Hello! 🤗
Jangan lupa follow, vote dan komennya teman-teman.
Happy reading!
***
PRANG!
Semua orang yang ada disana menoleh pada sumber suara. Mata mereka menangkap seorang gadis tengah berlutut di atas lantai dengan pecahan gelas dan piring yang berserakan.
"So..sorry." Ucap gadis itu pelan.
Pandangan Reyna teralihkan pada 4 orang perempuan kelas 12 yang duduk tepat di meja sebelah gadis itu terjatuh. Mereka hanya cekikikan sembari melihat gadis itu tanpa ada niatan membantu. Begitu salah satu dari mereka menyadari bahwa Reyna sedang memperhatikan, secara berututan mereka langsung gelagapan dan seketika terdiam.
"Kenapa dia ada disini?" Lirih Zara.
"Maksudnya?" Tanya Reyna tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.
"Dia bukan kelas S." Jawab Raya lalu kembali memakan kuenya.
"Duhh hati-hati dong. Kok bisa pada jatuh gini."
"Yahh berdarah tuh kakinya."
"Makanya hati-hati."
"Ceroboh banget sih kamu."
Keempat gadis yang sedaritadi diperhatikan oleh Reyna tiba-tiba bersikap seolah-olah mereka peduli. Salah satu dari mereka bahkan menopangnya untuk bangun dan menepuk nepuk rok yang dikenakan sang gadis. Tapi di mata Reyna, yang ia lihat hanyalah perundungan. Ia bisa menebak bahwa keempat gadis itu menyuruh siswi kelas C untuk membawa pesanan mereka dan sengaja membuatnya tersandung untuk dijadikan bahan olokan.
"Grace!" Panggil Reyna.
Raya dan Zara terbelalak mendengar panggilan Reyna. Mereka tidak menyangka Reyna mengenal seseorang dari kelas C. Padahal Reyna saja selalu bersikap seolah-olah ia tidak mengingat nama teman-teman sekelasnya.
Sementara Grace, tubuhnya mendadak tegang, menunjukkan rasa terkejut yang mendalam. Kepalanya perlahan berpaling ke arah suara, gerakannya kaku dan lamban. Matanya berkedip beberapa kali, berusaha mencerna situasi yang membuat pikirannya seakan tersentak keluar dari lamunan. Ia menatap orang yang memanggilnya, di balik tatapan itu, terlihat jelas bahwa pikirannya sedang berkecamuk mencari penjelasan.
"Kamu ngapain?" Tanya Reyna datar "kami udah suruh kamu duduk disini."
Kedua teman Reyna semakin tercengang atas kelakuan Reyna. Mata mereka menunjukkan komplain besar untuk perkataan Reyna. Tetapi Reyna sama sekali tidak menggubris kedua temannya.
Gadis berambut kuncir kuda dan berkacamata itu melihat sekeliling dengan gugup. Untuk memastikan apakah Reyna benar-benar bicara dengannya.
"Sasha, Teresa, Yuki, Hana." Reyna berdiri setelah memanggil nama keempat kakak kelas itu secara berurutan. "Saya gak perlu antar kalian ke ruang alat pembersih di sana, kan?"
Keempat gadis itu seketika saling tatap hingga 2 orang dari mereka pergi ke ruang kebersihan meninggalkan sisanya yang kini sedang gelagapan tak karuan.
Raya melambaikan tangannya, berusaha memanggil Grace agar segera menghampiri mereka. Grace pun melangkahkan kakinya ke arah mereka, hanya dengan tujuh langkah ia sudah berdiri kaku tepat di sebelah Reyna. Kepalanya menunduk, pandangannya polos dan jarinya saling mengusap menunjukkan betapa gugup dirinya.
Reyna mengalihkan pandangan dari Grace kepada Raya. Memberi kode untuk Raya bergeser ke kursi sebelahnya dan membiarkan Grace duduk di depannya. Namun bahkan setelah Raya bergeser, Grace tetap berdiri diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERCONNECTION
Mystery / ThrillerReyna Putri Pranata tidak bisa melupakan apapun---sebuah kemampuan unik yang menyebabkan luka. Sejak peristiwa mengenaskan terjadi pada Pohon Panti yang merupakan rumahnya, Reyna diadopsi oleh keluarga Anggara--- keluarga yang berkontribusi besar un...