"Gimana sekolahnya, sayang?" Dania menaruh mangga yang barusan ia potong diatas meja.
Laura menenggelamkan wajahnya kebantal sofa yang ada dirumahnya. Pikirannya masih tertuju pada Dariel, terlalu lucu memang belum ada beberapa hari disana, Laura sudah menjadi dokter dadakan dua kali.
Dania melihat anaknya bingung. "Hey, kenapa Lau?" Tanyanya khawatir.
Laura mengeluarkan matanya mengintip dibalik bantal ke mamanya. "Menurut pendapat mama, gimana tentang bully?"
"Maksudnya? Kamu dibully? Sama siapa sayang?"
Laura menggeleng panik. "Gak, gak gitu ma. Ah, udah lupain aja mama,"
"Laura, jawab mama! Kamu diapain disekolah? Ada yang gak suka sama kamu?"
Laura tersenyum menenangkan, mengelus pundak mama tersayangnya. "No, ma. Laura cuma kepikiran tentang Drakor yang semalem Laura tonton."
Dania menghela napas lega. "Ya Allah anak mama." Dania menjitak kepala Laura pelan.
Laura cengengesan. Ia mengambil mangkuk mangga yang tadi mamanya bawa kan langsung tandas tidak ada 3 menit.
"Jangan banyak pikiran ya, Lau. Kamu harus fokus sekolah sayang, karna udah beberapa pelajaran Lau ketinggalan." Laura ketinggalan pelajaran karna Diron beberapa hari mengurus perpindahan Laura sekolah.
"Siap mama cantik!"
"Ganti baju dulu gih, abis itu turun makan. Mama ambilin dulu."
******
Hari kedua Laura sekolah diSma Garuda. Hari ini gadis itu sudah siap dengan jepitan yang ada dirambut lurusnya. Seperti biasa ia turun kebawah, sarapan bersama orang tuanya, berbagi cinta dan kasih bersama mama dan papa dipagi hari memang kegiatan paling menyenangkan bagi Laura.
"Good luck, Sayang!"
"Thank you. Dah papaa." balas Laura melambaikan tangannya.
Gadis itu senang dengan cuaca hatinya yang kini tampak bersemangat. Lobby sekolah belum terlalu ramai sekarang, karna jam masih menunjukan pukul 07.00, semetara bell baru berbunyi pukul 07.45.
Laura berniat untuk mencari buku dulu di perpustakaan sekolahnya. Mungkin itu bisa membantu ia mengejar materi yang sempat ia lupakan.
Sepi, sepi sekali.
Hanya ada 1 penjaga perpustakaan. Orang-orang belum ada disini, dengan pencahayaan yang redup, Laura yakin ia tak akan pusing jika membaca dengan waktu yang lama.
Mengambil meja paling pojok. Ia langsung membuka buku materi yang barusan ia cari. 15 menit sudah terlewati gadis itu tetap tampak fokus dengan apa yang ia lakukan.
"Hai."
Mengangkat kepalanya. Agak terkejut karna yang menghampirinya itu Kenan. Laura jadi ingat lagi tentang Dariel dan tentang ucapan Dini untuk tidak dekat-dekat dengan Kenan.
"Kok bengong? Sendirian aja?"
Tanpa berkata apapun, Laura menutup bukunya dan mengambil tasnya lalu pergi dari situ.
Hap!
"Jangan sentuh!"
Tangan Laura menepis tangan Kenan yang dengan lancang menyentuh nya. Ia memberikan tatapan setajam silet pada lelaki itu.
Kenan terkekeh, mengangguk - anggukan kepalanya. "Duduk dulu, gue mau ngobrol,"
"Gak ada waktu," setelah mengucapkan itu, Laura langsung berjalan cepat meninggalkan perpustakaan sebelum Kenan bertindak yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dariel's
Teen FictionSatu kesalahan fatal karna menolong lelaki culun yang dibully satu sekolah, membuat Laura kehilangan semua hidupnya.