Winter berlarian mencari Yoo Jung, berharap sepupunya itu bisa memberikan pendapat bijak mengenai masalah yang sedang dihadapinya.
"Jadi, menurut Kakak, aku harus gimana?" tanyanya, wajahnya terlihat lelah.
"Kau yakin kalau gadis di foto itu benar-benar Karina?" tanya Yoo Jung, menatap Winter penuh tanya.
"Tidak."
"Lalu kenapa kau cemas?"
Winter terdiam sejenak. "Aku cuma tidak mengerti. Kenapa orang ini mengirimiku foto-foto aneh seperti ini?"
Yoo Jung tersenyum kecil. "Karena orang itu ingin merusak hubunganmu dengan Karina. Orang itu mengirimkan foto ini agar kau merasa ragu dan marah."
Winter terdiam. Yoo Jung ada benarnya. Jelas ada niat buruk di balik kiriman ini.
"Kau sudah tahu soal masa lalu Karina?" tanya Yoo Jung lagi, penasaran.
"Sudah, Karina pernah cerita tentang mantan kekasihnya."
Yoo Jung menatapnya lekat-lekat. "Mungkinkah ini perbuatan mantan kekasihnya?"
Winter tiba-tiba teringat kejadian di lobi kantor saat Karina tampak ketakutan dan berteriak setelah melihat pria asing yang mematung dan menatapnya dengan intens.
"Aku pernah melihatnya sekilas, tapi aku tidak yakin itu dia."
"Jangan langsung menyimpulkan, pastikan dulu," kata Yoo Jung. "Jangan sampai kita salah langkah."
Saat mereka berbincang serius, sebuah sedan hitam mewah berhenti di depan rumah. Seorang gadis turun, dengan kacamata hitam dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Langkahnya terdengar jelas karena sepatu hak tinggi yang dikenakannya, membuat Winter dan Yoo Jung semakin penasaran.
Ketika gadis itu sudah mendekat, ia membuka masker dan kacamata hitamnya.
"Ning Yizhou?" tanya Winter, terkejut melihat wajah yang tak asing.
"Apa kabar, buddy?" Ning tersenyum, menaik-turunkan alisnya sambil melirik ke arah Yoo Jung.
"Aish, kukira siapa tadi," gumam Yoo Jung sambil tertawa.
"Kak Yoo Jung, masa aku tidak dikenali?" Ning cemberut, meskipun masih tersenyum.
Yoo Jung tertawa kecil. "Kau terlihat berbeda, hampir 3 tahun aku tidak melihatmu. Bagaimana pekerjaanmu?"
"Bagus, kak. Sangat bagus."
"Sejak kapan kau di sini?" tanya Winter, takjub melihat Ning ada di Busan.
"Beberapa hari yang lalu. Aku dengar ada berita buruk tentangmu, dan aku harus memastikan semuanya baik-baik saja."
Winter dan Yoo Jung saling menatap, penasaran.
"Aku masuk dulu ya, Ning. Kalian ngobrol saja," ucap Yoo Jung, memberi Winter dan Ning ruang.
Begitu Yoo Jung masuk, Winter dan Ning duduk di kursi halaman rumah. Winter langsung menyelidik, "Kau sudah dengar beritanya?"
"Sudah. Itu sebabnya aku ke sini. Aku juga membawa berita penting untukmu," jawab Ning serius.
Winter terdiam, menunggu Ning melanjutkan. Obrolan mereka pun terus berlanjut, dan tanpa sadar, waktu sudah bergulir hingga siang hari.
===
Selama beberapa hari terakhir, Karina terjebak dalam hiruk-pikuk keadaan perusahaan yang mendadak merosot. Sejak diberhentikannya Winter sebagai direktur keuangan, beban tanggung jawab yang berat kini seolah jatuh ke pundaknya. Hari demi hari, Karina tak pulang ke rumah, malah terpaksa menginap di kantor, mencoba membereskan kekacauan yang terasa semakin tak terkendali.
Aeri, yang melihat kondisi Karina semakin memburuk, teringat masa lalu sahabatnya. Pernah, Karina dijauhi oleh teman-temannya setelah tersiar kabar bahwa ia hamil di luar nikah. Masa-masa kelam itu tak mudah baginya, dan melihat Karina di ujung kelelahan kini mengingatkan Aeri akan ketangguhan yang selalu terselip dalam diri sahabatnya.
Saat ini, Aeri berusaha menemani Karina memeriksa laporan keuangan yang harusnya menjadi tanggung jawab Winter. Meski posisi direktur keuangan kini diisi oleh Minho atas perintah ayah Karina, kualitas kerja Minho jauh dari ekspektasi. Ia sibuk menangani kasus korupsi di hotel bersama Ryujin, sedangkan Karina terpaksa menanggung beban di perusahaan pusat.
"Istirahatlah sebentar. Matamu hampir seperti mata panda," ucap Aeri lembut, tak tega melihat sahabatnya yang terus memaksakan diri.
Karina menggeleng, matanya menatap layar dengan pandangan yang semakin kabur. "Aku tak bisa. Semua harus selesai sebelum acara penandatanganan dengan Pak Lee."Aeri mengerutkan kening, ragu. "Kau yakin ingin melanjutkan kerja sama dengan Pak Lee?"
Ucapan Aeri sontak membuat Karina menoleh. "Maksudmu?"
"Begini," Aeri tampak sedikit cemas. "Aku pernah dengar beberapa kabar soal perusahaan Pak Lee. Katanya, dia pernah menipu investor besar. Dia sangat pandai menarik mereka bekerja sama, tapi begitu mereka terikat, ia malah meninggalkan mereka dengan kerugian besar."
Karina terdiam, kegelisahan samar mulai terlihat di wajahnya. Sebuah keraguan tumbuh dalam pikirannya setelah mendengar ucapan Aeri.
"Itu cuma cerita yang kudengar," lanjut Aeri pelan. "Tapi kurasa, ada baiknya kita menelaah perusahaan itu lebih jauh sebelum mengambil keputusan."
Karina memijat pelipisnya, merasakan pusing yang kian berdenyut. Pikirannya penuh—antara menyelamatkan perusahaan, memikirkan keberadaan Winter yang masih misterius, dan menghadapi Jieun yang terus menanyakan tentang keberadaan Winter.Beban ini semakin berat, dan waktu terus berdetik tanpa henti.
======
Malam semakin larut, namun Winter tetap setia berada di luar rumah, menatap bintang yang berkelip di langit dan menikmati udara malam yang dingin namun menyegarkan. Siang tadi, ia sempat berbincang serius dengan Ning, sahabat lamanya yang kini bekerja di luar negeri.
Anehnya, Ning tahu banyak soal masalah pelik yang sedang dihadapinya, seolah memiliki akses ke informasi yang bahkan Winter sendiri tak mengerti. Selama berada di Busan, Ning menginap di sebuah guest house yang tak jauh dari rumah orang tua Winter.Malam itu, Winter memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah orang tuanya, membiarkan pikirannya mengembara di bawah langit malam. Namun, di tengah perjalanan, seorang kurir menghentikannya, tampak bingung sambil melihat ponselnya, sepertinya sedang
mencari alamat tertentu.
"Permisi, maaf mengganggu. Saya mau menanyakan alamat ini," ucap sang kurir, sambil menunjukkan alamat yang tertera di layar ponselnya. Ternyata, itu alamat rumah orang tua Winter.
"Oh, ini rumah saya. Biar saya saja yang bawa paketnya," sahut Winter sambil tersenyum tipis."Baik, boleh minta tanda tangannya dulu?"
Winter pun menandatangani sebagai bukti penerimaan. Setelah menyerahkan paket, kurir itu pamit dan melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Winter yang penasaran dengan isi paket tersebut. Ia segera kembali ke rumah, bergegas membuka paket misterius yang ternyata bukan kiriman biasa.
Begitu paket itu terbuka, ia menemukan sebuah surat dengan tulisan yang menggugah rasa waspadanya.
> "Pak Kim, anak Anda telah dituduh, dan saat ini orang yang menuduhnya berusaha merusak perusahaan milik orang terdekatnya. Segeralah bergerak sebelum ia mengambil langkah yang lebih ekstrem."
Winter tercenung. Di dalam paket juga terdapat sebuah foto—sosok dua pria asing tampak berbincang sembari bersembunyi di depan gedung tinggi. Fokusnya terhenti pada salah satu dari mereka; wajah yang tak asing lagi.
"Na Jaemin..." desis Winter, terkejut, dadanya berdegup lebih kencang.
Pesan itu jelas: waktu yang ia miliki untuk bertindak semakin menipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Bonds
Hayran KurguDi dunia yang sibuk dengan kehidupan dan rutinitas, dua jiwa menemukan diri mereka bertemu secara tidak terduga dengan cara yang paling tak terduga. Pertemuan awal mereka adalah sebuah kebetulan, sebuah kesempatan yang memicu percikan yang tak dapat...