05. Halo, Baby?

306 40 2
                                    

Keva baru saja keluar dari bilik kamar mandi, dengan handuk putih yang dililit dipinggang rampingnya. Pemuda itu berjalan kearah cermin sambil mengeringkan rambut legamnya yang basah menggunakan hair dryer.

Tok tok tok

Keva menoleh kearah sumber suara dimana pintu kamarnya tengah diketuk seseorang. Keva pun mematikan alat pengering rambut itu dan berjalan untuk membukakan pintu. Terpampanglah sosok pria bernama Logan itu yang berdiri dengan wajah datarnya.

Keva menaikkan sebelah alisnya. "Naon?"

Grep

Logan tak menjawab, tapi memeluknya. Keva jelas kaget dan berusaha mendorong tubuh besar itu, tapi tak mempan. Kekuatan Logan jauh lebih kuat.

"Awas. Jangan peluk-peluk! Kita gak kenal."

Logan melepaskan pelukan itu dan menatap bingung kepada sepupunya itu. "Kamu lupa sama abang?"

Keva menatap semburat wajah tampan Logan. Dia langsung berbalik dan tak peduli dengan pria itu yang sudah mengunci pintu. Keva membuka lemari dan mengambil bajunya.

Keva melirik kebelakang. "Ngapain masih disini? Keluar. Gue mau make celana dalem. Lo mau liat?"

Logan menyunggingkan senyumannya. "Abang kangen kamu. Kamu banyak berubah ya?"

Ia mendengus karena Logan sama sekali tak mengubris ucapannya. "Perasaan lo aja kali." mau tak mau lelaki manis itu kembali masuk kekamar mandi dan ganti baju disana. Lalu keluar dan masih mendapati Logan yang terus menatapnya.

Bukan Keva namanya kalau dia peduli sama pandangan orang. Anak itu sibuk menata rambutnya. Dia terdiam kala Logan berdiri dibelakang tubuhnya. Pria itu memeluk Keva dari belakang dan mencium leher jenjang anak itu membuat Keva merinding seketika.

"Dari dulu, semua tentang kamu aku suka. Terutama wangi mu yang buat abang candu,"

Keva mengernyit kala tangan besar kekar itu meremas pantatnya. "Sepupu pedofil anjir! Gak bener ni keluarga."

"Lepas." Keva memberontak, namun Logan masih menahan.

"Bagaimana bisa mereka menyia-nyiakan manusia seindah kamu dan lebih memilih jalang murahan itu?"

Keva diam. Ternyata keluarga dari kakaknya James ini sangat membenci Grizel. Laki-laki manis itu merasa bahwa keadaan sekarang tengah tertuju padanya.

"Abang-abangan cabul njir." celetuk Keva dan melepas lilitan dari pinggangnya. Logan tersenyum dan duduk dipinggir kasur.

"Apa kabar?"

"Lo nanya gue?"

"Iya sayang, siapa lagi? Stop pakai lo-gue kalo sama abang. Abang gak suka,"

Keva menghela nafas. "Iya, aku baik. Puas?"

Logan menyunggingkan senyumannya. "Kamu banyak berubah. Aku suka versi kamu yang sekarang, makin berani."

"Emang dulu aku kayak gimana?"

Logan tak menjawab. Pria itu beranjak dan berdiri. "Jangan lupa turun buat makan malam."

Keva menatap kepergian pria itu dengan malas. "Sepupu gaje,"

*****

Keva turun dari tangga menuju dapur, dimana keluarganya sudah duduk dimeja makan menunggunya. Anak itu mengerutkan keningnya kala melihat lengan kiri James yang diperban.

"Ngapa tuh tua bangka?"

Tak tau saja dia kejadian sejak dia pergi meninggalkan keluarganya tadi.

KEVA (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang