Part 3

1.2K 92 1
                                    

"Gila rumah lo gede juga ya, Ra." Dini melihat sekeliling rumah Laura dengan tatapan kagum.

Laura menatapnya malas. "Lo udah ngomong itu terus Din!"

Dini terkikik. "Kalo kaya gini, gue ikhlas kita main tiap hari."

"Eh siapa nih?"

Dania menatap antusias Dini dan Laura. Wanita cantik yang tak muda lagi itu baru saja keluar dari dapur.

"Dini Tante, temennya Laura, hehe."

"Hihi." Laura meledeknya dengan nada yang mengesalkan.

Dania tertawa. "Gimana sih, ada temennya ga disuruh duduk. Ayok sini, Dini! Kita makan yuk, Tante barusan abis selesai masak."

"Lho mah? Aku gimana?" tanya Laura tak terima.

"Iya sayang, kamu juga. Ganti baju dulu sana."

Menatap tak percaya kearah mamanya. Kenapa disini jadi Dini yang dianggap anak sih?!

Dengan kesal, Laura menghentakkan kaki kearah kamarnya. Sudah sebulan lebih ia bersekolah di SMA Garuda. Dan selama sebulan itu, ia hanya akrab dengan Dini. Begitupun Dini, gadis itu hanya akrab dengan Laura. Karna dikelas mereka kebanyakan geng-gengan gitu. Kalo gak punya geng ya gak punya teman.

Sebenarnya, Laura itu tipikal perempuan yang tak pandai berinteraksi. Cuma ketolong sama tingkah lakunya yang ceria aja, makanya anak-anak kelasnya banyak yang menyukai Laura.

Tersadar dari lamunannya, Laura langsung mengganti pakaiannya dan turun kebawah.

Rencananya, hari ini ia dan Dini akan pergi ke cafe yang baru saja buka didekat perumahannya. Laura sudah memaksa Dini agar menginap saja dirumahnya, tetapi Dini tidak mau. Dini itu bisa dibilang mempunyai orang tua yang ketat.

Mereka sudah sampai ditempat tujuan. Laura dan Dini langsung memesan pesanan mereka dan tak lama pesananpun datang.

Situasi dicafe cukup ramai karna baru grand opening. Banyak menu-menu yang di diskon, tempatnya pun enak untuk berlama-lama disana, wifi nya juga kenceng hehe.

"Kok agak asem ya Americano nya?" Laura mengecap aneh lidahnya.

"Kan gue bilang tadi, Mending lo beli smoothies aja! Demen amat sih sama kopi pait begitu."

Laura terkekeh. Biasanya sore-sore begini ia habiskan dengan tidur dirumah. Tapi sekarang pertama kalinya Laura keluar untuk main bersama Dini.

Setelah banyak mengobrol, jam menunjukan pukul 9 malam. Cafe pun sudah sepi pengunjung. Sudah satu jam Laura dan Dini disini. Dini pun sudah ditelfon mamanya untuk segera pulang.

"Lo serius gak mau bareng aja, Ra?" tanya Dini khawatir.

Laura menggeleng cepat. "Gak usah, Din. Sana lo buruan balik, nanti Mak lo marah." suruh Laura dengan mengibaskan tangannya.

"Ck, yaudah iya. Baliknya jangan malem-malem lo! Ntar diculik orang mampus!"

"Plis deh, rumah gue Deket dari ini."

Gojeknya Dini pun tiba. "Gue balik ya, Ra." Gadis itu memakai helmnya. "Salam buat Tante Dania."

Laura tersenyum. Melihat motor yang Dini tumpangi tak terlihat lagi. Gadis itu melirik jam ditangannya.

21.10

Laura mengambil tasnya dan keluar dari cafe. Jarak dari cafe kerumahnya butuh waktu 10 menit. Jadi termasuk dekat kan? Ia juga tak bawa motor tadi. Mungkin jalan kaki tak buruk, pikirnya.

"Gara-gara Lo! Gara-gara lo semuanya berantakan anjing!"

Bugh!

Laura tersentak, ia menghampiri suara teriakan itu. Terkejut! Laura membekap mulutnya sendiri. Kenan? Memukuli Dariel! Ternyata tak disekolah saja kejahatan itu berlaku, diluar sekolahpun sama aja.

Dariel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang