Ketika kesetiaan sudah dinyatakan, bahkan rahasia terkecil antara kau dengan Tuhan pun sepenuhnya jadi hak tuanmu.
Eden sudah banyak mendengar tentang itu jauh sebelum ia tiba di manor keluarga bangsawan yang akan dilayaninya. Dikenal lewat pengaruh serta harta yang tak terhitung jumlahnya, Noble House Astassier merupakan satu dari segelintir kecil keturunan bangsawan vampir kuno yang hingga kini masih bertahan. Di antara nama-nama terhormat sekalipun, merekalah yang berada di puncak hierarki, dan alasan di balik kedigdayaan itu sudah bukan rahasia lagi bagi yang mendengar.
Turun-temurun dari moyangnya, hanya sedikit silsilah bangsawan yang mewarisi kekuatan spiritual; dan keluarga Astassier adalah satu yang boleh dibilang paling mujur.
“Nama?” Bertelut menghadap tuan barunya, Eden jaga arah pandangan tetap tertunduk. Menatap jungur sepatu pria yang duduk di kursinya, ia sempatkan bertanya dalam hati soal berapa kali kasut itu dipoles hingga kilapnya mulus memantulkan sinar dari jendela. Pertanyaan bodoh, tapi lebih baik dipikir sekarang sebelum suara di kepala sudah bukan miliknya seorang sebentar lagi. “Eden, Tuan.” Balas Eden; penuh sopan santun. Ia kemudian menjelangak tatkala dagu diraih oleh tangan lebar sang tuan. Binar berlian dan iris jelaga, manik mereka bersua untuk pertama kali.
“Dan kepada siapa kesetiaanmu dipertanggungjawabkan sekarang, Eden?” Suara bariton meluncur keluar sarat ketegasan dan intimidasi, bulu kuduk Eden terasa meremang. Kalau bukan karena ia melihat seorang lain juga ditanyai demikian sebelumnya, mungkin ia akan mengira sang tuan tidak berkenan melihatnya. “Saya adalah abdi Tuan. Kesetiaan saya sepenuhnya milik keluarga Astassier.” Ada anggukan pelan yang tuannya beri; deklarasi intinya bukanlah ini, melainkan prosesi berikutnya tatkala Eden diperintah membuka mulutnya.
Masih dengan satu tangan rangkum dagu si pelayan muda, tangan bebas sang bangsawan terulur tepat di atas lisan abdinya yang terbuka. Tampak di telunjuknya luka kecil, tapi cukup dalam, masih baru bekas perjanjian sebelumnya. Setetes darah dari luka itu jatuh mengenai lidah Eden, lantas diperintahnya lagi pelayannya untuk menelan. “Mulai detik ini, kau adalah milik Astassier. Langgar sumpahmu, dan kubuat kau melompat dari jendela.” Eden bergidik; mengangguk dan tidak berani memikirkan apa pun, sebab kini segala sesuatu yang dia tahu, tuannya akan tahu.
Para keturunan Astassier tidak butuh susah-susah, apalagi banting tulang berusaha; hanya lewat setetes darah, mereka mampu mengikat dan mengendalikan pikiran seseorang.
Bersambung
Aurelius de Angelis Aldrich Astassier
Head of the Noble House of Astassier• Dua puluh tahun memegang peran pimpinan keluarga; umurnya sendiri belum ada seratus tujuh puluh.
• Ayahnya dari keluarga bangsawan lebih rendah dari ibunya, maka yang diakui adalah silsilah matrilineal.
♠Eden
A mere servant of the House.• Ayah dan ibunya punya sebelas anak, dia yang keempat; kurang lebih sepantaran dengan tuan barunya.
• Sebelum menjadi pelayan di rumah bangsawan, ia sudah banyak gonta-ganti pekerjaan untuk dapat uang tambahan.[note: it’s common practice kalau servant gak punya surname; mereka biasanya juga dari kalangan bawah, jadi—bagi tuannya—nama keluarga are deemed unimportant.]
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLINKED | ft. Noren
FanfictionEden datang ke rumah itu untuk melayani pria paling absolut di negeri ini, sang kepala keluarga bangsawan Astassier, Aurelius.