Bab 6 Jarak yang Tak Terhindarkan

5 1 0
                                    

Setelah makan siang yang canggung di kafe kantor, Jennie dan Lisa mulai menjaga jarak satu sama lain. Meskipun mereka tetap saling berinteraksi untuk urusan pekerjaan, percakapan mereka terasa lebih formal dan kaku. Jennie berusaha membatasi keterlibatan pribadinya dengan Lisa, berusaha menutupi perasaan yang telah tumbuh di hatinya. Lisa, di sisi lain, merasakan perubahan sikap Jennie, meski ia tak sepenuhnya mengerti apa yang menjadi alasannya.

Namun, di balik sikap dingin dan formalitas itu, keduanya tak bisa sepenuhnya mengabaikan getaran yang masih membekas. Lisa mendapati dirinya sering menunggu kesempatan untuk melihat Jennie, walau sekadar melintas di lorong kantor atau melihatnya dari kejauhan di ruang rapat. Dia mulai merindukan tawa dan senyum hangat yang pernah Jennie tunjukkan padanya.

Suatu hari, ketika Lisa sedang mengerjakan laporan di ruang kerja, seorang rekan magang mendekatinya. "Hei, Lisa, apa kamu tahu kalau ada pertemuan besar minggu depan? Kudengar Miss Jennie akan jadi pembicaranya. Mungkin kesempatan bagus untuk kita belajar langsung."

Lisa mengangguk, menyadari bahwa itu bisa menjadi kesempatan untuk mendekatkan dirinya lagi dengan Jennie bahkan jika hanya melalui pekerjaan. Sebagai seorang magang, jarang sekali ia mendapat kesempatan untuk terlibat dalam acara penting seperti itu.

Hari pertemuan pun tiba, dan Lisa mempersiapkan dirinya dengan hati-hati. Ia mengambil tempat di kursi belakang ruang seminar, bersiap mendengarkan presentasi Jennie yang selalu ia kagumi. Ketika Jennie mulai berbicara, Lisa terpesona pada cara wanita itu menguasai panggung. Dengan percaya diri, Jennie memaparkan visi perusahaan, menjelaskan detail strategi, dan menjawab pertanyaan dengan tegas dan cerdas. Lisa kembali diingatkan akan alasan mengapa ia begitu terpesona pada sosok wanita ini.

Namun, di akhir sesi, Lisa nekat mendekati Jennie untuk sekadar mengucapkan selamat atas presentasinya. Ia ingin berbicara langsung dengannya, meski sedikit khawatir reaksi Jennie akan tetap dingin. Saat Jennie melihat Lisa menghampirinya, ia sempat terdiam, namun senyumnya perlahan terbit.

"Bagaimana pendapatmu tentang presentasi tadi, Lisa?" tanya Jennie, nada suaranya lebih lembut dari yang Lisa duga.

Lisa tersenyum, menatap Jennie dengan tulus. "Seperti biasa, Miss, presentasi Miss luar biasa. Saya belajar banyak, terutama tentang bagaimana Miss Jennie memimpin dengan kepercayaan diri yang tinggi. Itu menginspirasi saya."

Jennie terdiam, merasakan hangatnya pujian Lisa. Di antara semua orang di ruangan itu, Lisa adalah satu-satunya yang pujiannya terasa begitu tulus dan berarti baginya. Namun, ia mengingatkan dirinya bahwa mereka tetaplah berada di dunia yang berbeda. Jennie menegakkan bahunya dan memaksakan senyum formal. "Terima kasih, Lisa. Saya senang bisa menjadi inspirasi."

Lisa dapat merasakan nada dingin yang kembali muncul di antara mereka. Sadar bahwa mungkin ia telah melangkah terlalu jauh, Lisa berusaha menjaga batas, meskipun hatinya ingin sekali lebih dekat. "Saya akan kembali ke ruangan, Miss Jennie. Terima kasih sudah memberi kami kesempatan untuk belajar dari Miss."

Sebelum Lisa sempat pergi, Jennie menahan langkahnya. "Lisa," panggilnya lembut, membuat Lisa menoleh. "Kamu tahu, terkadang dalam hidup, ada banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan. Tapi, jangan pernah berhenti bermimpi, ya. Mimpi dan semangatmu adalah kekuatanmu. Teruslah percaya pada dirimu sendiri."

Lisa mengangguk, menahan rasa haru yang mendadak menguasainya. "Terima kasih, Miss Jennie. Saya akan mengingat itu."

Ketika Lisa pergi, Jennie berdiri diam, menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu. Hatinya terasa berat, namun ia tahu, menjaga jarak ini adalah pilihan yang harus ia ambil demi menjaga profesionalisme dan kepercayaan yang ia bangun selama bertahun-tahun.

Di dalam keheningan, Jennie dan Lisa menyadari bahwa meski mereka tak saling mengungkapkan, rasa itu tetap hadir sebuah perasaan yang kuat namun terpendam, tak terucapkan, dan mungkin akan selalu berada di jarak yang tak terhindarkan.

tbc.

Mentari di Balik Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang