"Menurut lo, ini kita gapapa nih?"
Tamara mendengus. "Gak papa udah. Coret disini juga," suruh nya sembari menunjuk tempat yang masih kosong.
Sesil menganggukan kepalanya. Gadis pendiam itu hanya menurut pada Tamara jika diberi perintah. Sekarang ia memenuhi bangku dan kursi Laura dengan coretan spidol permanent.
Zirga yang baru datang langsung berdecak. "Kayaknya seru nih,"
"Pasti! Gue udah muak banget sama Laura, caper terus ke Dariel."
Sesil mengerutkan alisnya. "Bukannya lo benci ya sama Dariel? Suka nyuruh-nyuruh dia dulu."
"Itu dulu, sekarang gue jadi suka sama Dariel. Tuh cowok udah bener berubah jadi ganteng banget. Dia sama Kenan aja gantengan dia." Tamara menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.
Zirga terkekeh. "Kayaknya dia sukanya sama Laura. Liat aja dari cara dia liat Laura,"
"Dipelet kali," Amorana mengeluarkan suara.
"Anjing!"
Semua orang dikelas menatap kearah pintu yang dibuka. Tamara tersenyum miring saat melihat Laura emosi kearahnya.
"Apa-apaan sih lo?!" Laura melihat mejanya yang dipenuhi coretan. Hanya mejanya, meja Dariel tidak.
"Eh dateng, gimana Laura, bagus gak?"
"Gak sama sekali sampah!"
Kekasih Dariel itu benar-benar jengkel. Ia tidak merasa membuat kesalahan atau ada musuh sekalipun. Baru kali ini ia di isengin selama sekolah di Garuda.
Tamara mendekat, menarik rambut Laura dengan kencang. "Jadi bagus kan meja lo?" bisiknya.
Laura menghempaskan tangan Tamara kasar, ia menampar gadis dengan make up tipis itu hingga tertoleh kesamping.
Amorana hendak menampar balik Laura, cuma Tamara langsung mengangkat tangannya. Memberi kode agar dirinya diam.
"Gue gak pernah ada masalah sama lo, jangan pernah ganggu gue!"
Tamara terkekeh sebentar, mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan Laura. "Sakit juga ya? By the way, bisa gak lo jauhin Dariel? Gue suka Dariel soalnya." pintanya santai seolah tanpa beban.
Terkejut, jadi karna Dariel? Laura berdecih. "Lo ambil aja sana, gue gak doyan. Gue juga gak ada waktu buat ladenin cewek kayak lo."
Tamara melirik Sesil yang memberi kode. Ia mengerti, segera mengacak rambutnya dan merusak seragam nya, berpura-pura agak badannya terjungkal kebelakang.
Pintu terbuka memperlihatkan lelaki tampan dengan permen karet dimulutnya. Seragam ketat yang sengaja dikeluarkan menambah kesan nakal dari lelaki itu.
"Aw! Laura sakit gila, lo gak waras ya?" Tamara menangis seolah dirinya sedang dikasari disini.
Laura mendengus, malas mengikuti drama Tamara. Gadis cantik itu menarik kursinya agar bisa ia duduki dan mulai memainkan ponselnya.
Tamara mengeraskan rahangnya. "Hiks, Dariel sakit banget rambut gue dijambak Laura." Gadis cantik itu mengeluarkan air mata buaya nya agar Dariel bersimpati.
Dariel mendekat kearah Tamara, berjongkok agar tingginya sama dengan gadis itu. Tangannya terangkat mengelus kepala Tamara dengan lembut.
"Sakit ya?"
Kelas sudah mulai ramai, melihat kearah Tamara dan Dariel yang begitu dempet. Laura terdiam masih dengan memegang handphone nya mencoba tak perduli dengan adegan dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dariel's
Teen FictionSatu kesalahan fatal karna menolong lelaki culun yang dibully satu sekolah, membuat Laura kehilangan semua hidupnya.