Pagi itu, matahari bersinar cerah saat Winter berkendara menuju kantor. Namun, ia memutuskan untuk mampir sebentar di kafe milik sahabatnya, Yujin, untuk membeli kopi. Begitu memasuki kafe, ia langsung disambut dengan senyuman hangat Yujin di balik meja barista.
"Morning!" sapa Winter.
"Morning!" balas Yujin ceria.
Winter menyunggingkan senyum kecil. "Bagaimana kabar kafe-mu? Apa semakin ramai?"
"Pastinya! Sejak promosi yang kamu buat, pengunjung makin banyak, mereka datang untuk nyobain kopi di sini. Terima kasih, Jeongie!"
"Sama-sama, Jin. Kalau butuh bantuan lagi, jangan sungkan bilang ya," sahut Winter sambil tersenyum.
"Okeee," Yujin menangguk. "Mau pesan kopi seperti biasanya?"
"Hm, tidak. Hari ini aku ingin hot chocolate saja," kata Winter sambil tertawa kecil.
"Oke, tunggu sebentar ya," jawab Yujin, lalu mulai menyiapkan pesanan.
Winter duduk di dekat jendela, matanya tak sengaja menangkap seorang anak kecil yang duduk sendirian di depan kafe. Pandangannya terpaku pada gadis kecil itu, dan pikirannya mulai bertanya-tanya. Ketika Yujin datang membawakan hot chocolate, Winter langsung menunjuk ke arah luar.
"Jin, terima kasih," katanya sambil menerima cangkir. "Oh ya, kamu kenal dengan anak kecil di luar itu?"
Yujin mengintip keluar jendela, mengikuti arah tunjukan Winter. "Hm, sepertinya tidak. Aku baru pertama kali melihatnya di sini."
Winter merasa penasaran. Ia memutuskan untuk menghampiri gadis kecil tersebut. "Aku keluar dulu, ya, Jin."
Winter berjalan mendekati gadis kecil itu dan berjongkok di depannya, berbicara dengan lembut.
"Hai, kamu sedang apa di sini sendirian? Di mana ibumu?" tanya Winter, suaranya ramah dan tenang.
Gadis kecil itu mengangkat wajahnya dan menjawab pelan, "Ibu sedang kerja. Aku di sini... karena mau bolos sekolah."
Winter tersenyum simpul, mencoba memahami. "Kenapa kamu mau bolos? Ada yang membuatmu tidak nyaman di sekolah?"
Gadis itu menggeleng pelan. "Bukan, teman baikku sedang sakit, jadi aku tidak mau ke sekolah. Aku nggak biasa sekolah tanpanya."
"Hm, apa ibumu tahu kamu di sini?"
Gadis kecil itu menggeleng lagi. "Nggak."
Winter berpikir sejenak, kemudian tersenyum. "Bagaimana kalau paman antar kamu ke sekolah sekarang?"
Gadis kecil itu menatap Winter ragu. "Paman orang baik, kan? Ibu bilang aku nggak boleh ikut orang asing."
Winter tertawa kecil. "Tentu saja. Begini saja, kamu bisa berikan nomor telepon ibumu pada paman, nanti paman akan menghubunginya untuk kasih kabar, oke?"
Anak kecil itu tampak ragu, tapi akhirnya ia mengangguk setuju. "Tapi... nanti waktu makan siang aku nggak punya teman. Biasanya aku makan sama dia."
Winter tersenyum hangat. "Kalau begitu, paman yang akan menemani kamu makan siang. Bagaimana?"
"Benarkah?" matanya berbinar.
"Tentu saja!" sahut Winter.
Gadis itu tersenyum malu-malu. "Oke, aku mau ke sekolah, Paman."
Winter tertawa pelan. "Ayo! Tapi, boleh paman tahu namamu?"
"Namaku Yoo Jieun."
"Senang bertemu denganmu, Jieun. Paman Kim Winter. Kamu bisa panggil paman 'Paman Kim', kalau mau."
Gadis itu tersenyum lebar. "Oke, Paman Kim."
Mereka kemudian berjalan menuju mobil, dan sebelum pergi, Winter melambaikan tangan kepada Yujin yang masih mengawasi dari dalam kafe. Dengan secangkir hot chocolate di tangannya, Winter mengantar Jieun ke sekolah, memastikan dia merasa aman dan nyaman sepanjang perjalanan.
..........
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang terurai melangkah anggun melewati lobi kantor. Setiap karyawan yang sudah tiba lebih dulu memberikan salam, dan ia membalas dengan senyuman hangat, penuh kewibawaan. Setibanya di ruangannya, sekretarisnya, Minjee, segera menghampiri sambil membawakan kopi dan menyerahkan agenda kegiatan hari ini.
"Minjee, apa aku bisa pulang lebih cepat hari ini? Aku ingin menjemput Jieun di sekolah," tanyanya, sambil memeriksa agenda di tangannya.
Minjee tampak ragu. "Sepertinya tidak bisa, Bu. Pak Gary ingin bertemu Anda pukul 3 sore nanti; beliau hanya punya waktu di jam itu."
Karina mendesah kecil. "Baiklah..." katanya, menerima situasi.
Minjee menunduk singkat, "Saya permisi dulu, Bu," lalu berbalik keluar ruangan. Begitu Minjee pergi, seseorang masuk ke ruangan Karina tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Kau perlu bantuan untuk menjemput Jieun? Aku bisa melakukannya," kata suara familiar itu.
Karina menoleh, dan matanya bertemu dengan Jaemin, pria yang telah lama menyimpan perasaan padanya.
"Tidak perlu, Jae. Aku akan meminta Aeri untuk menjemputnya," jawab Karina tegas.
Jaemin tersenyum getir. "Kenapa kau selalu menolak bantuanku?"
"Na Jaemin," katanya datar, "Ini masih pagi, aku tak ingin berdebat denganmu."
"Aku hanya menawarkan bantuan..." gumam Jaemin, suaranya pelan.
Karina hendak pergi ke ruang rapat, namun ia berhenti di hadapan Jaemin, menatapnya tajam.
"Aku tak mau ada orang yang merusak keluargaku lagi. Cukup sudah ulah sahabatmu. Aku sudah cukup trauma dengan apa yang dia lakukan pada aku dan Jieun. Biarkan aku bahagia bersama anakku," tegas Karina, lalu berjalan keluar tanpa menoleh lagi, meninggalkan Jaemin yang merasa diabaikan.
---
Di sisi lain, Winter tiba di sekolah bersama Jieun. Saat mereka turun, seorang guru tampak gelisah, jelas sedang mencari muridnya.
"Bu guruuu!" seru Jieun sambil berlari menghampiri guru tersebut.
"Jieun, kamu dari mana saja? Ibu khawatir sekali!" ujar gurunya lega.
"Maaf, Bu, tadi Jieun nggak mau sekolah karena ku dengar Minsik sakit," jawabnya dengan polos.
"Aduh, ayo kita masuk. Kamu diantar siapa?"
"Dengan Paman Kim!"
Winter melangkah mendekat, menyapa sang guru dengan sopan. Saat mata guru itu bertemu dengannya, ia tampak terkejut, mengenali Winter. Menyadari hal itu, Wintermemberi kode agar berpura-pura tak mengenalnya.
"Selamat pagi, Bu Guru. Saya Kim Winter," sapanya formal.
"Ah, selamat pagi, Pak Kim. Terima kasih sudah mengantar Jieun ke sekolah," jawab gurunya sambil tersenyum.
"Sama-sama, Bu. Saya titip Jieun ya," kata Winter.
Sebelum masuk, Jieun berlari kembali ke arah Winter, yang langsung berjongkok di hadapannya.
"Kamu harus belajar rajin, dengarkan perkataan Bu Guru, dan jangan melawan, ya," pesan Winter lembut.
"Oke! Tapi Paman, jangan ke mana-mana, ya?" pinta Jieun, memandangnya penuh harap.
Winter tersenyum menenangkan. "Iya, Paman akan tunggu di taman belakang sekolah. Nanti kita makan bersama di sana."
"Baik, Paman! Jieun masuk dulu, ya!" seru Jieun riang, lalu berlari masuk ke sekolah bersama gurunya. Winter membungkukkan badan dengan hormat pada guru tersebut sebelum pergi.
Begitu Jieun menghilang di dalam, Winter mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ryujin, mengabarkan bahwa hari ini ia akan bekerja dari luar kantor.
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Bonds
FanfictionDi dunia yang sibuk dengan kehidupan dan rutinitas, dua jiwa menemukan diri mereka bertemu secara tidak terduga dengan cara yang paling tak terduga. Pertemuan awal mereka adalah sebuah kebetulan, sebuah kesempatan yang memicu percikan yang tak dapat...