Untitled Part 16

67 18 0
                                    

"Untuk saat ini, persentase keuangan berada di angka 80%. Tidak terlalu buruk, tetapi juga belum cukup baik," ucap Pak Lee dengan percaya diri. Ia melanjutkan, "Maka dari itu, saya ingin mengajukan usulan untuk meningkatkan angka tersebut menjadi 100% melalui strategi—"

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, layar besar di aula menayangkan sebuah video. Para hadirin terdiam, menyaksikan tayangan yang langsung membuat suasana ruangan berubah tegang.

Di dalam video, terlihat Jeno dan Jaemin sedang berdiskusi serius di sebuah ruangan tertutup.

"Apa kau tidak bisa membantu aku mencari cara agar bisa mengambil alih perusahaan milik keluarga Karina?"

Jaemin terlihat menatap Jeno dengan raut wajah penuh kebencian. "Cukup, Jeno! Aku memang memintamu menjauhi Karina dulu karena aku menyukainya. Tapi aku tidak tahan melihatmu menyakitinya terus seperti ini!"

"Apa? Kau? Ha! Jadi selama ini kau juga tertarik padanya. Na Jaemin, kau benar-benar seorang yang menyedihkan!" Jeno tertawa sinis.

Jaemin membalas dengan suara penuh emosi. "Berhentilah, Jeno! Aku muak dengan semua ini!"

Namun Jeno tetap tak peduli. "Aku tidak peduli. Lagi pula, pamanku sudah berhasil menjalin kerja sama dengan Karina. Sebentar lagi, perusahaan itu akan menjadi milik keluargaku."

Jaemin menggebrak meja di depannya. "Kau sakit, Lee Jeno. Kau benar-benar tidak punya hati!"

Video itu tiba-tiba berhenti. Ruangan rapat mendadak sunyi. Para direksi, pemegang saham, dan rekan bisnis YK Group tampak bingung dan terkejut.

Aeri, yang duduk tak jauh dari Karina, melirik ke arah ruang monitor dan memberikan kode kepada Ryujin. Mereka, bersama Winter dan Minho, memang sudah merencanakan momen ini untuk mempermalukan Pak Lee dan mengungkap konspirasi yang melibatkan Jeno di hadapan semua pihak.

Karina menarik napas dalam, wajahnya masih sedikit pucat. "Aeri..." bisiknya lirih.

"Tenanglah," balas Aeri dengan nada lembut. "Aku akan mengurus ini. Dan..."

"Dan apa?" tanya Karina curiga.

"Kau masih percaya pada Winter, bukan?"

Karina menatap tajam. "Apa Winter terlibat dalam semua ini?"

Aeri hanya menepuk pundaknya. "Aku akan jelaskan nanti. Sekarang, lakukan apa yang harus kau lakukan sebagai pemimpin perusahaan."

Mendengar itu, Karina berusaha menenangkan diri. Ia kemudian berdiri, menggebrak meja dengan keras.

"Saya tidak menyangka hal ini terjadi, Pak Lee!" seru Karina dengan nada tegas. "Saya sudah menaruh kepercayaan penuh kepada Anda. Tapi ini balasan Anda?!"

Pak Lee tampak panik, tangannya bergetar. "Tu-tunggu, Bu Yoo. Ini semua bisa dijelaskan. Saya—"

"Tidak perlu ada penjelasan lagi!" potong Karina. Suaranya dingin, penuh otoritas. "Hari ini juga, saya nyatakan kontrak kerja sama antara kami tidak berlaku lagi. Bersiaplah untuk memenuhi panggilan dari dewan direksi dan tim hukum kami!"

Karina segera meninggalkan ruangan, diikuti oleh Aeri. Para hadirin mulai berbisik, sementara Pak Lee terdiam kaku di tempatnya.

Di sudut ruangan, Jeno mengepalkan tangan dengan marah. Wajahnya memerah karena rencana yang sudah ia susun hancur begitu saja. Dengan langkah cepat, ia keluar dari aula, mengejar Karina.

Di koridor, Jeno akhirnya berhasil menyusul Karina dan menarik lengannya.

"Lee Jeno?" Karina menoleh tajam, suaranya dingin.

"Mau apa kau di sini?!" bentak Aeri dengan nada tinggi.

"Apa ini balasanmu atas masa lalu, Jeno?" Karina menatapnya penuh kemarahan.

Jeno menunduk sejenak, suaranya bergetar. "Maaf. Hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa dekat lagi denganmu, Karina..."

"Lepas!" Karina menghentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jeno.

"Aku sudah muak dengan kelakuanmu, Lee Jeno. Pergi sebelum aku memanggil petugas keamanan."

"Dengar!" Jeno berusaha menjelaskan. "Aku melakukan ini karena Jaemin menyuruhku. Aku juga terpaksa karena ayahku memintanya. Aku tidak bisa membantah..."

"Selesai? Sekarang pergilah. Aku benar-benar lelah," ucap Karina sambil menghindari kontak mata dengannya.

"Belum! Kau belum mendengar semuanya. Aku—"

Bughh!

Tubuh Jeno terhuyung ke samping setelah menerima tendangan keras dari seseorang. Sosok itu adalah Winter. Wajahnya sebagian tertutup masker, tapi tatapannya tajam, penuh amarah.

Winter memberikan kode kepada Aeri untuk membawa Karina pergi. 

Aeri segera menggandeng Karina, menjauhkannya dari Jeno yang masih meringis kesakitan.

"Sialan..." gumam Jeno sambil mencoba berdiri.

Winter menatapnya dengan dingin. "Permainanmu sudah selesai, Lee Jeno. Ini akhir dari segalanya."

Winter membuka masker wajahnya, menatap Jeno dengan dingin. "Berhentilah berbuat jahat pada Karina! Aku tahu semuanya, bahkan kau yang membuat tuduhan palsu terhadapku."

Jeno menyipitkan matanya, mencoba mencerna kata-kata Winter. "Cih, bagaimana kau tahu?"

"Sahabatmu sendiri yang memberitahuku," ucap Winter tegas.

"Na Jaemin..." gumam Jeno, rahangnya mengeras karena amarah. "Brengsek! Dia lagi yang menggagalkan rencanaku!"

Jeno tertawa dingin, matanya penuh kebencian. "Tapi ini belum selesai, Kim Winter. Kau belum menang sebelum aku menghancurkanmu!"

Saat Winter sedikit lengah, Jeno tiba-tiba melayangkan tendangan keras ke perutnya. Winter terjatuh, tapi ia dengan cepat bangkit. Pertarungan fisik tak terhindarkan. Tinju demi tinju mereka layangkan, darah mulai bercucuran. Jeno hampir tumbang, tetapi Winter juga tak lebih baik—wajahnya babak belur, dan tubuhnya mulai melemah.

Ketika Winter tersungkur jatuh, Jeno melihat peluang untuk melarikan diri. Ia berlari tanpa menoleh ke belakang. Winter yang masih berusaha bangkit langsung menghubungi Ryujin dan Minho melalui radio. "Jaga area belakang kantor. Jangan biarkan dia kabur."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang