Vote & coment ✨
.
.
.Tepat nya di dermaga hijau,tempat yang jauh dari pemukiman. Geng Kuza datang dengan motor besar mereka,jumlah nya banyak membuat sepuluh gengster di sana terkejut akan kehadiran rombongan geng motor, kiranya yang datang hanya seorang anak yang tadi mereka habisi tapi nyatanya segerombolan geng motor datang membawa balok kayu dan benda tajam.
Tepat di antara dua pohon sebagai jarak, Arthur turun sembari membuka helm nya,di tatap sepuluh gengster bertato dan berbadan besar dari atas kepala sampai bawah kaki.
"Yang mana ayah Bumi?!" Arthur berteriak menantang,dengan tangan kosong ia maju selangkah,mata tajam tak gentar walaupun tau badan musuh lebih besar darinya.
Sepuluh gengster itu hampir tertawa melihat anak ingusan membawa geng nya untuk mencari perkara,salah satu dari mereka datang dari arah belakang,baju nya lebih bagus dari anak buah nya, tatanan rambut klimis tapi otot besar penuh tato menghiasi.
"Siapa kamu? Suruhan Bumi?"
"Gue Abang Bumi!" Kening pria paruh baya itu mengerut dalam,tak pernah seperti nya ia punya anak bandel seperti itu, terlebih kan ia hanya punya satu anak.
Ah!
Baru ingat istri nya kan sudah menikah lagi,pasti anak ingusan itu anak dari suami baru istrinya."Muka Bumi ganteng kok muka om buruk rupa gini? Jangan-jangan Bumi bukan anak om ya?" Tatapan Arthur kentara sekali jijik, karena jujur muka ayah Arthur jelek woi, Bumi ganteng menyerempet cantik kalau gak jutek,mirip mama nya.
"Bajingan!" Kerja baju Arthur di tarik tinggi-tinggi.
Wajah pria paruh baya itu beringas karena tersinggung dengan ucapan Arthur barusan,merasa wajah nya tak jelek-jelek amat dengan potong rambut klimis nya,buta kali mata bocah di depan nya.
Arthur menyeringai melihat pria paruh baya di depan nya mulai tersulut emosi,tangan yang masih memegang helm full face kesayangan nya ia hantam kuat tiba-tiba pada kepala pria paruh baya di depan nya dengan tenaga tak tanggung-tanggung. Darah segar muncrat pada pipi Arthur, kepala pria paruh baya itu menoleh ke samping akibat pukulan helm Arthur, suasana semakin riuh saat gengster mulai maju membawa benda tajam pada segerombolan anak geng motor Kuza. Pukul dan tebasan benda tajam tak dapat terelakkan, bahkan Arthur juga mendapat luka gores pada lengan nya, awalnya tidak terasa tetapi saat darah keluar banyak membasahi lengan baru Arthur rasakan sakit nya.
"Bangsat!" Gumam Arthur memegang tangan nya yang penuh darah,pada kerumunan rusuh itu debu berterbangan membuat pandangan tak jelas,Arthur di kejutkan dengan tendangan kuat menghantam dada nya,tubuh Arthur jatuh kebawah tanah. Belum sempat bangun kaki nya sudah merasakan pisau menancap pada betis nya.
"Arghh!"
Suara Arthur membelah suara riuh tauran pada malam itu, gengster semakin brutal menghajar seakan hilang rasa kemanusiaan bahwa yang mereka lawan itu anak sekolah. Banyak anggota Arthur yang tumbang.
"Lo pergi bantu bos!" Indra memasang kuda-kuda dengan mata waspada mencari sosok Arthur yang tadi terdengar berteriak kesakitan.
"Tapi kamu juga luka bang!"
Leafin yang di dorong pergi kekeh tak ingin meninggalkan Indra sendiri dengan luka tusuk begitu,darah Indra juga banyak sekali keluar,tapi tatapan mata Indra yang tajam mencoba meyakinkan Leafin untuk segera pergi menyelamatkan Arthur yang Indra tau pasti tak baik-baik saja. Leafin berusaha menerobos kerumunan penuh darah itu dengan tergesa-gesa,di ujung sana Leafin dapat melihat Arthur yang tergeletak tak berdaya,mata masih terbuka tapi darah sudah banyak keluar. Pria paruh baya yang menjadi lawan Arthur mencoba menusuk tubuh Arthur tapi gagal karena Leafin sudah datang lebih dulu mendorong badan besar pria paruh baya itu sampai terguling di tanah.
"Bang,Lo gak papa kan? Kaki Lo bang!" Leafin membantu Arthur berdiri,mata nya tampak berkaca-kaca hampir menangis karena khawatir,pisau lipat masih tertancap pada kaki Arthur.
"Semua bubar! Kita mundur!" Walaupun sekarat begitu tapi Arthur masih bisa berteriak kuat menyuruh geng nya untuk mundur, walaupun kalah telak tapi Arthur sudah puas karena berhasil melukai ayah Bumi menggunakan helm full face nya dan pisau lipat yang sering ia sembunyi di balik punggung.
