Chapter 8. Unnoticed Attention

38 27 12
                                    

Ready for chapter 8?!

Oke... Gausah lama-lama. Selamat membaca teman-teman! 😎

***


TOK.. TOK.. 

Ghifari mengetuk pintu kamar Fahri. Seragam sekolah sudah melekat di tubuhnya, menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk pergi ke sekolah. Selang beberapa detik, Fahri membuka pintu. Dengan pakaian yang sama seperti yang Ghifari kenakan. 

“Lu udah lihat video yang gue kirim?” Tanya Ghifari serius diikuti oleh anggukan kepala dari Fahri. 

“Ternyata emang bener ada yang gak beres. Si pengirim surat itu kira-kira dapat semuanya darimana? Dokumen proposal, hasil eksperimen bahkan video dokumentasi. Bakal masuk akal kalau dia ternyata terlibat sama pelaku eksperimen.”

Ghifari dan Fahri berjalan kearah ruang makan dengan ekspresi kosong dan pikiran yang sibuk. “Kalau emang itu SMK Paraduta, ayah pasti tau sesuatu.”

Fahri menoleh cepat kearah kakaknya, berharap ia bisa menjelaskan lebih lanjut atas apa yang baru saja ia katakan. 

“Video itu nunjukkin Project Lumina tahun 1997, tahun itu jabatan direktur Yayasan Paraduta masih dipegang kakek. Dan ayah baru lulus tahun segitu.” Jelas Ghifari membuat Fahri terdiam. “Lu coba ngobrol sama Gavin, sekarang udah jelas dia bohong. Mereka gak ketemu di pertigaan.”

Fahri mengangguk, tiba-tiba ia teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya, membuat Ghifari kebingungan. “Kak Kesya, bukannya dia pernah kerja paruh waktu di Kedai Gemar juga?” Tanya Fahri. 

“Gue… gak tau?” Balas Ghifari yang malah terdengar seperti balik bertanya, "kata siapa?”

“Sophia. Temen gue, anak manajemen. Yang punya kedai itu ibunya Sophia.” Jawab Fahri. 

Ghifari menggeleng, menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak mengetahui pertanyaan Fahri. Ia pun melanjutkan langkahnya, diikuti oleh Fahri. 

Setelah menuruni tangga, mereka sampai di ruang makan. Bastian terlihat sudah duduk di kursi utama sambil menikmati sarapannya. Ghifari dan Fahri duduk bersampingan, bersiap untuk menyantap sarapan mereka. 

“Jadi, alasan Reyna ke Kedai Gemar adalah untuk menyebarkan video tak berdasar itu?” Tanya Bastian datar. 

Ghifari dan Fahri tertegun, mereka terdiam, tidak tahu mau jawab apa. 

“Atau Gavin pelakunya?” Tanya Bastian lagi. 

“Kami gak tahu soal itu.” Jawab Ghifari singkat. 

“Apa eksperimen itu benar-benar ada?” Tanya Fahri yang sudah merasa gemas untuk mengetahui fakta. 

Ruangan mendadak hening, atmosfer tegang seketika terasa, hanya suara dentingan sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring yang terdengar memenuhi ruangan. Ditengah keheningan itu, Tiara datang lalu duduk di hadapan Ghifari berdekatan dengan Bastian tanpa mengetahui apa yang suami dan anaknya sedang bicarakan. 

“Hari ini harusnya Reyna sudah bisa pulang, sepulang sekolah kalian mau jemput Reyna sama Tasya? Atau… cukup Tasya saja?” Tanya Tiara lembut dengan senyum yang mengembang. 

Ghifari menyeruput susu di gelasnya sebelum berucap, “Ghifari masih ada meeting OSIS, tapi Fahri harusnya bisa jemput Reyna.”

Fahri melemparkan tatapan tajamnya pada Ghifari, ia merasa jengkel begitu melihat ekspresi Ghifari yang tersenyum penuh kemenangan. 

“Baiklah, tolong jemput Reyna ya.” Kata Tiara. 

Sementara Fahri sedang sibuk melemparkan komplain dan umpatan dari matanya ke arah Ghifari. 

INTERCONNECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang