07; Lover

2.2K 318 234
                                        

Eden mulai menyadari tatapan berbeda yang terarah kepadanya sejak hari di mana ia menemukan talenta dalam ilmu penyembuhan. Para pelayan rumah ini tidak akan buka mulut menyebarkan kisah heroiknya ke mana-mana, ia tahu, Tuan Besar pasti akan turun tangan bila itu terjadi. Keberadaannya sebagai pelayan pribadi yang tadinya dipertanyakan, kini mulai mendapat pengakuan—sebuah ‘pantas,’ sebab dari awal tidak masuk di akal pelayan baru datang sepertinya bisa tiba-tiba ditarik jadi orang kepercayaan tuan mereka. Aurelius, kan, bisa membaca dan memanipulasi pikiran, tentu akan mustahil bagi Eden menyembunyikan apa pun, pikir mereka.

Di luar dugaan sang mesa yang kira ia akan dikucilkan sebab ‘kasih’ tuan mereka, nyatanya ia justru banyak dapat pujian serta ucap terima kasih telah menyelamatkan Aurelius. Agak sulit dipercaya itu yang terjadi, tetapi ia hanya harus mensyukurinya. Eden jadi tidak perlu memikirkan hal-hal kurang penting, sebab ia sudah amat bingung dengan penuturan tuannya tempo hari. “Apa maksudnya beliau sengaja?” Anak itu bermonolog dekat jendela kamarnya; mengelap muka meja yang ketumpahan tinta saat ia tinggal sedikit lagi selesaikan salinan untuk hari ini. Aurelius sungguh tak berikan ia istirahat setelah tahu kalau Eden betulan mampu menggunakan kekuatan magis untuk penyembuhan.

Buku-buku yang musti dibacanya kini bertambah sulit untuk dipahami, ada banyak sekali kata aneh dari ejaan kuno dan tidak familier. Eden sangat takut ia salah memahami konteks di dalam literatur yang dibacanya. Nanti bagaimana jika ia keliru mantra dan justru memperparah kondisi orang yang mestinya diobati? Bagaimana jika Tuan Besar yang kembali jadi pasiennya? Oh, astaga, ia tidak tahu apakah bisa melakukannya untuk dua kali.

“Kurasa jadi pengajar universitas akan lebih pusing dari ini. Aku tidak pernah sekolah tinggi lagipula, aneh Nyonya itu, kenapa gampang sekali buatnya memberi penawaran? Kalau benar dia pemilik universitasnya, dia patut tahu kualitas pengajar sebelum merekrutnya!” Cerocos bibir mungil si aries; ia sudah tertular energi cerewet Giulia dan Alfred sepertinya. Kain lap di tangan beberapa kali ia banting ke meja saking kesalnya; kenapa tinta yang tumpah harus sebanyak itu, kan mejanya jadi kotor dan berbekas! “Eh, sebentar, jika seperti itu, berarti aku tidak punya kualitas untuk mengajar, dong?” Eden berhenti sebentar kala ia sadari kesalahan idenya sendiri, lalu semakin cemberut sebal.

Cukup lama rubah kecil kita ini asyik mengomel, sampai sudut matanya menangkap cahaya lentera dari arah luar jendela. Malam belum terlalu larut, mungkin baru sekitar pukul tujuh lebih, tapi tetap saja Eden ingin tahu siapa orang yang gelap-gelapan begini malah sibuk di luar. Ia maju lebih dekat dengan kaca, mengamati sosok itu sedang apa—gelagatnya, sih, seperti mencari sesuatu di tanah, jadi, dengan hati penuh kebaikan ini, Eden menyusul keluar untuk maksud tawarkan bantuan.

“Hai! Apa yang kau cari di sana?” Di bagian orang misterius itu mencari bendanya yang mungkin hilang, ada cahaya dari dalam manor yang lolos lewat jendela untuk menerangi. Eden juga tidak tahu kenapa orang itu cari susah sampai membawa lentera.

“Uh, halo? Kau tidak mendengarku?” Ulang Eden sekali lagi karena merasa keberadaannya tak digubris. Ayolah, ia hanya ingin menambah teman di tempat ini—bukan tak bersyukur akan Giulia dan Alfred, tapi apalah ruginya bila bertambah orang mau dengar curahan hatinya pasal, katakanlah, debu perpustakaan Astassier dan literatur tua memuakkan itu. “Hal-- oh, bukankah kau Cale yang hari itu datang bersamaku!” Sadar Eden kala orang yang dipanggil akhirnya angkat muka. Dia terlihat kesal menghela napas saat tahu harus menjawab si aries.

“Iya, benar, tapi jangan berisik dulu, aku sedang sibuk mencari hewan peliharaanku.” Katanya. Cale membuat kesan pertemuan ini tak diharapkan, namun gesturnya justu berlainan. Pemuda itu ulurkan tangan kanan—dia sampai memindah bawa lentera ke tangan kiri—untuk berjabat setelah mengelap debu tanah ke celananya.

UNLINKED | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang