«
CHAPTER 24 : Hancur
»
¦
~
¦Gia merasa kepalanya berat dan berdenyut-denyut ketika dia berusaha membuka mata. Kejadian yang sempat terjadi sebelumnya berputar dalam kepala Gia, membuatnya emosional dan refleks menangis. Gia sakit hati melihat Jeno disakiti, Gia muak dengan takdir yang tak pernah berpihak padanya.
Gia menatap Wen dengan tatapan nanarnya. "Wen, gue capek, gue pengen berhenti, kayak mau mati rasanya mikirin masalah gue."
"Hush ngomong apa sih? Tenang~ Jeno nggak apa-apa, dia lagi pemulihan. Kulit kepalanya cuman robek, harus operasi karena ada pecahan yang tertinggal kata dokter. Tapi aman kok, nggak ada luka dalam. Kemungkinan gegar otak ringan aja, lo nggak usah overthinking."
"Capek Wen, kayaknya takdir nggak pernah mau berpihak ke gue."
"Sabar sayaang, itu berarti kebahagiaan lo nanti pasti lebih besar dari orang lain."
"Peluk dong!" Gia merentangkan tangannya agar Wen bisa memeluknya.
Wen tentu saja memberikan pelukannya, "Sabar ya sayang~ pasti ada alasannya semua ini terjadi, gue yakin ada kebahagiaan yang menanti lo di depan sana."
"Makasih Wen, jangan pernah tinggalin gue ya?"
"Enggak akan, lo baik lo buruk bagi gue lo tetap Gia, sahabat gue."
Wen memeluk sampai Gia puas dan lebih tenang. Kemudian, melepas pelukannya dan membantu Gia menghapus airmatanya.
"Pengen lihat Jeno."
"Sebentar katanya tunggu infusnya habis, emang lo nggak ada keluhan? Pusing, mual atau apanya yang sakit gitu?"
"Pusing banget, rasanya lemes gitu, mual dikit. Lo ganti parfum ya? Baunya aneh."
"Enggak kok, wangi kok gue, kata ners gitu sih lo bakalan pusing sama lemes. Tensi lo rendah soalnya!"
"Sampe kapan lah lemesnya, gue mau lihat Jeno."
KAMU SEDANG MEMBACA
A HALF HEART
FanfictionHati mendesaknya untuk menjatuhkan pilihan, antara memendam lara atau menelan pahitnya menjadi orang ketiga. Gia terlanjur jatuh cinta dan tak ada cara untuk menghapus rasa itu, meski dia tahu kalau Eza adalah lelaki yang hatinya telah berpemilik. ...