Hembusan asap rokok mengudara dari balkon kamar hotel itu. Wanita cantik dengan gaun hitam cantik itu tak juga mengalihkan perhatian nya pada pemandangan kota Suna malam hari itu. Sesekali, ia akan menghisap batang nikotin yang berada di antara jari nya, menutupi rasa gelisah. Hati nya terasa tak nyaman setelah percakapan nya dengan sang Ayah. Membuat nya semakin berada di jurang rasa bersalah.
"Ya, Ayah ?"
"Kau meninggalkan Sasuke, dan pergi ke Suna sendirian ?"
Terdengar suara helaan nafas keluar dari bibir mungil wanita itu. Belum apa apa, Ayah nya sudah lebih dulu menanyakan soal menantu kesayangannya itu. Ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari sang kepala Hyuuga itu. Hinata pikir, ada hal penting yang ingin Hiashi kabarkan pada nya. Jadi, ia menelfon balik pria tua itu. Dan justru kalimat pertama yang keluar dari sang Ayah adalah menanyakan perihal Hinata yang tak mengajak Sasuke bersama nya.
Hinata mendengus kesal, bahkan saat dirinya di rumah sakit. Ayah nya itu tak juga menghubungi nya. Tapi sekarang, hanya karena ia tak mengajak Sasuke pergi bersama nya. Pria tua itu langsung heboh menghubungi nya.
"Ayah, itu bukan masalah yang besar."
"Hinata, kalian baru saja menikah. Dan kau sudah meninggalkan suami mu dan lebih memilih pergi bersama sekretaris mu. Kalian bahkan belun berbulan madu-"
"Ayah ! Aku pergi untuk urusan pekerjaan. Aku tidak mungkin meminta Sasuke-san mengurus pekerjaan ku juga. Terlebih, aku yakin dia juga memiliki pekerjaan nya sendiri." Hinata tidak tahu, jika Hiashi bisa begitu cerewet jika itu menyangkut soal menantu baru nya itu.
"Tapi kau justru meminta dia untuk mengurus pekerjaan mu ? Kau lebih memilih mengandalkan orang itu ketimbang suami mu sendiri ?"
Seketika Hinata terdiam, tak mengeluarkan suara untuk membantah apapun yang ayah nya katakan.
Kini, giliran sang kepala Hyuuga itu yang menghela nafas berat nya. Sebelum pria itu kembali melanjutkan perkataannya.
"Berhenti menemui nya. Ayah akan mencari orang lain yang bisa membantu pekerjaan mu. Bahkan ayah rasa Karin sendiri sudah cukup mampu untuk membantu mu." Hiashi menjeda kalimat nya sejenak. "Hinata, ayah tau kau belum menerima pernikahan ini sepenuh nya. Tapi mau bagaimana pun, hubungan kalian sudah resmi di mata hukum dan agama. Jangan lakukan hal yang akan membuat mu menyesal di kemudian hari. Perlakukan Sasuke dengan baik. Kau tahu, jika ia kerap di perlakukan buruk oleh orang orang sekitar nya. Dan Ayah tidak ingin putri ayah menjadi bagian dari orang orang itu." setelah mengatakan itu, tak lama Hiashi menutup telfon nya karena tak juga menerima respon lain dari putri nya itu.
Hinata menghembuskan nafas nya kasar kesekian kali nya. Perkataan sang ayah terus berputar dalam benak nya. Hinata tahu jika kehidupan pria itu tak semulus yang di lihat. Ada banyak kesulitan yang telah di lewati nya. Tapi bukan kah pria itu lebih suka kebebasan. Dan Hinata memeberikan nya. Hinata tak membuat pria itu dalam kekangan seperti yang di lakukan keluarga nya pada pria itu. Tapi entah kenapa rasa nya dia tetap merasa bersalah karena telah bermain di belakang pria itu.
Melirik ke arah rokok yang masih menyala di antara sela jari nya. Hinata berdecak kesal dan memilih untuk mematikan rokok nya yang masih tersisa cukup panjang itu.
Hubungannya dengan Sai memang terlihat sejauh itu. Tidur dengan pria yang bukan berstatus suami nya. Meski begitu, selama ini mereka tak pernah lebih jauh dari make out session. Tapi, tentu saja Hinata tahu kalau kini dirinya sudah melewati batas. Dia bukan lagi wanita lajang. Kini status nya telah menjadi istri pria lain. Membiarkan dirinya menikmati sentuhan pria lain yang tak lain adalah sepupu suami nya sendiri. Itu tidak bisa dibenarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionHinata. Wanita indenpenden dengan segala keacuhannya. Ia tidak peduli apapun yang ada di dunia ini. Hidupnya hanya ia abdikan untuk keluarga nya. Apapun yang di inginkan kedua orang tua nya. Hinata akan memberi nya. Meskipun itu adalah hal yang tida...