Jangan lupa vote sebelum baca, dan komentarnya setelah baca ya, teman-teman 🤗
Happy reading ✨
---o0o---
Seorang gadis dengan tas bekal berwarna biru muda bolak-balik di dekat motornya. Dirinya berada di parkiran salah satu perusahaan besar yang pernah ia kunjungi dulu. Perusahaan milik keluarga Adhitama itu menjulang tinggi dengan dinding yang didominasi kaca maxicool, memberi kesan minimalis namun juga mewah.
Salma menggigit bibirnya bimbang. Mendadak ia merasa ragu untuk memberikan bekal makan siang sederhananya. Walaupun semalam Rony sudah menyatakan perasaannya, Salma tetap belum bisa percaya sepenuhnya pada ucapan lelaki itu. Hatinya memang mangatakan bahwa Rony benar sungguh-sungguh saat meminta Salma untuk menunggu, tapi entah mengapa di dalam kepalanya banyak sekali pikiran-pikiran buruk tentang Rony.
Apakah pria itu betul-betul membutuhkannya? Bagaimana kalau hanya berlaku untuk saat ini saja dan setelah semua permasalahan Rony selesai dirinya ditinggalkan? Salma tidak mau merasa sakit dan kehilangan lelaki itu untuk yang kedua kali.
Lamunan Salma buyar saat ponsel di saku celananya bergetar. Tertera nama Rony di sana.
"Halo."
"Gue ke kantor lo,"
Mata Salma membeliak kaget, "jangan!" Mereka sama-sama terdiam, Rony agak terkejut mendengar larangan Salma yang to the point sedangkan Salma sendiri berusaha merangkai kata untuk disampaikan kepada lelaki itu tanpa membuat Rony besar kepala karena dirinya bahkan sudah berada di parkiran kantornya, membawa bekal makan siang yang ia buat sendiri.
"Gue nggak butuh persetujuan lo. gue ke sana sekarang."
Sambungan telepon terputus. Salma buru-buru berlari ke arah lobby kantor. Jangan sampai kedatangannya ke menjadi sini sia-sia karena ia terlambat mencegah Rony untuk ke kantornya. Tidak lucu 'kan kalau mereka justru tidak bertemu karena saling mengunjungi?
Rony keluar dari lift bertepatan dengan Salma yang baru saja memasuki lobby dengan napas tersengal karena berlari. Berusaha mengatur napas, sedikit merapikan pakaian serta jilbabnya, Salma melangkah mendekati Rony yang juga sudah menyadari kehadirannya.
"Ternyata udah niat mau nyamperin gue, ya." Kalimat itu lebih terdengar seperti pernyataan. Rony mengucapkannya dengan mata mengerling, tidak lupa senyum tengil andalannya. Ternyata ini alasan Salma tadi melarangnya untuk datang.
Rasanya Salma ingin memukul pria yang sedang besar kepala itu keras-keras. Namun ia menahannya sekuat tenaga karena sekarang mereka masih berada di lobby kantor, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Ingatkan Salma untuk memukul Rony saat situasi mereka sudah aman.
Tanpa permisi Rony meraih tangan Salma, menggandengnya menuju lift. Melihat sebelah tangan Salma yang membawa tas bekal, Rony memutuskan untuk mengajak wanita itu makan di ruangannya saja.
Setelah pintu ruangan Rony tertutup, barulah Salma melayangkan pukulannya pada lengan Rony. Tidak terlalu keras, namun cukup mengagetkan Rony hingga sedikit meringis.
"Kenapa sih?"
"Lo yang kenapa? Minimal tau tempat, jangan asal gandeng orang! Kalau karyawan lo mikir macem-macem gimana?"
"Emang macem-macem yang lo maksud itu gimana?"
Salma cemberut, menghentakkan kakinya lalu duduk di sofa. Ia meletakkan tas bekalnya di meja, membuka dua kotak makan itu dengan wajah tertekuk.
Rony sama sekali tidak mengerti apa yang dikhawatirkan Salma. Padahal gadis itu hanya tidak ingin ada rumor tentang mereka, apalagi keluarga Adhitama sedang bermasalah.