06. Sebenarnya Dia Siapa?

271 42 3
                                    

👋🏼👋🏼👋🏼

Pagi-pagi sekali Keva diganggu oleh suara ketukan pintu yang sedari tadi tak berhenti mengetuk pintu kamarnya, bahkan menggedor dan meneriaki namanya. Keva yang masih nyaman bergulat dengan selimut dan guling pun dengan pelan menguap.

"Siapa sih,"

Anak itu meregangkan tubuhnya sebelum berjalan ingin membukakan pintu, dan dengan langkah gontai dia berjalan,

Cklek,

Plak!

Bugh!

Bayangkan. Baru bangun dari tidur dan nafas belum terkumpul sepenuhnya, harus menerima tamparan pagi-pagi ini. Itulah yang dialami Keva sekarang, pemuda itu mendongak melihat siapa pelaku yang menghajarnya pagi ini. Dia terdiam menatap James yang menatapnya dengan amarah.

"Apa lagi?" Ia melirik pada Grizel yang tengah dipeluk oleh Arlan dibelakang James. Ah, dia tau apa yang terjadi.

"Lihat! Apa lagi yang kau ulah pada adikmu pagi ini Keva?!"

Keva menaikkan sebelah alisnya. "Gue ngapain?"

Tpam!

Sebuah kardus dilempar dihadapan Keva. Anak itu dengan santai melihat apa yang didalamnya. Ternyata didalam kardus tersebut, ada kaki, tangan, jemari, bola mata manusia yang dilumuri darah.

"Grizel berkata bahwa kaulah yang menerornya pagi ini,"

"Bukti?" Keva balik melemparkan pertanyaan. "Ayo. Lihat cctv, kita liat bareng-bareng siapa yang naruh ini didepan pintu ni anak,"

James terdiam, dia baru teringat akan cctv dirumah ini. Sementara Grizel, anak itu sudah panik. Dia baru teringat akan cctv di rumah ini. Tolol.

"Gak! Cctv pun sama aja karena memang kak Keva yang naruh itu didepan kamar aku kan!"

Keva mengernyit dan berdiri menghampiri Grizel.

"Lo mau ngapain hah?!" Arlan sudah sigap melindungi Grizel, takut anak itu akan menyakiti adik kesayangannya itu. Pemuda itu menatap tajam kearah Grizel yang sesegukan.

"Kata siapa lon? Emang lo liat gue naruhnya?"

Grizel tak menjawab, dia malah melanjutkan tangis sandiwaranya itu. James yang sedari tadi diam langsung berjalan pergi meninggalkan mereka disana. Keva menatap Grizel yang menangis dan beralih kepada Arlan.

"Kesayangan banget, ya?" Usai berucap, Keva langsung menutup pintu kamarnya dengan kuat.

Pemuda itu berdiri dan menyandarkan tubuhnya dibalik pintu, ia menarik nafas sembari memejamkan matanya. Perlahan, anak itu turun dan terduduk dilantai. Memegangi pipi dan rahangnya yang terasa kebas.

Keva sendiri bingung kenapa dia tiba-tiba sesedih ini, mungkin ini adalah perasaan Keva asli yang masih tertinggal dihati dan belum disembuhkan.

Disisi lain, James membuka pintu ruangan cctv dengan tergesa dan mendapati Marvin dan Elly dimana keduanya langsung mendongak melihat James datang.

"Sudah ku katakan lihat cctv dulu, hidup ini harus diawali oleh bukti baru bertindak." ucapan Marvin mampu membuat James terdiam. "Lihatlah, siapa yang menaruh kardus teror itu didepan pintu kamar anak kesayanganmu itu,"

KEVA (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang