Vote & coment ✨
.
.
.Arthur membuka mata saat kilau cahaya matahari menyorot mata,aroma Bumi adalah hal pertama di penciuman, Arthur mengubah posisinya menjadi duduk,ia mengusap kasar rambutnya yang memang sudah berantakan karena baru bangun tidur, jendela kamar sudah di buka dan kamar Bumi sudah rapi dari kemarin malam.
Arthur melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi, mungkin Bumi sudah pergi ke sekolah duluan. Arthur beranjak bangun untuk membersihkan diri dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Biarkan saja terlambat Arthur tidak perduli.
Saat sampai di sekolah lorong sekolah sudah sepi karena seluruh siswa sudah belajar di dalam kelas,dengan santai Arthur masuk kedalam kelas,untung saja guru nya belum masuk mengajar. Mata Arthur menyapu seluruh ruangan hanya untuk mencari sosok yang sejak awal bangun tidur tidak tampak di penglihatan,tapi bangku yang memang biasanya diduduki Bumi itu kosong,bahkan tas Bumi juga tidak ada.
"Mana Bumi?" Topan datang dengan mimik wajah tidak bersahabat.
Kening Arthur semakin mengerut dalam,bukan nya udah duluan ya?
"Gak tau"
"Apaan gak tau! Lo sembunyiin di mana Bumi?"
Tuduhan Topan membuat Arthur tersinggung,kalau mau sudah sejak dulu Arthur culik tuh Bumi. Arthur mana tau Bumi kemana,bangun tidur aja udah gak liat Bumi di mana.
"Gue beneran gak tau!" Kerah Topan di tarik kasar,geram juga lama-lama sama sepupu bangsat nya ini.
Saat perkelahian hampir terjadi suara nada dering ponsel Arthur memecah keheningan, buru-buru Arthur merogoh saku untuk melihat siapa kira nya yang menelpon,mungkin saja Bumi?
Nama mama tertera pada layar ponsel Arthur,dengan kasar Arthur melepas cengkraman tangan nya pada kerah baju Topan lalu keluar sebelum mengangkat panggilan telpon dari mama sambungnya.
"Arthur, Bumi sama kamu kan sayang? Gak bolos kan anak nya?"
Arthur mengiyakan ucapan sang mama, berbohong untuk kebaikan itu tak masalah.
"Tapi hp nya kok gak aktif ya? Dari kemarin mama telpon gak di angkat, biasanya gak begini. Tolong kasih hp nya sama Bumi ya sayang,mama mau ngomong sebentar"
Mampus.
Harus jawab apa Arthur?
Bumi saja tidak ada di dekatnya."Emm Bumi nya lagi..jaringan Arthur gak bagus mah,udah dulu ya"
Panggilan di putus oleh Arthur sepihak,biar saja di katakan tidak sopan,saat ini Arthur tidak dapat memberikan alasan apapun untuk berbohong.
Arthur memilih pergi dari sekolah untuk mencari Bumi,bisa gawat kalau Bumi sampai hilang. Mau bilang apa nanti sama mama sambungnya, terlebih papa nya yang memang sejak awal membela Bumi.
Motor Arthur membelah jalanan kota,panas banget anjir udah seminggu gak ada hujan,polusi di mana-mana,debu bertebaran masuk ke mata, Arthur lupa pake helm btw. Bumi emang suka nyusahin, sumpah. Kalau ketemu nanti mau Arthur kasih pelajaran si Bumi.
Matahari sudah tepat naik di atas kepala,keringat juga sudah membasahi tubuh Arthur,untuk masalah ini Arthur menyerah,ia memilih pulang siapa tau Bumi sudah ada di rumah. Lagian Bumi itu bukan anak kecil,pasti bakal pulang sendiri, Arthur mau nunggu di rumah aja sampai Bumi pulang.
Tapi nyatanya sampai sore tak ada tanda-tanda Bumi pulang,di telpon pun handphone Bumi tidak aktif,kaki Arthur bergerak gelisah,rahang sudah mengeras menahan kesal, Arthur paling benci dengan yang namanya menuggu.
Saat Arthur kembali beranjak dari duduk nya berniat ingin kembali mencari Bumi,tepat di ambang pintu Bumi masuk kedalam rumah tanpa merasa bersalah,baju nya tampak lusuh dengan wajah penuh luka,paling parah ujung bibir Bumi yang robek,darah nya sampai menetes ke baju Bumi,banyak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Molekul [Arthur-Bumi]
Teen Fiction"Lo itu elemen penting dalam hidup gue, memberikan stabilitas seperti atom dalam molekul"-Arthur "Alay!"- Bumi Bumi yang sedang frustasi perihal mama nya karena ingin menikah lagi memilih pergi ke bar untuk menghilangkan stres akan tetapi bumi tidak...