Hari itu terasa istimewa bagi Lisa. Setelah beberapa minggu menjalin hubungan yang semakin erat dengan Jennie, ia merasa siap untuk mengambil langkah besar selanjutnya mengenalkan Jennie kepada ibunya. Ini adalah langkah yang penting, dan Lisa merasa sedikit gugup namun juga bersemangat.
Setelah berdiskusi dengan Jennie, mereka sepakat untuk mengunjungi rumah keluarga Lisa pada akhir pekan. Jennie mengenakan gaun simpel yang elegan, sementara Lisa mengenakan kemeja rapi dan celana jeans. Mereka berdua ingin terlihat casual namun tetap menunjukkan keseriusan mereka.
Setibanya di rumah orang tua Lisa, suasana hangat menyambut mereka. Rumah itu dipenuhi aroma masakan khas yang selalu dipersiapkan ibunya. "Ibu pasti sudah menyiapkan sesuatu yang spesial," ujar Lisa sambil tersenyum. Jennie merasakan getaran kegembiraan dan sedikit gugup saat Lisa membimbingnya menuju ruang tamu.
Di dalam, ibunya, Hye kyo, sedang menyusun hidangan di meja makan. Ketika melihat Lisa dan Jennie, wajahnya berbinar. "Lisa! Kamu sudah datang! Dan siapa ini?" tanyanya, matanya tertuju pada Jennie yang berdiri di samping Lisa.
"Bu, ini Jennie. Aku ingin mengenalkannya kepadamu," jawab Lisa dengan penuh kebanggaan. Ia merasakan ketegangan sedikit mereda saat Amara tersenyum lebar.
"Senang bertemu dengan Anda, Ibu," kata Jennie, menghampiri dan memberikan salam dengan penuh hormat. Hye Kyo menyambutnya dengan hangat, memberikan pelukan singkat.
"Selamat datang di rumah kami, Jennie. Lisa sudah sering bercerita tentangmu," ucap Hye Kyo dengan nada ramah. Jennie merasa senang mendengar hal itu, dan hatinya bergetar penuh harapan.
Setelah berkenalan, mereka duduk di meja makan untuk menikmati hidangan yang disiapkan. Makanan yang tersaji terlihat menggugah selera, dengan aroma yang membuat perut Jennie keroncongan. Lisa melihat Jennie menikmati hidangan tersebut dan merasa bangga bisa membawanya ke rumah.
"Jadi, Jennie, apa yang kamu lakukan sekarang?" tanya Hye Kyo sambil mengisi piring Jennie dengan makanan.
"Aku bekerja sebagai CEO di perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Kami sedang mengembangkan aplikasi baru," jawab Jennie, merasa percaya diri menjelaskan pekerjaannya. Ia berusaha menjawab dengan jelas dan terbuka, ingin menunjukkan kemampuannya kepada calon ibu mertua.
"Wow, luar biasa! Lisa tidak pernah bilang bahwa kamu sesukses itu," kata Hye Kyo dengan terkesan. "Aku tahu Lisa sangat menghargai kerja keras dan dedikasi. Ia selalu mengagumi perempuan yang berprestasi."
Lisa tersenyum bangga, melihat Jennie berbicara dengan antusias. Mereka melanjutkan percakapan, berbagi cerita tentang pekerjaan, hobi, dan kehidupan sehari-hari. Jennie merasa nyaman, seolah ia sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Setelah makan malam yang penuh canda tawa, Hye Kyo mengajak Jennie ke halaman belakang untuk melihat taman. "Kami punya kebun kecil di sini. Lisa sering membantu merawatnya saat kecil," ucap Hye Kyo sambil menunjukkan berbagai tanaman yang ditanamnya.
Jennie mengagumi keindahan taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga warna-warni. "Kamu punya kebun yang sangat indah, Ibu. Saya suka sekali berkebun, meskipun hanya di rumah kecilku," ungkap Jennie, merasakan koneksi yang lebih dalam dengan ibu Lisa.
"Terima kasih, Jennie. Kamu sangat menyenangkan. Aku senang melihat Lisa bahagia bersamamu. Semoga hubungan kalian langgeng," ucap Hye Kyo dengan tulus. Kata-kata itu membuat Jennie merasa hangat di hati.
Setelah menghabiskan waktu bersama, Lisa dan Jennie berpamitan untuk pulang. Lisa merasa lega dan bahagia karena perkenalan tersebut berjalan dengan baik. Dalam perjalanan pulang, Amara tidak bisa menahan senyumnya.
"Lisa, aku senang sekali bisa bertemu ibumu. Ia sangat baik dan ramah," ungkap Jennie dengan penuh semangat.
"Senang mendengarnya. Ibu selalu menyukai orang-orang yang jujur dan tulus," kata Lisa, merasa bangga akan pengalamannya. "Dan yang terpenting, aku sangat senang bisa mengenalkanmu kepadanya."
Setelah tiba di apartemen Lisa, mereka duduk berdua di sofa. Lisa menggenggam tangan Jennie, merasakan kehangatan yang baru saja terjalin antara mereka. "Ini adalah langkah besar, dan aku ingin kamu tahu betapa berarti kehadiranmu dalam hidupku," ujarnya tulus.
Jennie menatap mata Lisa, merasakan cinta yang mendalam. "Aku pun merasa sama, Lisa. Ini adalah awal yang indah untuk kita berdua."
Malam itu, mereka menghabiskan waktu berbincang dan tertawa, merencanakan masa depan yang cerah. Dengan hati yang penuh harapan, mereka tahu bahwa cinta yang mereka jalani adalah sesuatu yang berharga, dan mereka siap menghadapinya bersama-sama.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari di Balik Langit Senja
FantasyJennie Kim, seorang wanita berusia 40 tahun yang sukses sebagai CEO perusahaan teknologi, terbiasa menjalani hidupnya dengan disiplin dan penuh ambisi. Di balik kesuksesannya, ia adalah sosok yang tegar namun kesepian, seorang wanita yang pernah ter...