Selamat pagi, siang, sore atau malam teman-teman sekalian! 🌝🌚
Mari kita kenalan lebih lanjut dengan Reyna di chapter ini. Sebelumnya jangan lupa follow dan votenya yaa.
Happy reading!
***
Reyna melangkah cepat menuruni tangga. Setelah mendapati surat misterius, rasanya ia hanya ingin segera pulang dan tertidur untuk melupakan semuanya.
BRUK!
“Ah!”
Reyna terduduk diatas lantai setelah menabrak seseorang yang entah muncul darimana. Untungnya ia baru saja berhasil melewati seluruh anak tangga, jika belum maka bisa terjadi hal buruk yang tidak diinginkan.
“Rey?” Tanya seorang remaja laki-laki dengan suara rendahnya.
Reyna mengangkat kepalanya, mendapati sosok berkacamata yang kini tengah menatapnya dengan raut bingung dan cemas. “Oh, Gavin.” Lirih Reyna.
“Sorry, lu gak apa-apa?” Tanya Gavin cemas sembari menyodorkan tangan untuk membantu Reyna. Namun Reyna mengabaikannya dan berdiri dengan mandiri.
“Sorry, gue gak lihat.” Ucap Reyna dengan acuh. Reyna kembali melanjutkan langkahnya, namun belum sampai 5 langkah ia berhenti setelah merasakan Gavin menarik pelan lengannya. Reyna berbalik, menatap Gavin dengan sepucuk kertas di tangannya. Reyna yang mengenali kertas itu reflek mengulurkan tangan, berusaha mengambilnya kembali, "balikin!”
Gavin melepaskan genggamannya dari lengan Reyna lalu berusaha menghindari serangan merebut yang datang bertubi-tubi. Reyna berdiri diam begitu menyadari bahwa kelakuan mereka telah mengundang tatapan mata dari beberapa murid yang berlalu-lalang. Akhirnya Gavin menatap mata Reyna serius, meminta penjelasan mengenai kertas yang baru saja ia baca. Reyna kembali berusaha untuk merebut kertas itu, namun lagi-lagi Gavin menghindarinya.
“Dari siapa?” Tanya Gavin singkat.
“Bukan urusan lu.” Jawab Reyna dingin. Reyna menengadahkan tangannya, meminta Gavin mengembalikan kertas itu. Namun Gavin malah menepuk dahi Reyna pelan dengan telapak tangannya. Reyna meringis, sedangkan Gavin terpaku, ia merasa suhu tubuh Reyna di atas normal.
“Lu udah ngejatuhin kertas ini, lalu gue bantu lu ambilin kertas ini. Gitu cara lu berterimakasih?” Sarkas Gavin. Namun Reyna sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapannya, ia tetap diam dengan tatapan dinginnya dan tangan yang menengadah. Gavin pun meletakkan kertasnya di atas tangan Reyna, Reyna meremas kertas itu lalu memasukkannya ke saku seragam dibalik kardigannya.
“Thanks.” Kata Reyna sebelum melangkahkan kakinya. Namun lagi-lagi Gavin kembali menarik lengannya. “Apa?!” Tanya Reyna galak membuat Gavin reflek mengangkat kedua tangannya seolah-olah akan ditembak seseorang.
Gavin tersenyum kecil lalu memiringkan kepalanya. “Nothing.” Jawabnya lembut. Ia pun pergi meninggalkan Reyna yang kini tengah kesal dan kebingungan.
Gavin tidak berubah, ia selalu senang membuat Reyna kesal. Gavin, Fahri dan Reyna bertemu di Sekolah Dasar bahkan berada di kelas yang sama selama 6 tahun. Namun Reyna tidak pernah merasa dekat dengannya karena Gavin berteman baik dengan Fahri. Berbeda dengan Reyna yang selalu berusaha menjauh darinya, Gavin malah berusaha mendekati Reyna sejak SD. Namun ia menyerah untuk menaklukkan Reyna setelah masuk SMP, meskipun mereka juga tetap satu sekolah.
Reyna berjalan santai menuju gerbang sekolah, menghampiri Pak Yuga—sang supir yang ditugaskan keluarganya untuk mengantar jemput Reyna dan Fahri dari rumah ke sekolah, maupun dari sekolah ke tempat les. Dari gerbang, ia sudah bisa melihat mobil hitam dengan plat nomor familiar beserta Pak Yuga yang berdiri di bagian kiri mobil. Pak Yuga membungkukkan badannya lalu membuka pintu mobil belakang mempersilakan Reyna masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERCONNECTION
Mystery / ThrillerReyna Putri Pranata tidak bisa melupakan apapun---sebuah kemampuan unik yang menyebabkan luka. Sejak peristiwa mengenaskan terjadi pada Pohon Panti yang merupakan rumahnya, Reyna diadopsi oleh keluarga Anggara--- keluarga yang berkontribusi besar un...