"Kau makan sampah ini?"
"Hum, itu enak." Percayalah Lora pernah makan mie expired perkara hanya ada itu di kosannya selama kuliah dulu. Dan apa maksudnya dengan sampah? Makanan yang Lora makan kemarin-kemarin enak kok.
Mie instan dan telur rebus. Asal nggak kadaluarsa. Itu termasuk layak. Tapi... why is he so angry?
Ah, mungkin karena pelayan tidak membereskan kembali cup mie instan yang sejak kemarin Lora makan? Atau dia marah karena Lora makan mie setiap hari?
Entahlah! Meliodas adalah definisi bebal yang tidak bisa ditebak.
"ANGLO!" teriak Meliodas tiba-tiba. Lora sontak kaget hingga pundaknya berjengit.
Seseorang muncul dari balik pintu kamar. Buttler yang beberapa kali Lora lihat eksistensinya. Tak seperti kebanyakan pelayan. Dia tidak terbaca. Maksud Lora, apakah dia suka atau tidak suka dengan kehadiran Lora.
"Jelaskan, kenapa kau beri makan dia dengan sampah ini?!"
"Mohon maaf, Don. Ini di luar ekspektasi saya. Beberapa pelayan salah mengira dan melakukan seenaknya. Saya akan mendisiplinkan mereka."
"Lupakan! Panggil mereka!"
"Yes, my lord."
"Anu... saya tidak keberatan dengan makanan ini. Jadi, tidak usah memperpan-"
"Shut up!"
Hiiii!
"Mereka harus membayar atas kelalaian mereka." Rahangnya mengeras. Bayang kemarahan itu menyita seluruh atensi. Lora tidak bisa melihat apa-apa selain kemarahan Meliodas. Ah, Lora tidak suka ini.
"T-Tuan.... bukankah ada yang lebih penting?" Lora menatap bagian bawah dirinya yang kini sejuk tanpa celana dalam. Pipinya memerah seperti buah persik hendak matang.
Oh! Meliodas melupakannya.
"Haaah, kau benar-benar!" Dalam artian lain urat lehernya kembali kentara. Melangkah frustasi pada sumber yang membuatnya hilang akal seperti orang gila.
"Kau yang mulai!"
"He?" respon Lora cengo sebelum Meliodas menyambarnya hingga tersungkur ke ranjang. Mengunci Lora seakan binatang buruan.
Ditatapnya gamang netra abu-abu yang tampak dalam. Dia terlihat tidak sabar. Ada sorot memuja di setiap pupil mata. Deburan jiwa yang tercipta dan dirasakan oleh detak luar biasa.
"Tuan?"
"Just Meliodas."
Ugh! Ada apa dengan bajingan ini? Dia seperti binatang yang sedang birahi.
"Apa yang ingin Tuan lakukan?"
Dia mengusap pucuk kepala Lora tiba-tiba. Lembut dan intens. Hingga tanpa sadar ia sudah merengkuh pinggang Lora. Beneran deh! Kayaknya dia salah paham dengan satu hal.
"Tolong menyingkir. Posisi ini tidak nyaman."
Matanya menyipit. Mencari kebenaran di antara dua manik hitam yang di dalamnya tersembunyi manik dengan corak memukau. Seperti debu kosmik bertebaran di angkasa.
"Kau tidak suka melakukannya di pagi hari? Apa kau malu dengan matahari? Calm down honey. Apa pun yang kau miliki sempurna. Begitu lah diri mu." dikecupnya tangan Lora. Deru nafasnya terasa. Menyapu punggung tangan. Ini geli!
Suatu kesalahan menanggapi ucapan Meliodas yang membuat semua ini jadi tambah rumit. Salah paham! Semua ini hanya salah paham. Lora meng-iya-kan karena ia pikir Meliodas tidak akan bertanya lagi. Eh malah jadi sinyal hijau untuknya. Shit!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Badut
RomanceLora itu lucky nya sampai menembus langit. Saat teman-temannya tidak lolos ujian masuk universitas bergengsi, dia sudah mengantongi kursi. Setelah lulus pun, dia menjadi translator yang menguasai tujuh bahasa. Lora sering mendapat job ke panca negar...