Karina berjalan sendirian di sepanjang koridor kantor, sedikit kelelahan sepulang dari pertemuannya dengan salah satu kolega. Didampingi oleh Minjee, sang sekretaris yang setia, ia berencana untuk langsung menuju ruangannya. Namun, tiba-tiba pandangannya mulai kabur, membuatnya terpaksa menopang tubuh ke dinding di sebelahnya. Minjee segera menyadari perubahan tersebut, ekspresi cemas muncul di wajahnya.
"Bu Karina, Anda baik-baik saja?" tanya Minjee khawatir.
Karina mencoba tersenyum samar, walaupun wajahnya pucat. "Uhh... iya, aku baik-baik saja."
"Maaf, tapi wajah Anda terlihat sangat pucat. Mungkin sebaiknya saya panggilkan petugas kesehatan?" tawar Minjee lembut.
"T-tidak perlu, Minjee. Kita langsung ke ruanganku saja," ujar Karina, berusaha melangkah maju.
Namun, belum sempat mereka melangkah jauh, tubuh Karina limbung. Ia hampir saja terjatuh jika saja Jaemin, yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan, tak segera menangkapnya dan menahannya agar tetap berdiri.
"Karina! Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" tanya Jaemin penuh kekhawatiran.
Karina terkejut melihat Jaemin, lalu buru-buru melepaskan pegangannya dari lengan pria itu. "Aku baik-baik saja, Jaemin," katanya tegas.
Jaemin menatapnya dengan sorot prihatin. "Bisakah kau tidak mengabaikanku kali ini? Kau jelas tidak terlihat baik, Karina."
Karina menghela napas pendek. "Aku bisa mengurus diriku sendiri, Na Jaemin."
Dengan sedikit tegas, Karina melanjutkan langkahnya, didampingi Minjee, meninggalkan Jaemin yang masih terheran-heran melihat betapa keras kepalanya Karina.
Namun, hanya beberapa langkah setelahnya, tubuh Karina goyah lagi, dan kali ini, Winter muncul tepat waktu untuk menangkapnya sebelum ia jatuh. Winter, yang sedang menuju ruangannya untuk membahas pekerjaan, tampak khawatir melihat kondisi Karina.
"And... anda baik-baik saja, Bu?" tanyanya dengan suara penuh perhatian.
Melihat sosok Winter yang membantunya, kali ini Karina tak menolak. Ia menatap Winter, mencoba menahan pusing yang semakin terasa.
"Aku... aku tidak tahu. Kepalaku mendadak pusing sekali," ucap Karina lirih.
"Saya bantu Anda ke ruangan, Bu," balas Winter dengan hati-hati.
Karina menatapnya sekilas, tampak tidak nyaman dengan formalitas itu. "Berhentilah berbicara formal padaku, Kim. Aku lebih nyaman kalau kau bicara biasa."
Winter terlihat sedikit terkejut, namun kemudian tersenyum tipis. "Oh... baiklah. Ayo, aku antar."
Dengan lembut, Winter menopang Karina dan membantunya berjalan ke ruangannya, sementara dari kejauhan, Jaemin memandang mereka berdua, menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam cara Karina menerima bantuan dari Winter.
Winter mengambilkan segelas air hangat dan menyodorkannya pada Karina yang perlahan meneguknya hingga setengah gelas. Meski terlihat lelah, Karina mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman di wajahnya.
"Kau sudah sarapan?" tanya Winter lembut.
"Belum... Aku tidak sempat, aku lupa ada rapat pagi ini," jawab Karina, menunduk sedikit.
Winter mengangguk, tampak berpikir sejenak. "Kalau begitu, biar aku suruh Minjee untuk membelikan sarapan. Kau butuh energi."
"Tidak usah," Karina mencoba menolak halus. "Aku tidak terbiasa."
Winter tersenyum tipis, memandangnya dengan tatapan tegas. "Kau tidak boleh terus mengabaikan kesehatanmu. Jika Jieun melihatmu begini, pasti ia akan cemas."
Karina terdiam, tersentuh dengan perhatiannya. Melihat reaksinya, Winter segera beranjak keluar ruangan untuk menemui Minjee.
"Minjee, bisa aku minta tolong belikan sarapan untuk Bu Karina?" katanya dengan suara tenang.
"Tentu, Pak," jawab Minjee.
"Ini, gunakan kartuku saja. Belikan juga makanan untuk dirimu" ujar Winter sambil menyerahkan kartu pada Minjee.
"Baik, terima kasih, Pak Winter."
Ketika Winter hendak kembali ke ruang Karina, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia melihat nama di layar dan segera mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Halo, Pak Winter, ini Joo Seop," jawab suara di seberang.
"Oh, iya, ada apa, Joo Seop?"
"Maaf mengganggu, Pak. Saya hanya ingin memberi tahu bahwa Mr. Greg sudah menunggu Anda di lounge. Beliau bilang sore ini harus kembali ke Australia untuk acara keluarga."
Winter mengangguk, menghela napas. "Baik, aku akan segera ke sana. Tolong berikan pelayanan terbaik untuk beliau, ya."
"Siap, Pak. Terima kasih."
Saat hendak kembali ke ruang Karina, Winter mendapati Aeri sudah berada di sana, tampak terkejut melihatnya.
"Kau ada perlu dengan Karina?" tanya Aeri heran.
"Iya, tadinya begitu... Bu Karina hampir pingsan, jadi—"
"Apa?!" seru Aeri, cemas. "Di mana dia sekarang? Anak itu keras kepala sekali!"
Winter mengangkat tangan menenangkan. "Jangan khawatir, Bu Aeri. Bu Karina baik-baik saja. Sekarang sedang istirahat di ruangannya. Aku sudah minta Minjee membelikan sarapan untuknya. Tapi maaf, aku harus segera menemui Mr. Greg. Bisakah aku menitipkan Bu Karina padamu?"
"Tentu saja, Winter. Pergilah."
"Terima kasih, Bu," ujar Winter sebelum bergegas pergi.
Setelah kepergian Winter, Aeri memasuki ruangan Karina, bersiap untuk mengomeli sahabatnya.
"Bukankah tadi aku sudah menawarkan sarapan? Kenapa kau keras kepala sekali, huh?" omel Aeri, sambil berkacak pinggang.
Karina tersenyum lemah, menutup mata sejenak. "Oke, oke... Maaf, jangan mengomel dulu. Kepalaku masih berdenyut."
"Cihh, itu salahmu sendiri!" Aeri mendengus pelan.
"Winter ke mana?" tanya Karina
"Dia ada pertemuan dengan Mr. Greg," jawab Aeri.
"Bukankah tadi rencananya sore? Kenapa jadi mendadak sekarang?"
"Entahlah, itu tadi yang dia bilang."
Ketukan di pintu memecah percakapan mereka.
"Permisi, Bu Karina. Ini makanannya," kata Minjee sambil meletakkan makanan di meja.
"Terima kasih, Minjee. Taruh saja di sini," kata Aeri.
"Sama-sama, Bu," Minjee pamit sebelum keluar ruangan.
Aeri menaruh makanan di depan Karina, menyodorkannya dengan tatapan tegas. "Ayo, makanlah dulu."
"Aku... tidak nafsu," Karina menggeleng pelan.
Aeri mendengus, terlihat semakin kesal. "Aish, anak ini! Katarina Yoo, kau tahu tadi hampir pingsan. Jangan meninggikan egomu dulu, bisa tidak?"
Karina, yang sebenarnya merasa sedikit kecewa karena Winter mendadak pergi, akhirnya menyerah. "Baiklah, baiklah... Kemarikan makanan itu."
Aeri tersenyum lega melihat Karina mulai makan, merasa puas telah berhasil membuat sahabatnya mendengarkan sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Bonds
FanfictionDi dunia yang sibuk dengan kehidupan dan rutinitas, dua jiwa menemukan diri mereka bertemu secara tidak terduga dengan cara yang paling tak terduga. Pertemuan awal mereka adalah sebuah kebetulan, sebuah kesempatan yang memicu percikan yang tak dapat...