Rombongan Arthur bubar dengan motor besar mereka,Leafin juga membantu Arthur naik keatas motor nya sebelum ia bergegas pergi,tak tau saja Indra yang sekarat seorang diri masih tergeletak di sana tanpa tau bahwa nyawanya di ujung tanduk.
"Bos,dia mau mati nih,kita buang aja ke danau itu" sayup-sayup Indra dapat mendengar suara komplotan musuh memberikan usul, tubuhnya tak dapat bergerak saat kaki nya di tarik sampai ke tepi danau siap untuk di gulingkan.
Di jalan pula Leafin menancap gas dengan kecepatan tinggi,ia hampir berbelok kearah rumah sakit tapi Arthur memaksa untuk di bawa pulang kerumah Bumi saja. Leafin menurut karena Arthur mengancam akan melompat kalau tak dituruti,bos nya ini nekat bukan main, apapun yang dia katakan pasti bakal ia lakukan.
Sampai di rumah Bumi yang sedang menunggu di teras rumah terkejut, padahal niat nya ingin mencincang Arthur karena tau ponsel nya di curi Arthur tapi melihat keadaan Arthur yang tidak bisa di bilang baik-baik saja itu Bumi segera mendekat,meringis melihat pisau masih tertancap di kaki. Mata Bumi menatap tajam kearah Leafin meminta penjelasan, buru-buru Leafin menggeleng karena lengan nya juga luka tapi Bumi kok marah nya cuman sama Leafin, Arthur kok gak di marahi?
"Nih hp Lo" Bumi mengambil ponsel nya dari tangan Arthur, setengah layar nya retak karena tertimpa badan Arthur saat terjatuh menghantam tanah.
"Goblok!" Arthur mengerut mendengar Bumi memaki.
"Nanti gue ganti,kasar amat mulut nya. Udah kangen di kokop ya?" Bumi memukul kepala Arthur yang benjol,bukan perkara hp nya yang rusak tapi karena Arthur begitu gegabah. Mengiyakan ajakan temu dari ayah kandungnya dan berakhir tauran.
Bibir Arthur sudah pucat tapi wajah tampak seperti tak merasakan sakit, mungkin karena luka nya sudah mati rasa.
"Obatin luka gue dulu!" Arthur berteriak kesal saat Bumi masuk kedalam rumah tapi tak lama kembali dengan pakaian rapi, Bumi mengambil tangan Arthur untuk di sampirkan pada bahu nya,telapak tangan Arthur terdapat darah karena lecet, Bumi ingin memukul juga luka itu tapi tak jadi,gerem banget liat tingkah Arthur yang semuanya sendiri.
Bumi membawa Arthur masuk kedalam mobil milik mamanya,Leafin juga ikut duduk di belakang dengan Arthur yang tubuhnya sudah lemas karena kekurangan darah, Bumi menancap gas dengan kecepatan tinggi. Dadanya resah dengan mata sesekali melirik kearah kaca spion melihat keadaan Arthur yang hampir terpejam tapi di bangunkan Leafin.
"Jangan tidur dulu bang, tunggu sampai rumah sakit"
"Ngantuk fin,mau tidur bentar" gumaman Arthur sudah tak jelas.
"Mati kalau tidur!" Geram Bumi dengan kesal.
Arthur terkekeh melihat Bumi yang tampak khawatir, terlihat dari rusuh nya Bumi membawa mobil agar sampai rumah sakit secepatnya.
Setelah sampai rumah sakit, Bumi turun dan memanggil perawat agar segera membawa Arthur kedalam ruang UGD,keringat Bumi terlihat pada kening,wajah nya tegang sekali saat Arthur sudah di bawa masuk kedalam UGD.
"Kamu khawatir sama bang Arthur?" Karena sejak tadi Bumi tampak gelisah gak tenang mondar-mandir,Leafin saja duduk di bangku.
Terlebih lagi Bumi ini kan musuh,masa iya khawatir liat musuh luka begitu,harus nya senang gak sih?
"Gak usah khawatir,bang Arthur kuat" Leafin bilang begitu karena ini bukan kali pertama Arthur masuk UGD,sudah lebih tiga kali dan Leafin juga yang antar.
Bumi tak ingin menjawab karena pikiran nya kacau,takut sekali kalau ayah nya akan membuat hal lebih gila karena Arthur menantang gengster ayah nya, setelah ini bagaimana jika papa sambung nya yang mendapat masalah? Atau mama nya juga? Bumi tak bisa tenang. Sial, karena Arthur semua masalah nya semakin rumit. Arthur juga jadi kena imbasnya, Bumi merasa bersalah karena ini adalah masalah nya dan Arthur tak berhak ikut campur.
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Molekul [Arthur-Bumi]
Teen Fiction"Lo itu elemen penting dalam hidup gue, memberikan stabilitas seperti atom dalam molekul"-Arthur "Alay!"- Bumi Bumi yang sedang frustasi perihal mama nya karena ingin menikah lagi memilih pergi ke bar untuk menghilangkan stres akan tetapi bumi tidak...