1. Di Ruang Tamu

52K 118 0
                                    

Lily menatap laki-laki di sampingnya lamat-lamat. Setelah menelan suapan terakhir, barulah dia membuka suara. "Gue mau open BO."

Natan dii sampingnya menoleh. Matanya pun reflek melirik buah dada Lily yang jaraknya begitu dekat dengan wajah Natan. "Ngerasa montok lo?"

Lily mengangguk mantap.

Respon itu membuat Natan bergidik, "Semiskin apa sih lo?"

"Gue butuh perawataaan, bentar lagi gue mau bikin KTP dan masa gue masih buluk gini."

"Maka dari itu, belom punya KTP kok mau open BO."

"Sejuta aja deh buat lo," tawar Lily sekaligus menggoda Natan. Ditempelkannya payudara Lily ke lengan Natan, gunung kembar itu sukses menggesek manja.

"Murah amat," tolak Natan menohok.

"Halah ngatain gue murah, sedangkan tangan lo balik ngeremes tete gue."

Natan cengengesan, tangan kanannya memang sudah meremas sebelah payudara Lily.

"Mulai sekarang kalo lo mau pegang gue harus bayar!" putus Lily yang kemudian menepis tangan Natan dari dadanya.

"Bacot ah." Natan malah mendorong Lily agar rebah di sofa, kemudian laki-laki itu bertumpu di atas sang gadis.

Lily spontan menutup wajahnya saat tiba-tiba Natan mendekatkan wajah hingga napas hangat laki-laki itu terasa jelas menerpa kulit Lily.

Natan tertawa meremehkan melihatnya, "Yang kaya gini mau jual diri? Bahkan ciuman aja lo gak bisa kan, Ly?"

Merasa dihina, Lily membuka wajahnya, cemberut. "Iih gue tau ya caranya ciuman!" bohong Lily.

"Masa? Pacar aja gak pernah punya ahahaha." Natan terbahak sembari menjauhkan diri dari Lily, dia kembali menyendok es krimnya yang mulai mencair. Natan heran saja dengan pikiran absurd Lily. Hidup Lily memang pas-pasan, tapi setidaknya cukup. Kenapa pula sahabatnya itu harus memaksakan diri untuk memenuhi kebutuhan tersiernya? Apa karena Lily nafsuan? Padahal selama ini Natan rutin meremas dada gadis itu saat Lily tengah datang bulan. Tiap haid, Lily selalu mengeluh ingin berhubungan badan. Namun karena keduanya masih sama-sama waras, Natan hanya memberi pelayanan remas dada dari luar pakaian. Sedangkan Lily membalas perlakuan Natan dengan mengelus-elus penis Natan dari luar celana. Kadan Natan bangga terhadap dirinya sendiri karena berhasil menahan nafsunya untuk tak memerkosa cewek setinggi 150 senti itu.

Natan menarik sendoknya dari mulut, suapan es krim terakhir. Saat sendok diletakkan di mangkuk, saat itulah sebuah benda kenyal nan manis menyentuh bibir Natan. Sesuatu itu membuat bibir Natan terbuka dan menelusuri deretan tiap giginya. Natan berkedip beberapa kali, sedetik kemudian baru sadar bahwa di depannya sudah ada Lily. Lily menciumnya! Napas gadis itu mulai terengah, matanya memejam rapat. Tangan Lily yang menggenggam pundak Natan terasa kaku. Lidah Lily bergerak menekan-nekan lidah Natan. Kecapan mulut mereka terdengar menghiasi ruang tamu. Ini pertama kalinya mereka berciuman, sekaligus ciuman pertama Lily.

"Mmhh nghh." Lily mendesah saat Natan membalas lumatannya. Tangan Natan menggiring Lily agar gadis itu duduk di pangkuannya. Hal itu membuat Lily mendongak demi tetap berciuman nikmat, tangannya spontan mengalungi leher Natan. Tangan Natan juga melingkari pinggang Lily kala lumatan mereka makin dalam.

"Ahh, Natanhh." Lily makin mendesah saat tangan Natan meremas payudaranya. "Nghhh ah ah Nataan ahhh." Lama kelamaan remasan itu semakin kasar.

Natan melepas tautan mereka, matanya mengawang, menatap Lily penuh nafsu. Lily yang melihat itu menelan ludah, ditambah lagi bokongnya dengan jelas bisa merasakan kerasnya penis Natan di bawah sana.

Newbie BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang