11. Ruang Ganti

6K 16 0
                                    

"Pilihin baju buat gue dong, masa lo dari tadi ga rekomen apa-apa," gerutu Lily pada Leo. Keduanya kini tengah berduaan menyusuri lantai mall yang berisikan pakaian. Padahal jika Lily bersama Natan, Natan akan terus memaksanya mencoba pakaian minim bahan, seperti lingerie. Omong-omong tentang Natan, sudah seminggu Lily dan Natan tak berbicara. Keduanya cukup sering berpapasan di sekolah, namun Natan tak memedulikan gadis itu. Jadilah Lily menempeli Leo.

Lily melirik Leo yang sedari tadi fokus pada ponselnya, bahkan ponsel cowok itu miring. Apa laki-laki itu sedang bermain game? "Lo ngapain sih?" Tanya Lily sembari mengintip layar ponsel Leo.

Lily terbelalak saat video yang ditonton Leo adalah video kejadian di UKS minggu lalu. Sialan, siapa yang merekamnya?

Keduanya sama-sama terpaku menonton video itu hingga selesai, kemudian Leo menyimpan ponselnya.

"Gue sebenernya mau cerita, tapi nanti," kilah Lily saat Leo menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Lily takut Leo marah.

"Cerita apa? Video tadi?"

Lily mengangguk sebagai respon.

"Kenapa lo harus cerita? Hak lo kok," ujar Leo sembari melangkah mendekati gaun mini yang digantung, lelaki itu menunjuk gaun sepaha tanpa lengan, "itu keknya cocok buat lo."

Lily spontan menyambar pakaian itu. Entah kenapa dirinya merasa bersalah pada Leo, jadi tanpa babibu Lily mencoba gaun tersebut. Gaun putih itu hanya menutupi bokong Lily saja, bahkan gadis itu yakin kalau Lily berjalan, bokongnya terlihat. Belahan dadanya pun cukup tajam, bisa membuat payudara Lily terlihat nyaris hingga puting.

"Cantik," puji Leo. Leo berjalan mendekat, mencium lembut bibir Lily tanpa aba-aba.

"Le! Ini mall please."

"Yauda ayo masuk," ujar Leo sambil mendorong Lily masuk ke bilik. Kini keduanya ditutupi ruangan kecil yang hanya bertutupkan tirai.

"Enghhh."

Leo mengemut puting Lily. Gaun yang telah disingkap itu melorot turun. Kini Lily telanjang, hanya mengenakan sepatunya. Jemari Leo mengusap vagina wakil ketua kelasnya itu, ia mengocok pelan lubang Lily.

"Aahh mh nghh ah ahh." Lily mengalungkan kedua tangannya di leher Leo, laki-laki itu pun kembali melumat bibir Lily penuh nikmat.

"Ly, gue masukin ya? Bisa tahan suara ngga?" Leo menatap Lily dalam, wajahnya terlihat penuh nafsu.

Lily menggeleng pelan. Mustahil mall yang ramai ini tak menyadari ada suara aneh di bilik ganti. Meski paham dengan jawaban Lily, Leo tetap mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Dengan kondisi kewanitaan Lily yang sudah licin, penis Leo dengan mudah melesak masuk ke dalam.

"Anghhh aaaahh, Leoh."

Lily yang membelakangi Leo terpaksa membungkuk, menunggingi ketua kelasnya. Leo meremas kedua belah bokong Lily. Suara tamparan penyatuan mereka terdengar kencang.

Plak.

Plak.

"Le, pelan-pelan nanti ada yang dengeer," mohon Lily.

Leo mempercepat gerakannya, ia memasukkan penisnya makin dalam.

"Ah ah ah Leo ah ahhh." Tubuh Lily melemas, gadis itu hampir jatuh jika sama Leo tak segera mendekap Lily. "Akhh ah ah Leooh."

"Kayanya ada orang di luar, Ly," ujar Leo, "coba lo intip."

Lily spontan menggeleng, namun Leo langsung mengarahkan kepala Lily ke tirai bilik. Wajah gadis itu langsung menyembul ke luar bilik ganti.

"Mhh ngh ngh emhhh," desah Lily yang seberusaha mungkin ia tahan lantaran Leo tetap menggempurnya walau wajah Lily terekspos. "Lee ahh berentihh."

"As you wish." Dalam sekali hentak, Leo menekan penisnya dalam-dalam dan menyemburkan spermanya.

Kaki Lily bergetar hebat, tubuhnya lemas dalam dekapan Leo. Beruntung tak ada yang memperhatikan bilik ganti mall.

Newbie BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang