Bab 1 Pertemuan

4 3 0
                                    

Jennie melangkah masuk ke ruang rapat, mengenakan blazer hitam yang elegan dengan tatapan tegas. Seperti biasa, ia tampak tak terjangkau sosok wanita karismatik yang disegani. Saat ia memulai presentasi strategi perusahaan untuk semester berikutnya, para peserta rapat memperhatikan dengan khidmat. Ia sudah terbiasa dengan pujian, kritik, dan tekanan. Namun, hari ini, ada sesuatu yang berbeda.

Di barisan belakang, duduk seorang wanita muda dengan kemeja sederhana dan raut wajah yang penuh rasa ingin tahu. Lalisa, mahasiswa magang yang baru bergabung hari itu, mengikuti presentasi Jennie dengan mata berbinar. Ia terkesan bukan hanya pada presentasi Jennie, tetapi pada caranya berbicara, caranya menguasai ruangan, caranya memikat perhatian semua orang. Di balik kekagumannya, terselip rasa penasaran siapa sosok di balik dinding kokoh wanita yang tampak sempurna ini?

Usai rapat, Lisa memberanikan diri mendekati Jennie. Awalnya ia ragu, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan segalanya. "Permisi, Miss Jennie. Presentasi yang hebat tadi! Saya belajar banyak dari apa yang Ibu sampaikan."

Jennie, yang biasanya hanya menganggap para junior sebagai peserta magang yang sedang belajar, terkejut melihat keberanian Lisa. "Terima kasih," jawabnya singkat, namun dengan senyum tipis yang jarang muncul di wajahnya.

Mereka berdua terlibat percakapan singkat, dan Lisa, dengan antusias, mulai berbicara tentang idenya dalam mengembangkan platform digital yang lebih ramah pengguna. Jennie mendengarkan, awalnya dengan sikap profesional, tetapi semakin lama, ia mulai menikmati semangat yang ditunjukkan Lisa. Ia melihat kepercayaan diri, tetapi juga kepolosan khas anak muda yang mengingatkannya pada masa-masa awal ia memulai kariernya.

Percakapan mereka terus berlanjut, tak terasa melewati waktu makan siang. Jennie jarang memberi perhatian lebih pada peserta magang, tetapi Lisa berbeda. Ia merasa seolah Lisa membawa energi baru, pandangan yang segar, dan itu menggerakkan sisi lembut dalam dirinya yang selama ini terpendam.

Sepulang kerja, Lisa kembali menghampiri Jennie dan berterima kasih atas kesempatan untuk mengobrol. "Terima kasih atas waktunya, Miss Jennie. Saya senang bisa belajar banyak dari hari pertama saya di sini. Semoga bisa terus berkolaborasi dengan Miss."

Jennie tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. "Tentu, Lisa. Jangan sungkan untuk datang ke kantor saya jika ada yang ingin didiskusikan."

Malam itu, Jennie pulang dengan perasaan yang tak biasa. Pikirannya melayang pada Lisa, pemuda yang penuh semangat dan energi, sesuatu yang sudah lama hilang dalam hidupnya yang padat dan teratur. Dan tanpa ia sadari, percakapan sederhana itu telah menyalakan kembali rasa yang selama ini ia kira sudah tak mungkin hadir dalam dirinya.

Sementara itu, di kamar kecilnya, Lisa tak bisa berhenti tersenyum. Ia tak hanya mengagumi sosok Jennie sebagai atasannya, tetapi juga merasa bahwa ada ikatan tak kasat mata yang terjalin di antara mereka. Akankah pertemuan singkat ini menjadi awal dari sesuatu yang lebih mendalam, atau hanya sekadar jeda manis di tengah rutinitas hidup mereka?

tbc.

Mentari di Balik Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang