Sejak percakapan terakhirnya dengan Jennie, Lisa merasa ada kehampaan yang tak bisa diisi. Ia tahu bahwa menjaga jarak adalah pilihan yang terbaik, namun hatinya terasa berat menerima kenyataan itu. Meski begitu, Lisa memutuskan untuk menghormati permintaan Jennie. Perlahan-lahan, ia mulai menjaga jarak, bahkan menghindari Jennie dalam setiap kesempatan, berusaha agar tak lagi terlalu bergantung pada sosok yang telah mengisi hatinya.
Di kantor, Lisa berusaha menyibukkan diri dengan tugas-tugas lain dan mulai mengambil jarak dari proyek yang dipimpin Jennie. Ia beralasan kepada tim bahwa ia perlu fokus pada tugas lain dan mulai membatasi interaksinya dengan Jennie. Setiap kali Jennie masuk ke ruang kerja atau mengadakan rapat, Lisa duduk di sudut ruangan dan berusaha menghindari tatapannya. Ia berbicara hanya jika perlu, menjaga agar tidak ada celah bagi perasaan itu untuk kembali muncul.
Jennie menyadari perubahan ini. Lisa yang biasanya antusias kini tampak dingin dan formal. Awalnya, Jennie mengira bahwa Lisa hanya sedang sibuk, tetapi lambat laun ia merasakan kehampaan yang ditinggalkan Lisa. Setiap kali ia melihatnya berlalu tanpa menoleh atau mendengarnya hanya menjawab singkat, Jennie merasa ada sesuatu yang hilang dari rutinitas sehari-harinya.
Suatu hari, setelah rapat mingguan, Jennie mencoba menghampiri Lisa, berharap bisa mengembalikan percakapan ringan yang biasa mereka lakukan. Namun, Lisa hanya tersenyum tipis dan berkata, "Maaf, Miss Jennie. Saya harus kembali ke ruangan. Ada banyak laporan yang perlu saya selesaikan."
Sikap Lisa yang berubah membuat Jennie merasa aneh, seolah mereka telah menjadi dua orang asing. Jennie berusaha menerima jarak ini sebagai konsekuensi dari keputusan yang ia buat, namun hatinya tak bisa sepenuhnya tenang. Lisa, yang dulunya dekat dan penuh perhatian, kini terasa jauh dan tak terjangkau. Rasa rindunya pada sosok Lisa justru makin terasa seiring jarak yang mereka bangun.
Waktu berlalu, dan Lisa semakin pandai menyembunyikan perasaannya. Ia bahkan mulai menutup diri dari rekan-rekan lainnya, memilih untuk bekerja dalam diam dan pulang lebih awal setiap hari. Di rumah, Lisa merenung, mencoba menenangkan hatinya yang terluka. Ia tahu bahwa perasaan yang ia miliki untuk Jennie adalah sesuatu yang istimewa, namun juga sulit untuk dipertahankan.
Sementara itu, Jennie merasa terjebak dalam dilema. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa jarak ini adalah pilihan yang tepat, namun setiap kali melihat Lisa di kantor, perasaannya bergejolak. Pada akhirnya, ia sadar bahwa menjaga jarak tidaklah semudah yang ia bayangkan. Kehadiran Lisa yang kini terasa hilang menciptakan kekosongan yang tak bisa ia abaikan.
Suatu sore, Jennie memutuskan untuk memanggil Lisa ke ruangannya dengan alasan membahas tugas kerja. Saat Lisa masuk, Jennie mencoba tersenyum, namun Lisa hanya menanggapinya dengan dingin.
" Lisa, saya perhatikan akhir-akhir ini kamu jarang terlibat dalam proyek kita. Apa ada masalah?" tanya Jennie, mencoba menghilangkan kekakuan di antara mereka.
Lisa menunduk sejenak, lalu menjawab dengan suara tenang, "Tidak ada masalah, Miss. Saya hanya mencoba fokus pada tugas saya dan menghormati keputusan yang sudah kita sepakati."
Kata-kata Lisa membuat Jennie terdiam. Ia menyadari bahwa Lisa benar-benar berusaha menjaga jarak, seperti yang ia minta. Namun, ada sesuatu dalam kata-kata Jennie yang membuat hatinya bergetar, seolah mereka berdua telah menjadi dua hati yang terluka oleh jarak yang mereka ciptakan sendiri.
"Baiklah, Lisa. Terima kasih atas kerja kerasmu," kata Jennie akhirnya, meskipun suaranya sedikit bergetar. Ia menunduk, menyembunyikan ekspresi wajahnya yang penuh rasa rindu.
Lisa mengangguk, kemudian berbalik meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata lagi. Pintu tertutup di belakangnya, meninggalkan Jennie dalam keheningan yang penuh penyesalan dan kebingungan. Di balik semua itu, baik Jennie maupun Lisa menyadari bahwa jarak ini tidak benar-benar menghapus perasaan yang pernah ada. Sebaliknya, perasaan itu semakin terasa jelas, namun terpendam dalam batas-batas yang mereka ciptakan sendiri.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari di Balik Langit Senja
FantasiaJennie Kim, seorang wanita berusia 40 tahun yang sukses sebagai CEO perusahaan teknologi, terbiasa menjalani hidupnya dengan disiplin dan penuh ambisi. Di balik kesuksesannya, ia adalah sosok yang tegar namun kesepian, seorang wanita yang pernah ter...