Bab 3 Pendekatan

4 1 0
                                    

Setelah percakapan di ruangannya, Jennie merasa canggung saat berpapasan dengan Lisa. Selama ini, ia mampu menjaga batas profesional antara dirinya dan para pegawainya, tetapi ada sesuatu dalam diri Lisa yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Setiap kali mereka bertemu, ia merasa ragu untuk memulai percakapan, takut rasa kagumnya yang tak biasa akan terlihat jelas.

Suatu siang, saat istirahat makan, Jennie terkejut melihat Lisa duduk di area kafe gedung kantor, sibuk mengetik di laptopnya sambil sesekali menatap bingung ke layar. Tanpa banyak berpikir, Jennie mendekat. "Lisa, kenapa tak sedang makan siang?"

Lisa tersenyum malu, lalu menunjuk layar. "Saya sedang belajar buat presentasi untuk besok, Miss. Ada banyak yang harus saya siapkan, dan saya ingin tampil maksimal."

Melihat semangat Lisa, Jennie tersenyum. "Boleh saya bantu?" tawarnya, mengejutkan dirinya sendiri. Dia tak pernah menawarkan bantuan seperti ini sebelumnya, terutama pada peserta magang.

Lisa mengangguk antusias, tak menyangka Jennie bersedia meluangkan waktu. Mereka duduk bersama, berdiskusi panjang tentang ide-ide yang bisa membuat presentasinya lebih menarik. Lisa semakin terbuka, dan Jennie pun menikmati energi positif yang dibawanya. Setiap kali mereka tertawa bersama, Jennie merasakan beban harian yang selama ini menumpuk seolah menghilang sejenak.

Di akhir sesi, Jennie tersenyum hangat. "Lisa, kamu punya potensi besar. Jangan ragu untuk percaya pada diri sendiri, ya."

Lisa menatapnya dalam-dalam. "Terima kasih, Miss Jennie. Dukungan Miss sangat berarti untuk saya."

Jennie berjalan kembali ke kantornya dengan hati yang hangat. Tanpa ia duga, percakapan sederhana itu telah membuat dinding di antara mereka sedikit runtuh. Hubungan mereka kini tak lagi sekadar antara CEO dan peserta magang, tetapi sebagai dua orang yang perlahan-lahan mulai mengerti satu sama lain.

tbc.

Mentari di Balik Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang