1. Hari Apes

134 19 1
                                    

Ketika pelatuk itu ditarik. Berakhir sudah. Nyawa yang selama ini bernafas leluasa. Kini berada di ujung moncong senapan. Tak segan dia menodongkan. Alat yang dulu bahkan tidak pernah dilihat Lora. Di sini hampir setiap hari ia melihatnya.

“Ma-maaf Tuan. Tolong berikan kesempatan. Saya bersumpah tidak akan mengulanginya lagi.” Ditatapnya nanar gelas pecah di lantai. Ya Tuhan, Lora tau gadis itu sangat ketakutan. Tapi… ada satu aturan yang harus ditanamkan.

Sekali kau masuk, jangan pernah berani keluar. Harga yang akan dibayar adalah kemmatian!

Sudah tau ada aturan itu. Pelayan ini malah nekat keluar dengan dalih jatuh cinta dengan penjual buah dan berniat menikah.

Lihat sekarang. Dia divonis mati atas tuduhan pengkhianatan.

Begini lah Omerta. Organisasi gelap yang diketuai oleh Meliodas D'Allesandro. Lora tidak mau mengingat bagaimana bisa selamat dan tidak sengaja masuk ke organisasi ini. Yang jelas saat itu Lora tidak punya pilihan.

“Katakan! mati seperti apa yang kau mau. Mengingat kau sudah lama bekerja di sini. Tuan akan berbaik hati.”

Kayak gitu dibilang baik hati? Kan sama aja ujung-ujungnya mati? Hais! Ada-ada saja kacungnya Meliodas ini.

“A-ampun Tuan. Tolong selamatkan saya. S-saya tidak akan menemui laki-laki itu lagi. Saya bersumpah akan melupakannya. Tolong... ampuni saya."

Gadis itu bersimpuh, bersujud, meraung sejadi-jadinya demi nyawa. Cinta sih cinta. Tapi kalau sampai harus kehilangan nyawa. Lebih baik Lora mengikhlaskannya.

Di awal bergabung mereka sudah bersumpah akan melepas sisi kemanusiaan. Termasuk cinta, harapan dan cita-cita. Omerta adalah kumpulan orang yang direnggut kebahagiaannya. Masing-masing pundak mereka menyimpan masa lalu pilu hingga nekat membuang masa depan dan bergabung dengan Omerta.

Itu sebabnya kebanyakan orang-orang ini sebatang kara. Tidak punya keluarga dan tidak diterima oleh masyarakat. Mereka bersumpah setia pada ketua Omerta dan menjalani hidup seakan besok akan mati.

Tapi.... kondisi Lora beda! Ia masuk ke sini karena terpaksa. Ia punya keluarga yang menunggunya di Indonesia. Pokoknya Lora harus kabur bagaimana pun caranya. Setidaknya sampai bandara saja. Lora sudah selamat.

“Tuan... saya mohon. Saya mohon Tuan." Oke,sekarang gadis itu bersujud seperti tak ada harga dirinya. Dia wanita lho! Wanita! Tck! Dasar preman, bisanya menindas yang lemah. Teman gadis itu yang ikut menonton hanya bisa terdiam. Setiap ada pengkhianatan, Omerta akan menunjukan ke semua orang untuk dijadikan pelajaran.

Untung lah Lora tidak bertindak gegabah selama mencari alternatif kabur dari markas penuh penjagaan ini. Save!

“Kemarilah, Nano Signora," ucap suara bariton.

Sialan sekali kan dia? Nama bagus-bagus seperti Lora Amerta Renjana dibuatnya jadi Nano Signora yang artinya Gadis kerdil dalam bahasa Italia. Bukan Lora kok yang kecil. Mereka saja yang seperti raksaksa! Untuk ukuran Indonesia, Lora sudah termasuk tinggi rata-rata tau! Di samping itu… Ugh! Paling malas kalau dia sudah dipanggil. Lora bisa apa selain…

“Yes, my lord. I am here. Saya tidak akan meninggalkan Tuan satu centi pun. Karena saya adalah abdi setia yang akan bersama Tuan hingga maut memisahkan,” ujar Lora. Sangat  mendramatisir dengan wajah sumringah ala kacung penjilat.

Alay?

Nggak apa! Yang penting nyawa selamat!

“Hukum dia."

DEG!

Mata biru seakan lautan ganas itu menatap Lora penuh makna. Kemudian tangan kanannya mengulurkan Black Eagle. Sebuah pistol laras pendek yang memiliki daya tembak luar biasa. Bukan hanya menusuk jantung. Black Eagle juga biaa meledakannya hingga tak berbentuk.

Si BadutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang