Hi guyss! 🌞
Jangan lupa follow, vote dan komennya yaa, selamat membaca! 🥰
***
Sinar matahari perlahan menyapa dunia, warna langit berpadu dengan embun segar yang menari di atas daun-daun pepohonan. Suasana pagi begitu tenang dan damai, memancarkan energi yang menghidupkan.
Di dalam mobil mewah berwarna hitam, ada seorang remaja laki-laki dan perempuan yang sedang menuju ke sekolah mereka. Seragam bernuansa hitam putih dengan logo SMK Paraduta terlihat bersinar ditambah marga yang terpatri di name tag mereka menunjukkan betapa hebatnya mereka karena memiliki keluarga yang luar biasa.
SMK Paraduta merupakan sekolah kejuruan swasta terbaik yang dibangun oleh yayasan milik keluarga Anggara. Tidak sembarang orang bisa masuk kesana, selain karena biayanya yang sangat mahal, tes masuk mereka juga sangat ketat. Beasiswa untuk sekolah disana pun terbatas dan sama ketatnya. Sekitar 95% lulusan SMK Paraduta juga sukses tanpa kuliah. Bisa kau bayangkan betapa hebatnya sekolah tersebut?
DAK!
Suara tersebut berasal dari jatuhnya buku yang asalnya berada dalam pegangan seorang siswi. Remaja laki-laki yang merupakan pelaku dari jatuhnya buku tersebut menatap jijik gadis yang tengah mengambil kembali bukunya.
"Lu haus pujian banget sih jadi orang. Belajar di sekolah, les privat, perpus, kamar, bahkan di mobil aja masih belajar. Segitu pengennya lu disebut orang pinter?" Sarkas remaja laki-laki dengan name tag Fahri Aditya Anggara.
"Kalau iri, belajar juga sana. Biar bisa dipanggil pinter sama ayah." Jawab perempuan itu dingin, Reyna.
Fahri menarik kerah Reyna, membuat Reyna bertatapan dengannya. "Denger ya, lu itu cuman anak pungut. Jangan harap bisa dapetin kasih sayang dari ayah. Lu emang pinter, tapi rumah gue gak bakal pernah jadi milik lu!"
Reyna menghempaskan tangan Fahri kasar, lalu membenarkan posisi dasinya. "Denger ya Fahri, gue gak sudi dipukul ayah cuman karena nilai gue gak sesuai harapan dia. Gue juga gak pengen gantiin posisi lu di keluarga ayah. Lu sendiri tau gue anak pungut, terus kenapa lu yang bukan anak pungut kalah dari gue?" Jelas Reyna, nadanya datar namun terdengar sangat mengintimidasi.
Fahri mengepalkan tangannya, wajahnya memerah karena kesal. Rasanya ia ingin membunuh adik tirinya saja.
Mobil pun memasuki daerah sekolah, gerbang besar sekolah itu terbuka lebar, mengungkapkan pemandangan yang memukau di dalamnya. Di tengah-tengah taman yang indah dan terawat, terletak bangunan bersejarah yang menjulang tinggi. Dindingnya dipenuhi dengan ukiran rumit dan jendela-jendela besar yang memancarkan cahaya hangat ke dalam ruangan. Semangat tradisi dan keagungan masa lalu keluarga kuno terasa menyelimuti setiap sudut sekolah ini.
Begitu mobil berhenti, Reyna langsung membuka pintu meninggalkan Fahri yang masih menatapnya kesal. Setelah pintu di banting olehnya, Fahri membuang nafas kasar lalu menendang kursi depannya sambil mengumpat. Ia pun keluar dari mobil dan berjalan ke bagian belakang gedung Fakultas Sastra, tempat ia biasa berkumpul dengan teman-temannya. Disana ada sekitar 9 orang yang merupakan teman Fahri dari berbagai kelas. Beberapa di antara mereka sedang mengobrol, merokok, bahkan ada juga yang sedang bercumbu.
Fahri menendang kursi kosong yang ada disana lalu berteriak sekencang mungkin, meluapkan kekesalannya. "ANJING!"
"Woyyy shh! Anjir lu! Jangan sampai ada guru datang kesini!" Ucap seorang gadis berambut pendek yang sekarang sedang berdiri tepat di hadapan Fahri berusaha menenangkannya.
"Pasti berantem lagi dia sama adeknya." Tebak seorang laki-laki dengan perempuan yang duduk di pahanya.
"Dia bukan adek gue!" Bantah Fahri, raut wajahnya terlihat sangat tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERCONNECTION
Misterio / SuspensoReyna Putri Pranata tidak bisa melupakan apapun---sebuah kemampuan unik yang menyebabkan luka. Sejak peristiwa mengenaskan terjadi pada Pohon Panti yang merupakan rumahnya, Reyna diadopsi oleh keluarga Anggara--- keluarga yang berkontribusi besar un...