Laura, gadis cantik dengan nama panjang Laura Mediana. Gadis cantik penyuka warna pink itu terlihat sangat cantik hari ini.
Oh iya, hari ini adalah hari pertama Laura masuk sekolah SMA. Ia melihat dirinya dicermin sedaritadi, senyum cantiknya mengembang antusias. Membayangkan betapa menyenangkan disekolah barunya jika ia memiliki banyak teman yang cantik juga.
Setelah dirinya siap, Laura turun ke lantai 1 untuk sarapan. Matanya menyipit ikut tersenyum saat melihat papa dan mamanya menatapnya dengan tatapan memuja.
"Mah, itu siapa mah?"
Dania menggeleng dramatis. "Engga tau pah, bidadari kali ya?"
Laura tertawa kecil. Ia memeluk Diron dan beralih mencium Dania. "Aku jadi salting deh," ucapnya malu-malu.
Dania mulai menyendokan nasi kedalam piring Laura. "Hari ini makan agak banyak ya sayang, hari pertama harus tetep semangat sampai nanti pulang."
"Oh iya, jangan lupa bawa sunscreen ya, Lau.."
Dengan mulut penuh, Laura mengangkat tangannya memperagakan hormat. "Siap mama cantik!"
Diron terkekeh. Sudah besar ternyata putrinya ya? Sudah bisa memakai bedak dan segala macam yang bisa mempercantik dirinya. Sudah bisa berpakaian sendiri tanpa harus merengek pada Dania jika habis mandi belum melihat bajunya dikasur.
Laura sangat amat dimanja oleh Dania dan Diron. Karna ia anak satu-satunya dari mereka. Buah hati dan cinta dihidup mereka. Penantian mereka setelah 5 tahun lamanya.
"Aku berangkat sayang," Diron mengecup kening Dania. "Ayok sayang," ajaknya sembari menggenggam tangan putrinya.
"Mama, aku pamit. Lau sayang mama!"
******
"Ingat sayang, jang-"
"Jangan jajan sembarangan, makan makanan sehat, jangan suka beli es, jangan musuhan sama teman, jangan membuat ulah. Yayaya, papa udah ngomong itu lebih dari 5 kali!"
Diron tertawa. Tawa yang benar-benar lepas sampai air matanya keluar sedikit. Puas dengan ekspresi kesal putrinya.
Laura menatap takjub bangunan yang akan menjadi sekolahnya. Wow, seperti istana, pikirnya.
Setelah mobil Diron berhenti, Laura langsung menyalimi papanya dan keluar dari mobil. Matanya tak berhenti menelisik semua yang ada disekolah barunya.
Sudah 10 menit Laura berjalan tapi tidak menemukan ruangan yang ia cari. Fyi, Laura kelas 11 ya, dia pindah sekolah karna papanya ditugaskan kerja ditempat yang berbeda.
Prang!
Laura hampir saja loncat mendengar benda jatuh, tidak! Bukan jatuh, itu kayaknya dibanting deh. Ia menatap ruangan yang ditutup setengah itu, suaranya sih Laura dengar dari situ.
Dengan rasa penasarannya, ia berjalan dengan cepat tapi tidak bersuara. Mengintip sedikit dari celah pintu yang terbuka.
Plak!
Laura memejamkan matanya dengan erat. Terlihat seorang lelaki yang sudah tidak berdaya, dipenuhi darah dan ada ke lima anak lelaki juga yang barusan saja menampar lelaki yang tidak berdaya itu.
Tampilan urakan bisa Laura lihat dari lima lelaki itu. Laura benar-benar tidak percaya, masa iya jaman sekarang ada bully? Bukannya-
Plak
Sudah tak tahan, Laura langsung menghampiri mereka dengan wajah menantang. Melindungi lelaki yang dipenuhi darah itu.
"Jangan kak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dariel's
Teen FictionSatu kesalahan fatal karna menolong lelaki culun yang dibully satu sekolah, membuat Laura kehilangan semua hidupnya.