«
CHAPTER 22 : Jebakan
»
¦
~
¦Perbincangannya dengan Eza semalam, membuat Gia tak bisa berpikir jernih. Semua isi pikirannya hanya dipenuhi soal hubungannya dengan Eza.
Layar laptopnya yang menampilkan lembar kerja baru masih bersih, Gia tak tahu harus mengisinya dengan apa. Berkali-kali dia mendengkus, lalu terlihat mengusap wajahnya. Wenanda yang duduk di depannya sejak tadi menatap Gia heran juga curiga, Gia yang kemarin-kemarin seperti orang kasmaran sekarang terlihat seolah baru putus cinta.
"Wen, gue harus gimana?"
"Gimana apa? Lo kenapa sih?"
Gia lagi-lagi mendengkus, dia mengigit kukunya menimbang akan bercerita pada Wen atau tidak terkait hubungannya dengan Eza. "Janji lo nggak akan marah Wen?" Gia mengulurkan kelingkingnya pada Wen.
"Hmm janji..." Balas Wen.
Gia memainkan jemarinya, dan mengalihkan tatapannya dari Wen. "Gue ada hubungan sama kak Eza." Akunya.
"Ya emang ada, kan kalian partner kerja. Gimana sih?" Wen masih belum paham.
Gia mendengkus, "Lebih dari itu Wen, lebih dari partner kerja."
Wen berkedip-kedip, "Eh? Sumpah? Wow... dia putus sama tunangannya itu? Congrats sayangku!!" Dia mengambil kedua jemari Gia dan menangkupnya.
"Putus apanya, orang mereka baikan. Gue harus gimana dong?"
"Wait! Gue enggak paham! Maksudnya mereka sempet renggang? Dan di waktu yang sempit itu lo sempat masuk gantiin Rena? Hah? Kapan? Anjay!" Wen pusing sendiri jadinya.
"Mungkin secara kebetulan gue masuknya." Gia mendekatkan dirinya pada Wen. "Gue nggak sengaja tidur sama kak Eza." Bisiknya.
Wen menegang mendengarnya, "A-apa?" Ia terkesiap dan menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A HALF HEART
FanficHati mendesaknya untuk menjatuhkan pilihan, antara memendam lara atau menelan pahitnya menjadi orang ketiga. Gia terlanjur jatuh cinta dan tak ada cara untuk menghapus rasa itu, meski dia tahu kalau Eza adalah lelaki yang hatinya telah berpemilik. ...