Chapter 6. Brief Respite

32 26 8
                                    

Hai hai selamat datang di chapter 6! 🔥

Jangan lupa tinggalkan jejakmu 😉

Happy reading!

***

Tepuk tangan meriah memenuhi aula rumah megah keluarga Bastian Anggara. Ghifari baru saja selesai memainkan lagu Canon in D oleh Pachelbel's Canon dengan biolanya, diiringi oleh Fahri dibalik piano berwarna putih mengkilap. Biasanya setiap ada acara, Ghifari akan memainkan cello dan Reyna lah yang bermain biola. Namun karena Reyna tidak bisa hadir, Ghifari harus memainkan biola karena Fahri lebih suka bermain piano.

Fahri dan Ghifari membungkukkan badan, berterimakasih atas apresiasi dan perhatian para tamu atas penampilannya. Dari panggung kecil itu, mereka bisa melihat senyuman bangga dari kedua orang tuanya.

Tiba-tiba Tasya masuk ke aula dengan raut panik, berjalan cepat kesana kemari mencari seseorang kemudian menghampiri Bastian yang sedang mengobrol dengan salah satu tamu di sisi lain ruangan. Ghifari yang melihat gelagat Tasya, langsung berjalan menghampirinya setelah memberikan biola ke tangan Fahri tanpa izin. Fahri mengernyitkan alis sambil melihat punggung kakaknya menjauh tapi berbicara apa-apa. Ia pun mengalah lalu memasukkan biola itu ke tempatnya.

Ghifari melihat Tasya membisikkan sesuatu kepada Bastian. Raut wajah Bastian tiba-tiba mengeras, membuat Ghifari berpikir ada sesuatu yang terjadi pada Reyna. Bastian memisahkan diri dari acara pesta, diikuti oleh Tasya dan Ghifari secara diam-diam.

"Apa maksudmu? Reyna menghilang?" Tanya Bastian di lorong sepi yang cukup jauh dari aula, memastikan tidak ada siapapun yang mendengarnya. Namun dibalik dinding, Ghifari menguping pembicaraan mereka dengan tenang.

"Saya pergi untuk mengambil air minum, namun Reyna sudah tidak ada di kamarnya saat saya kembali. Saya minta maaf." Jelas Tasya sembari membungkukkan badannya.

Dari sudut matanya Ghifari melihat ada seseorang berjalan menghampirinya, dengan cepat ia menoleh dengan jari telunjuk di depan bibirnya. Fahri yang asalnya hanya berjalan santai refleks berhati-hati saat melangkah agar tidak mengeluarkan suara.

"Ada perkiraan kemana Reyna pergi?" Tanya Bastian tajam.

"Ti-tidak, tuan. Nona Reyna tidak pernah membicarakan apapun, selain itu dengan kondisinya sekarang rasanya mustahil ia bisa pergi jauh dari rumah. Namun saya tidak bisa menemukannya dimana pun."

Mata Fahri membesar melemparkan pertanyaan kepada Ghifari akan apa yang ia dengar. Ghifari menarik lengan Fahri menjauh dari Bastian. Setelah dirasa cukup jauh, Ghifari melepaskan tangan Fahri dan berlari ke arah kamar Reyna.

"Ada apa?" Tanya Fahri sembari berlari mengikuti kakaknya.

"Reyna hilang." Jawab Ghifari singkat dengan nafas terengah-engah.

BRAK!

Ghifari membuka pintu kamar Reyna dengan kencang, matanya langsung menuju pecahan beling di samping kasur. Nafasnya tercekat saat melihat ada sedikit darah di atas lantai. "Apakah ia benar-benar melarikan diri?" Batinnya.

"Kak!" Panggil Fahri dari luar kamar. Ghifari segera menghampirinya lalu mendapati Fahri sedang menunjuk knop pintu kamarnya yang sedikit berdarah. "Apa mungkin-" Fahri berlari ke arah pintu balkon yang tertutup gorden, ia mengibaskan gorden tersebut dan mendapati pintu balkon yang terbuka.

"Dia kabur dari sini." Lirih Ghifari. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, bukan hanya karena ia takut terjadi sesuatu diluar sana tapi karena ia takut Reyna akan tertangkap oleh ayahnya. "Apa dia pergi buat ketemu seseorang?"

INTERCONNECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang