga setiap kali gadis itu menyanjung masakannya. Walau hanya 'Enak sekali!' atau 'Aku ketagihan, buatkan aku lagi!' Ucapan sederhana yang sebelumnya tak pernah ia dengar dari siapapun.

Memasak adalah hobinya sejak lama. Hanya segelintir orang yang tahu tentang kecintaannya itu. Di luar profesinya sebagai pembunuh bayaran, memasak merupakan satu-satunya aktivitas manusia normal yang bisa ia lakukan dengan sepenuh hati.

Bagi Faye, memasak bisa membuatnya tetap merasa hidup walau setiap hari kesepian membunuhnya secara perlahan.

Sekarang meja makan kecil di dapurnya tak hanya diisi satu piring dan satu gelas, yang berada di hadapan Faye kini bukan lagi kehampaan. Akhirnya ada seseorang mengisi kursi di seberang meja yang sebelumnya selalu kosong. Dia si pemilik senyum manis akan duduk di sana dengan wajah antusias. Ada kalanya dia memasang wajah tertekuk jika suasana hatinya sedang buruk yang seketika akan kembali ceria kalau sudah dipertemukan dengan sepiring hidangan lezat. Ya, bukan hanya dirinya, kini ada lidah orang lain yang ikut merasakan serta mengakui kelezatan masakannya.

"Apa kau akan kenyang dengan melihatku makan?" ucap Yoko membuyarkan lamunan Faye. Wanita jangkung itu tak sadar telah memperhatikannya terlalu lama. Dia berdehem sambil memalingkan wajah, salah tingkah.

"Ngomong-ngomong kenapa memakai pakaian seperti itu?"

Yoko penasaran tidak biasanya dia mengenakan kaos model turtle neck di cuaca panas seperti ini.

FIREFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang