Bab 2 : Aan Dan Ayn

78 27 43
                                    

Ternyata Ayn dan Caca berada di kelas yang sama, Caca sengaja disuruh oleh wali kelas untuk mencari Ayn dan membawanya tour sekolahan. Sedangkan Aan, dia dengan beruntungnya satu kelas bersama Ragon dan Kevin di dua belas B, walaupun tidak satu kelas dengan kembarannnya, Ayn tidak masalah. Dia malah senang, karena Ayn pasti tidak akan mendengar Aan memarahi teman sekelasnya, lagi.

"Ayn, besok ingat ya, bawa novel yang lo bilang ke gue tadi." Caca memasukkan bukunya ke dalam tas. Sekarang sudah jam tiga sore, sekolah sudah selesai. Para murid mulai pulang ke rumah masing masing dan hari pertama Ayn sekolah akhirnya berhasil dilewati.

"Siap, Ca. Entar gue bawain juga yang judulnya Funinculla terjemahan novel Jepang." Saat mengatakan itu, Ayn melirik ke kursi depan, di mana meja nya hanya berjarak dua kursi dengan meja Jacob. Cowok berkacamata yang tampan itu sedang sibuk mengerjakan soal dibuku latihan. Rajin sekali, bukan. Ayn sedikit senang karena ternyata mereka satu kelas, walaupun Jacob terlihat sangat tenang dan acuh saat dikelas. Ayn juga mendengar Jacob adalah murid pintar, hal itu lumrah untuk murid yang disiplin.

"Lo balik sama kembaran Lo?" tanya Caca, Ayn mengangguk. Dia sudah mengirim pesan ke Aan, kembarannya itu membalas sedang berada di warung kopi seberang jalan gerbang masuk sekolah. Pasti bersama dengan dua sahabatnya, Ragon dan Kevin.

********

Ayn berjalan perlahan menyeberangi jalan raya untuk ke seberang, dimana Aan, Kevin dan Ragon tengah menyesap kopi susu dengan santainya sambil memakan pisang goreng. Warung depan sekolah milik bik Nuri ini memang biasanya akan dipenuhi oleh anak - anak Atakusuma yang kelaparan, makan gorengan untuk mengganjal perut sambil menunggu jemputan.

"Ayn," sapa Ragon melambaikan tangannya, Ayn tersenyum dan membalas lambaian itu.

"Yuk pulang, Bang," ajak Ayn, dia sudah sangat lelah, matanya mengantuk, badannya lengket dan perutnya juga lapar, dia perlu makan mangga untuk mengembalikan imunitas tubuhnya.

"Nanti dulu," jawab Aan yang dengan santainya dia mencomot pisang goreng di piring dan memakannya.

"Bang, gue capek, please lah." Ayn memasang raut wajah memelas, haruskah Aan bersikap egois sekarang. Ini hari pertama mereka sekolah dan Ayn sudah kehabisan energi karena seharian terus menjadi gadis ceria dan humoris.

Aan tidak menjawab, dia mengacuhkan adik kembarnya dengan sibuk mengecek ponsel nya yang sejak tadi selalu berbunyi. Biasanya itu adalah notifikasi dari gadis gadis Aan garis keras, atau pengagum Aan di instagram. Ayn berbalik, mengambil posisi duduk di samping Ragon sambil menyesap kopi Aan. Pilihan terbaik Ayn saat ini adalah menetralkan pikiran sambil ngopi.

"Sabar Ayn, Abang lo emang nggak ada akhlak," kata Ragon, Ayn mengangguk mengiyakan.

"Eh, Bang Baygon."

Ragon hampir saja menyemburkan kopi yang berada di mulutnya, panggilan Ayn terdengar aneh, seperti orang yang mau mencari gara gara saja.

"Ragon, Ayn. Ragon," interupsi Ragon.

"Iya, maksud nya itu. Abang tahu cowok kelas 12 A yang namanya Jacob?" Kevin yang sejak tadi juga ikut menyimak, mendekatkan tubuhnya.

"Kenapa kamu nanya Jacob?" tanya Kevin, ditatap mencurigakan oleh dua sahabat abangnya ini membuat Ayn gelabakan.

"Ayn cuma nanya, ya karena satu kelas jadi ...."

"Jadi ...." Kevin dan Ragon bersamaan menunggu ucapan selanjutnya dari Ayn, tentu saja hal itu membuat adik kembar Aan ini gugup.

"Cuma nanya, katanya dia pintar." Ayn berhasil mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih masuk akal, beruntung dia mengingat kalau Jacob adalah murid berprestasi.

"Iya, dia emang pintar, ya kan Vin?" Ragon menoleh ke Kevin meminta pengakuan.

"He'em, tuh, dia." Ragon menunjuk ke depan gerbang sekolah, di mana Jacob, pria tampan berkacamata itu tengah berdiri menunggu mobil jemputannya.

"Kenapa nanya nanya?" Terdengar suara bariton milik Aan, awalnya dia tidak ingin ikut campur. Tapi, mendengar kembarannya ini terlihat tertarik dengan satu cowok. Dirinya menangkap sinyal tanda bahaya, masalahnya Ayn memiliki catatan buruk tentang pacaran.

"Nanya doang Bang, nanya doang!" Seakan tahu sedang dicurigai, Ayn langsung menepisnya.

"Ayo pulang," ajak Aan berdiri sambil mengambil helmnya, Aan berjalan keluar warung, mulai menaiki dan menstater motornya.

"Dari tadi, kek." Monolog Ayn naik ke jok belakang si Hawa.

"Gon, bayarin makanan gue," teriak Aan, sebelum melajukan motornya pergi. Ragon mengangguk, apalah arti makanan di warung dengan persahabatan mereka yang akhirnya bisa bersama setelah bersahabat secara pena.

"Bik, berapa semua nya sama punya temen saya tadi?" tanya Kevin sambil membuka dompetnya.

"Kalian berdua lima belas ribu, temannya tadi, makan mie, gorengan, kopi tiga gelas ... totalnya seratus lima puluh ribu." Toni dan Ragon membulatkan matanya kaget, seketika Kevin menutup kembali dompetnya dan keluar warung meninggalkan Ragon yang diam mematung mendengarkan nominal makanan Aan.

"Anjir si Aan, dia makan apa borong warung, woi!" Jengkel Ragon, mau tidak mau di yang membayarkan semuanya. Walaupun mereka sangat mampu untuk nominal itu, tapi untuk membayar, laki laki biasanya akan lebih irit kalau kepada sesama laki laki.

"Nggak apa, Gon, sesekali," kata Kevin sembari mengelus dompetnya yang telah aman dari pengeluaran yang tidak penting.

"Bodo amat anjir, gue pundung!" sarkas Ragon kesal. Kedua sahabat Aan ini juga pulang setelah menyelesaikan urusan bayar membayar dengan Bik Tun.

*******

Di perjalanan, Aan hanya diam sambil mendengarkan celotehan Ayn yang menceritakan bagaimana hari pertamanya di sekolah. Apalagi tentang cowok blasteran yang bernama Jacob, tidak salah lagi, Ayn sepertinya ada something. Aan tahu betul ciri ciri Ayn tertarik kepada cowok, mulai membahasnya secara terus menerus.

Saat motor Aan berhenti di lampu merah, Ayn tak kunjung berhenti mengoceh. Aan menoleh ke samping, di mana ada mobil mewah berwarna hitam yang kacanya menembus terlihat sampai ke dalam. Di sana terlihat gadis berpakaian formal sedang melamun menoleh ke luar jendela mobil. Sekilas Aan merasa miris, gadis itu sepertinya anak orang kaya. Tapi, raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan ketidak bahagiaannya.

"Bang."

Aan sampai tidak mendengarkan panggilan Ayn, matanya menatap kosong ke mobil mewah gadis itu dengan pikiran yang melanglang buana.

"KAFAANKA OMAIR, LAMPU HIJAU!" Teriak Ayn tepat di telinga Aan yang mengenakan helm, karena teriakan itu seperti penyanyi opera. Aan mengerit kebisingan, spontan dia langsung melajukan motornya.

"Yang sopan, gue lebih tua dari lo, Ayn!" Kesal Aan, kalau dia tidak bisa menyeimbangkan motor, mereka bisa terjatuh tadi.

"Lima menit doang anjir!" Hardik Ayn juga ikutan kesal.

AanAynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang