Untitled Part 10

196 30 0
                                    

Setelah kejadian yang menimpa Karina beberapa waktu lalu, hubungan antara dirinya dan Winter semakin erat. Bahkan, kedua orang tua Karina pun mulai membuka diri kepada Winter, baik soal perusahaan maupun urusan pribadi. Tak jarang, Winter sering menginap di rumah Karina hanya untuk memenuhi permintaan kecil dari Jieun. Kehadiran Winter seolah menjadi bagian dari keluarga Karina.

Winter juga telah mengenalkan Karina dan Jieun kepada kedua orang tuanya yang tinggal di Busan. Terakhir kali, mereka menyempatkan diri untuk berlibur di sana selama beberapa hari. Meski belum terikat pernikahan, mereka menghabiskan waktu bersama layaknya sebuah keluarga yang harmonis. Awalnya, orang tua Winter terkejut—putra mereka sama sekali belum memberi kabar soal rencana menikah. Namun, setelah Karina menjelaskan, mereka pun memahami dan terhibur, terutama melihat tingkah lucu Jieun yang dengan polosnya memanggil Winter sebagai ayahnya.

Saat di Busan, mereka menghabiskan hari dengan berjalan santai di taman, menggelar tikar di bawah pohon rindang, menikmati makanan ringan, bermain sambil menghirup udara segar. Sore harinya, mereka pergi ke pantai untuk bermain air dan menikmati suasana matahari tenggelam. Orang-orang yang melihat mereka mungkin akan berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang telah menikah dan hidup bahagia. Namun, kenyataannya, ada banyak hal tak terduga yang masih menanti mereka di depan.

=====

Pagi itu, Karina tiba di kantor sambil menggendong Jieun. Hari ini, ia memutuskan untuk ikut menjemput putrinya bersama Aeri, ingin merasakan kembali momen-momen berharga itu.

"Bu, ayah di mana?" tanya Jieun, suaranya penuh harap.

"Sepertinya ayah masih rapat, sayang," jawab Karina sambil mengelus lembut kepala putrinya.

"Aku mau lihat ayah, Bu."

"Oke, kita ke sana, ya," sahut Karina sambil tersenyum.

Mereka pun menuju lantai di mana ruang rapat Winter berada. Begitu melihat ke arah ruangan konferensi, Karina terpaku. Winter sedang mempresentasikan materi dengan serius. Karina tak bisa menyembunyikan kekagumannya; aura ketampanan dan kewibawaan Winter begitu terpancar.

"Itu ayah, Jieun," ujarnya pelan, sambil menunjukkan sosok Winter kepada putrinya.

"Wah, ayah tampan sekali, ya, Bu!" seru Jieun, kagum.

Karina tersenyum kecil. "Ah, biasa saja."

"Ibu ini! Lihat tuh, Jieun saja suka lihat ayah, masa ibu enggak?" protes Jieun.

"Sudahlah, kamu ini masih kecil." Karina menggoda putrinya.

"Ya sudah, kita tunggu ayah di ruangannya saja, yuk!" Karina dan Jieun pun melangkah menuju ruang kerja Winter.

---

Winter, yang baru selesai presentasi, berjalan menuju ruangannya bersama Minho, Ryujin, dan Sungjae. Begitu membuka pintu, ia sedikit terkejut melihat Karina dan Jieun sudah menunggunya.

"Ayahhh!" seru Jieun riang dan segera minta digendong.

"Sejak kapan kalian di sini, sayang?" tanya Winter sambil mengangkat Jieun.

"Lima belas menit lalu," jawab Jieun dengan semangat.

"Kenapa tidak memberi kabar dulu?" tanya Winter.

"Aku tidak mau mengganggumu, Win. Lagipula, kami juga baru sebentar menunggu," jawab Karina sambil tersenyum.

"Iya, benar kata ibu! Tidak baik kalau ayah keluar saat rapat, nanti rekan kerjamu membicarakan ayah," ujar Jieun polos, membuat Winter tertawa kecil.

"Pintar sekali, putri ayah ini."

Tak lama, Minho muncul di pintu, "Maaf mengganggu, Win. Ini ada paket untuk Bu Karina." Winter mengambil paket itu dan menyerahkannya pada Karina. Karina membuka amplop cokelat itu, namun raut wajahnya berubah tegang saat melihat isinya.

Unexpected BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang