Part 12

412 62 8
                                    

"Lau, Dariel gimana?"

Laura mengangkat alisnya. "Gimana apanya?"

"Ya gimana ish?! Baik kan selama mama pergi? Dia gak ada apa apain kamu kan?"

Laura menegang seketika. Dia melihat mata sang mama dalam, ingin sekali berkata jujur jika Laura sangat takut dengan Dariel dan sifat pemaksanya.

Tapi jika ia ngadu ke mama, takutnya Dariel berbuat yang enggak enggak ke orang tua nya. Tidak-tidak, Laura tidak ingin kejadian yang berbahaya menimpa keluarga kecilnya.

"A-aw! Mama sakit ih!"

"Sukurin! Makanya kalo ditanya tuh jawab, jangan bengong,"

Laura mendengus. "Dariel baik kok, ganteng juga, aku sampe klepek-klepek." dusta nya.

Dania tertawa geli. "Mama setuju deh kamu sama Dariel. Kayaknya dia bertanggung jawab dan tegas gitu orangnya. Bisa lah bimbing kamu yang keras kepala itu. Tapi kuat juga ya Dariel."

Laura mengernyit kan alisnya. "Kuat kenapa?"

"Iya kuat ngadepin kamu yang gak bisa dibilangin."

"Aku ini anak baik hati dan tidak sombong, mama jangan ngeraguin aku gitu dong!"

"Asyiap mamang!"

*******

Saat ini Dariel sedang ada dicafe yang dekat dengan kantornya. Ia ingin menikmati makan siang disini, ingin mencoba menu baru yang katanya enak. Laura pasti suka jika Dariel bawa ke tempat cantik seperti ini. Tanpa sadar, senyumnya mengembang saat memikirkan Laura.

Saat ingin keluar dari mobil, mata Dariel menyipit melihat siluet yang ia kenal, tatapannya berubah datar saat melihat wajah pria yang sedang berjalan dengan wanita. Dengan jarak tak terlalu jauh, Dariel bisa melihat pria yang begitu mesra merangkul pinggang wanita itu.

Tangannya mengepal erat, memandangan apa ini? Sudut bibirnya terangkat menjadi senyuman miring. Dunia memang kejam untuk semua orang, bukan untuk Dariel saja.

Pria itu Diron, papanya Laura. Dariel menajamkan matanya, lelaki tampan itu mengeluarkan ponselnya untuk memotret Diron. Pria dengan kisaran umur 40 tahunan itu masih tersenyum kearah wanita yang tak jauh mungkin umurnya.

Ah bagaimana jika Laura tahu ya? Dariel menghawatirkan Laura, jika sampai gadis cantiknya itu kenapa napa, ia akan menghabisi Diron.

Dariel keluar dari mobil, sengaja menyenggol lengan Diron. Sementara Diron sangat terkejut melihat pacar putrinya disini.

"L-lho, Dariel?"

Dariel memasang wajah sama terkejutnya. "Om disini?"

Diron menyentak tangan wanita yang memegang tangannya, melirik kearah Dariel dengan panik. "Eum eh iya, kamu sedang apa, nak?"

Wanita yang disamping Diron paham, ia mundur dengan perlahan saat Dariel sepenuhnya menghadap ke Diron. Hati pria berumur itu bergemuruh hebat, takut jika Dariel mengadukannya kepada Dania dan putrinya, Laura.

"Kita duduk dulu ya,"

Dariel mengangguk santai, mempersilahkan Diron memilih meja dan memesan pesanan nya dulu, baru dia. Dariel mengeluarkan permen karet dari kantong dan mulai memakannya.

Keringat dingin memenuhi kening Diron, bahkan sekarang tangannya pun gemetar. Pria itu mengumpati dirinya sendiri mengapa ia begitu ceroboh hari ini.

"Ekhem, Dariel, kamu kesini sendirian?" tanya Diron celingak celinguk.

Dariel mengangguk santai. "Panas banget ya om diluar,"

Diron mengangguk cepat. Matanya masih terus melihat sekitar takut Dariel bersama Laura. "Iya, panas banget. Makanya om disini dulu,"

Dariel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang